Jubir: FPI Siap Kirim 10 Ribu Laskar ke Rohingya

Massa menggelar aksi solidaritas untuk Rohingya di Jakarta, Rabu (6/9).

Rep: Fuji EP/ Red: Bayu Hermawan
Antara/Akbar Nugroho Gumay
Massa menggelar aksi solidaritas untuk Rohingya di Jakarta, Rabu (6/9).
REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Front Pembela Islam mendesak Pemerintah Indonesia untuk meminta agar Pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya. FPI juga mengancam mengirimkan laskar ke Myanmar jika kekerasan terhadap etnis Rohingya tetap terjadi.
"Kalau Pemerintah RI dan Pemerintah Myanmar tidak bisa menghentikan pembantaian terhadap umat Islam Rohingya, maka FPI mengatakan akan perang terbuka dengan Myanmar," kata Juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Slamet Maarif kepada Republika.co.id saat aksi selamatkan Muslim Rohingya, Rabu (6/9).
Slamet mengatakan, FPI akan mengirim mujahid-mujahid untuk membela saudara yang tertindas di Myanmar. Artinya, jika Pemerintah Indonesia dan Myanmar tidak biasa menghentikan serangan-serangan yang menyasar umat Islam Rohingya, FPI akan serukan perang terbuka dengan Myanmar.

Slamet mengungkapkan, sampai hari ini sudah tercatat ada sekitar 10 ribu laskar yang siap berangkat ke Myanmar. Para laskar berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Jadi kalau kekerasan yang menyasar etnis Rohingya tidak bisa dihentikan maka FPI akan siapkan keberangkatan para laskar ke Myanmar.

"Kalau memang tidak bisa dihentikan (kekerasan), kami akan siap 10 ribu (laskar) tersebut untuk berangkat ke Rohingya," ujarnya.

Ia menerangkan, mengenai kesiapan laskar berangkat ke Myanmar juga telah disampaikan ke Kedutaan Besar Myanmar. Kemudian, Tim Advokasi GNPF MUI, Kapitra Ampera menambahkan informasi, sudah ada 1.000 orang ke perbatasan Banglades dan Myanmar. Mereka membawa obat-obatan dan uang Rp 10 miliar. Tapi mereka tidak bisa mendapatkan akses untuk menyalurkan bantuan.

"Pemerintah Myanmar tidak memperbolehkan kita masuk ke dalam, (kita) bawa obat-obatan, uang dan program kemanusiaan. Setelah itu baru kita kirim mujahid. Kita berhimpun semua untuk membantu kemanusiaan, tapi kalau ditutup maka kita akan mengirim pasukan perang untuk Myanmar," tegasnya.

Dari pantauan Republika.co.id pada Rabu (6/9), massa aksi selamatkan Muslim Rohingya berkumpul di Bundaran HI pada pukul 13.00 WIB. Kemudian mereka bergerak ke Kedutaan Besar Myanmar untuk menyampaikan tuntutan. Sekitar pukul 17.00 WIB, massa aksi mulai membubarkan diri secara perlahan dan tertib.

Sumber: 

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama