GENERASI MUDA DIPERSIMPANGAN ANTARA GAUL, CINTA, DAN TAQWA


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sosok ayah, sahabat, guru, komandan perang, hingga pemimpin seluruh umat Islam yang lebih dan paling menyayangi umat manusia dibandingkan ayah, sahabat, guru, komandan perang, dan para pemimpin hari ini adalah sosok manusia pilihan Allah Ta’ala yang sangat memperhatikan generasi muda.

Diantara isyarat kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada generasi muda terukir diantaranya pada sebuah hadis yang diterima dari sahabat Abdurrahman bin Sakhr Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dan diriwayatkan diantaranya oleh Imam Bukhari (no. 660, 1423, 6479, dan 6806), Muslim (no. 1031), Malik (no. 14), Ahmad (II/ no. 439), At-Tirmidzi (no. 2391), An-Nasai (VIII/ no. 222-223), Ibnu Khuzaimah (no. 358), Al-Baihaqi (IV/ no. 190, VIII/ no. 162), dan imam-imam hadis lainnya sebagai berikut diantaranya Imam Al-Bukhari berkata:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. (صحيح البخاري: كتاب الزكاة: بَابُ الصَّدَقَةِ بِالْيَمِينِ: 1: 306: 1423)
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepada saya Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis". (Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari: Kitab Az-Zakat: Bab Shadaqah dengan Tangan Kanan, I: 306: 1423)

Perhatikan teks Arabnya dari hadis di atas, saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut golongan ketiga hingga ketujuh, Beliau menggunakan lafadz rajulun (seseorang), namun saat Beliau menyebut golongan kedua menggunakan lafadz syaabbun (pemuda). Artinya terdapat kekhususan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan perhatiannya terhadap pemuda.

Satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala di padang Mahsyar nanti adalah syaabun nasya-a fii ‘ibaadatillaah (pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya). Tentunya bukan tanpa alasan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan lafadz syaabbun dan tidak menggunakan lafadz rajulun.

Generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan adalah masa dimana berbagai syahwat (keinginan) sedang dalam puncaknya. Syahwat yang sekurang-sekurangnya ada 5 (lima) macam adalah tumbuh dan berkembang dengan pesat pada usia muda. Adapun 5 (lima) macam syahwat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Syahwatu al-Bathni (syahwat perut), yaitu keinginan untuk makan dan minum.
  2. Syahwatu al-Farji (syahwat kemaluan), yaitu keinginan untuk menyalurkan nafsu seksual.
  3. Syahwatu al-Maali (syahwat harta), yaitu keinginan untuk memiliki berbagai macam harta dan benda.
  4. Syahwatu al-Jaahi (syahwat kedudukan), yaitu keinginan untuk menduduki berbagai jabatan.
  5. Syahwatu al-Ghadlabi (syahwat marah), yaitu keinginan untuk meluapkan amarah.

Pemaparan di atas menggambarkan betapa beratnya ujian yang akan dihadapi para pemuda dan pemudi dalam rangka menggapai naungan Allah Ta’ala di padang Mahsyar tersebut, lebih jauh lagi hendak menerima janji Allah Ta’ala berupa syurga yang kekal abadi.

Di sisi lain, generasi muda tidak akan terlepas dengan pergaulan dan tumbuh kembang rasa cinta yang ada di dalam dirinya; maka pertama, tentang Gaul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan agar kita mampu bergaul dengan bijak. Saat bergaul dengan teman yang shalih dan shalihah, maka generasi muda Islam diharapkan dapat bercermin kepada teman yang baik tersebut untuk kemudian diikutinya. Adapun saat bergaul dengan teman yang jelek dan jahat, maka generasi muda Islam pun diharapkan dapat bercermin kepada teman yang jelek tersebut untuk kemudian tidak ia ikuti. Berikut isyarat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Hasan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:

«الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ»
"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain."

Kedua, tentang Cinta. Sebuah rasa yang merupakan fithrah ilahi bernama cinta adalah sesuatu hal yang tidak diharamkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya untuk dicurahkan, diolah, ditularkan, diimajinasikan, dijewantahkan, dan lain sebagainya; karena pokok asal cinta itu mubah (boleh). Kemudian Islam membuat batasan tentang rasa Cinta tersebut, diantaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diantaranya diriwayatkan sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu dan dicatat oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim pada kedua kitab Shahihnya yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak (disebut) beriman seorang dari kalian sehingga keadaanku (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih ia cintai daripada kedua orangtuanya, anak-anaknya, dan manusia seluruhnya.”

Ketiga, tentang Taqwa. Apa yang digambarkan di awal tentang syaabbun nasya-a fii ibaadati Robbihi adalah gambaran ketaqwaan generasi muda. Mereka sibuk di masjid saat generasi muda lain berjejalan di tempat-tempat maksiat. Majelis ta’lim menjadi rumah keduanya saat generasi muda lain lupa pulang ke rumah. Ketertarikannya terhadap lawan jenis tidak lantas menggugurkan ruh taqwa yang ada dalam dirinya.

Generasi muda Islam bergaul dengan senantiasa menjadikan teman-temannya sebagai cermin, maka yang teman yang baik ia jadikan teladan, bak cermin yang bersih bening, tidak lantas buruknya rupa namun cermin yang dibelah, tidak demikian, tetapi generasi muda Islam senantiasa menerima apapun yang cermin tampakkan. Adapun saat bergaul dengan teman yang jelek, ia tetap pada ketampanan dan kecantikan rupa aqidah dan akhlaqnya, sembari ikut membersihkan cermin yang kotor itu dengan perlahan namun pasti, karena ia pun takut jika terlalu ditekan cermin kotor itu bisa pecah.

Generasi muda Islam pun memiliki rasa cinta, termasuk pada lawan jenis, namun kecintaannya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang begitu mencintainya dan seluruh umat manusia terkhusus umat Islam adalah lebih besar dan lebih mengakar dibandingkan kecintaannya kepada lawan jenis bahkan wan naasi ajma’iin, seluruh manusia tanpa terkecuali kedua orang tuanya.

Generasi muda Islam dengan ketaqwaannya akan tumbuh dan berkembang dalam beribadah kepada Rabbnya, syaabbun nasya-a fii ‘ibaadatillaah. Dalam menjalankan Risalah Ilahi, mereka bagaikan memegang bara api. Merekalah al-Ghurabaa (orang-orang yang asing dan terasingkan) yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah memujinya.

Akhirul kalam, bergaulan dengan baik menggunakan pola cermin dan bercermin, maka cermin itu ada yang bersih ada yang kotor. Ikuti yang bersih dan bersihkan yang kotor dengan perlahan. Mencintai dan dicintailah dengan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam nomor satunya sehingga cinta kepada Allah Ta’ala akan menjadi cinta tertinggi. Inilah ketaqwaan generasi muda antara gaul dan cinta. Wallahu A’lam.


by Abu Akyas Syaddad Al-Fatih.

Kerjasama Bidang Pendidikan dengan Bidang Kominfo. 

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama