LUQMAN SANG AHLI HIKMAH

 
      Allah SWT sebagai Dzat yang Maha Mendidik telah mengutus para nabi dan rasul yang diberi tugas mendidik umat manusia agar menjadi hamba Allah yang hidup sesuai dengan fitrahnya, yakni beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi Thagut (sesuatu yang menjadi bandingan bagi Allah SWT). Firman Allah SWT, (QS. an-Nahl [16]: 36)
وَلَقَدْ بَعَثْنا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ، فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ ، وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ ، فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ ، فَانْظُرُوا كَيْفَ كانَ عاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya : “Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut’. Kemudian diantara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Al-Qur’an dan Terjemahnya Depag RI : 2005 : 271).

      Kemudian Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu nabi dan rasul yang Allah SWT utus untuk melaksanakan tugas tersebut telah Allah swt bekali dengan kitab al-Qur’an sebagai pedoman.
 Firman Allah SWT, (QS.al-An’am [6]: 19)
  قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَإِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرى قُلْ لا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّما هُوَ إِلهٌ واحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ  
Artinya :“Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?’ katakanlah ‘Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (al-Qur’an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?’ katakanlah, ‘Aku tidak dapat bersaksi’ katakanlah, ‘Sesungguhnya hanya Dia Tuhan yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu sekutukan (dengan Allah)’.” (Al-Qur’an dan Terjemahnya Depag RI : 2005 : 130).

       Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Nabi Muhammad SAW memiliki tiga unsur pokok :
1.     Hukum (meliputi perintah dan larangan),
2.     Ancaman serta kabar gembira, dan
3.     Kisah-kisah.
Kisah-kisah sebagai salah satu unsur pokok al-Qur’an meliputi kisah para nabi dan rasul, umat-umat sebelumnya meliputi contoh yang baik dan contoh yang buruk, dan beberapa sosok manusia yang dijadikan teladan dan pelajaran juga meliputi teladan yang baik dan contoh yang buruk. Kisah-kisah tersebut Allah SWT wahyukan agar manusia dapat mengambil pelajaran darinya.

Firman Allah SWT, (QS.Hud [11]: 120)
 وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْباءِ الرُّسُلِ ما نُثَبِّتُ بِهِ فُؤادَكَ وَجاءَكَ فِي هذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya : “Dan semua rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu, dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.”       (Al-Qur’an dan Terjemahnya Depag RI : 2005 : 235).

Kisah tentang seorang sosok manusia shaleh bernama Lukman yang karena kebijaksanaannya ia diberi gelar al-Hakim dan namanya pun diabadikan sebagai nama surat ketiga puluh satu pada mushaf al-Qur’an dengan sepuluh nasihat yang ia berikan kepada anaknya adalah salah satu kisah teladan yang termaktub dalam al-Qur’an yakni pada surat Luqman ayat 13, 16, 17, 18 dan 19.
Kisah Lukman al-Hakim dalam menasihati anaknya adalah selaras dengan apa yang ditugaskan kepada para nabi dan rasul yaitu untuk mendidik umat manusia agar menjadi hamba Allah yang hidup sesuai fitrahnya sebagaimana penulis jelaskan sebelumnya. Maka penulis berpandangan bahwa sepuluh nasihat Lukman kepada anaknya merupakan dasar pendidikan islam karena isi dari nasihat-nasihat tersebut sesai dengan prinsip-prinsip Islam yang ditekankan untuk menjadi dasar pendidikan islam.
Mengenai definisi pendidikan islam itu sendiri, H.Mahmud dan Tedi Priatna berpendapat bahwa pendidikan islam adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga asapek jasmani, ruhani, akal, dan potensi anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga dan masyarakat yang islami (H.Mahmud dan Tedi Priatna : 2005 : 18-19).
Pendapat di atas diperkuat dengan H.Mahmud dan Tedi Priatna mengutip pendapat Ahmad Supardi bahwa pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, cinta kasih pada orang tua dan sesama hidupnya, juga kepada tanah airnya, sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT (H.Mahmud dan Tedi Priatna : 2005 : 18).
Definisi pendidikan islam di atas penulis pandang sesuai dengan tugas para nabi dan rasul dalam mendidik umat manusia yang selanjutnya pendidikan para nabi dan rasul tersebut kemudian dicetuskan Lukman al-Hakim dalam bentuk nasihat kepada anaknya. 

        Siapakah Luqman dan bagaimanakah nasihat beliau kepada putranya? In Syaa Allah pada tulisan selanjutnya.

Wallahu A'lam.
Hanafi Anshory.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama