Diantara isyarat
kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada generasi muda
terukir diantaranya pada sebuah hadis yang diterima dari sahabat Abdurrahman
bin Sakhr Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dan diriwayatkan diantaranya
oleh Imam Bukhari (no. 660, 1423, 6479, dan 6806), Muslim (no. 1031), Malik (no.
14), Ahmad (II/ no. 439), At-Tirmidzi (no. 2391), An-Nasai (VIII/ no. 222-223),
Ibnu Khuzaimah (no. 358), Al-Baihaqi (IV/ no. 190, VIII/ no. 162), dan imam-imam
hadis lainnya sebagai berikut diantaranya Imam Al-Bukhari berkata:
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي خُبَيْبُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا
حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ
خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. (صحيح البخاري: كتاب الزكاة: بَابُ
الصَّدَقَةِ بِالْيَمِينِ: 1: 306: 1423)
Telah menceritakan kepada kami
Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah
menceritakan kepada saya Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat
naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang
ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang
pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabnya, seorang laki-laki
yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai
karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang
laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu
dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan
oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan
mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis". (Al-Bukhari,
Shahih Al-Bukhari: Kitab Az-Zakat: Bab Shadaqah dengan Tangan Kanan, I:
306: 1423)
Perhatikan teks Arabnya dari
hadis di atas, saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut golongan
ketiga hingga ketujuh, Beliau menggunakan lafadz rajulun (seseorang),
namun saat Beliau menyebut golongan kedua menggunakan lafadz syaabbun (pemuda).
Artinya terdapat kekhususan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
perhatiannya terhadap pemuda.
Satu dari tujuh
golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala di padang Mahsyar
nanti adalah syaabun nasya-a fii ‘ibaadatillaah (pemuda yang menyibukkan
dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya). Tentunya bukan tanpa alasan ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan lafadz syaabbun dan
tidak menggunakan lafadz rajulun.
Generasi muda, baik laki-laki
maupun perempuan adalah masa dimana berbagai syahwat (keinginan) sedang dalam
puncaknya. Syahwat yang sekurang-sekurangnya ada 5 (lima) macam adalah tumbuh
dan berkembang dengan pesat pada usia muda. Adapun 5 (lima) macam syahwat yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
- Syahwatu al-Bathni (syahwat perut), yaitu keinginan untuk makan dan minum.
- Syahwatu al-Farji (syahwat kemaluan), yaitu keinginan untuk menyalurkan nafsu seksual.
- Syahwatu al-Maali (syahwat harta), yaitu keinginan untuk memiliki berbagai macam harta dan benda.
- Syahwatu al-Jaahi (syahwat kedudukan), yaitu keinginan untuk menduduki berbagai jabatan.
- Syahwatu al-Ghadlabi (syahwat marah), yaitu keinginan untuk meluapkan amarah.
Pemaparan
di atas menggambarkan betapa beratnya ujian yang akan dihadapi para pemuda dan
pemudi dalam rangka menggapai naungan Allah Ta’ala di padang Mahsyar tersebut,
lebih jauh lagi hendak menerima janji Allah Ta’ala berupa syurga yang
kekal abadi.
Di
sisi lain, generasi muda tidak akan terlepas dengan pergaulan dan tumbuh
kembang rasa cinta yang ada di dalam dirinya; maka pertama, tentang Gaul,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan agar kita mampu
bergaul dengan bijak. Saat bergaul dengan teman yang shalih dan shalihah, maka
generasi muda Islam diharapkan dapat bercermin kepada teman yang baik tersebut
untuk kemudian diikutinya. Adapun saat bergaul dengan teman yang jelek dan
jahat, maka generasi muda Islam pun diharapkan dapat bercermin kepada teman
yang jelek tersebut untuk kemudian tidak ia ikuti. Berikut isyarat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Hasan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda sebagai berikut:
«الْمُؤْمِنُ
مِرْآةُ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ»
"Seorang mukmin adalah cermin
bagi mukmin yang lain."
Kedua, tentang Cinta. Sebuah rasa yang merupakan fithrah
ilahi bernama cinta adalah sesuatu hal yang tidak diharamkan oleh Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya untuk dicurahkan, diolah, ditularkan, diimajinasikan, dijewantahkan,
dan lain sebagainya; karena pokok asal cinta itu mubah (boleh). Kemudian
Islam membuat batasan tentang rasa Cinta tersebut, diantaranya adalah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diantaranya diriwayatkan sahabat Anas bin Malik radliyallahu
‘anhu dan dicatat oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim
pada kedua kitab Shahihnya yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda sebagai berikut:
لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidak (disebut) beriman seorang dari kalian sehingga
keadaanku (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih ia cintai daripada kedua
orangtuanya, anak-anaknya, dan manusia seluruhnya.”
Ketiga, tentang Taqwa. Apa yang digambarkan di awal
tentang syaabbun nasya-a fii ibaadati Robbihi adalah gambaran ketaqwaan
generasi muda. Mereka sibuk di masjid saat generasi muda lain berjejalan di
tempat-tempat maksiat. Majelis ta’lim menjadi rumah keduanya saat generasi muda
lain lupa pulang ke rumah. Ketertarikannya terhadap lawan jenis tidak lantas
menggugurkan ruh taqwa yang ada dalam dirinya.
Generasi muda Islam bergaul dengan senantiasa menjadikan teman-temannya
sebagai cermin, maka yang teman yang baik ia jadikan teladan, bak cermin yang
bersih bening, tidak lantas buruknya rupa namun cermin yang dibelah, tidak
demikian, tetapi generasi muda Islam senantiasa menerima apapun yang cermin
tampakkan. Adapun saat bergaul dengan teman yang jelek, ia tetap pada ketampanan
dan kecantikan rupa aqidah dan akhlaqnya, sembari ikut membersihkan cermin yang
kotor itu dengan perlahan namun pasti, karena ia pun takut jika terlalu ditekan
cermin kotor itu bisa pecah.
Generasi muda Islam pun memiliki rasa cinta, termasuk pada lawan jenis,
namun kecintaannya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
begitu mencintainya dan seluruh umat manusia terkhusus umat Islam adalah lebih
besar dan lebih mengakar dibandingkan kecintaannya kepada lawan jenis bahkan wan
naasi ajma’iin, seluruh manusia tanpa terkecuali kedua orang tuanya.
Generasi muda Islam dengan ketaqwaannya akan tumbuh dan berkembang dalam
beribadah kepada Rabbnya, syaabbun nasya-a fii ‘ibaadatillaah. Dalam
menjalankan Risalah Ilahi, mereka bagaikan memegang bara api. Merekalah al-Ghurabaa
(orang-orang yang asing dan terasingkan) yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangatlah memujinya.
Akhirul kalam, bergaulan dengan baik menggunakan pola cermin dan
bercermin, maka cermin itu ada yang bersih ada yang kotor. Ikuti yang bersih
dan bersihkan yang kotor dengan perlahan. Mencintai dan dicintailah dengan
menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam nomor satunya
sehingga cinta kepada Allah Ta’ala akan menjadi cinta tertinggi. Inilah ketaqwaan
generasi muda antara gaul dan cinta. Wallahu A’lam.
by Abu Akyas Syaddad Al-Fatih.
Kerjasama Bidang Pendidikan dengan Bidang Kominfo.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan