SARJANA DI BOGOR, DARI PANGALENGAN NAIK MOTOR



Kisah Inspiratif:

SARJANA DI BOGOR, DARI PANGALENGAN NAIK MOTOR

Sebuah kata hikmah berbunyi:
مَنْ جَدَّ وَجَدَ.[1]
Orang yang rajin, (maka) akan mendapatkan (apa yang dia maksud).[2]

Ungkapan yang semakna lainnya berbunyi:
خَيْرٌ لِكُلِّ مُجْتَهِدٍ نَصِيْبٌ.
Kebaikan bagi setiap orang yang bersungguh-sungguh adalah ia akan mendapatkan (apa yang dimaksudkan).

Kata hikmah itulah yang kiranya[3] dipegang seorang wisudawan STAI Al-Hidayah Bogor yang pada hari ini (Selasa, 29 Agustus 2017) bersama 185 Ikhwan dan Akhwat lainnya tengah diwisuda oleh Dr. Rahendra Maya, S.Th.I., M.Pd.I, bersama para pimpinan struktural lainnya.

Bernama lengkap Hamdani Abdurrahman[4], putra kedua dari pasangan Bapak Dadang Muharram dan Ibu Euis Wari Hidayah. Suami dari Ani Kodariah (bernama pena: Any Althoufunnisa). Ayah dari Khadeejah Difaaul Islam. Adik dari Hanafi Anshory. Kakak dari Rexy Abdullah dan Fahrevi Firdaus. Menantu dari Bapak Yusuf dan Mamah Sumedang.

Kelahiran Gowa[5], 19 Februari 1992. Kini tengah berusia 25 tahun dengan profesi sebagai guru di SDIT SIUS Bogor dan bertempat tinggal di kota yang sama.

Hamdani berasal dari Pangalengan, sebuah kota agraris wilayah kabupaten Bandung yang berjarak -+ 60 KM dari Kabupaten Bogor. Berawal dari perjalanannya bersama penulis sekitar tahun 2013 dengan menunggangi sebuah sepeda motor Yamaha bermerk Vega ZR dengan nomor polisi D 2395 ZAF, melewati kabupaten Bandung Barat, melintasi kabupaten dan kota Cianjur, menapaki jalan berliku Puncak – Bogor hingga sampai ke sebuah Ma’had bernama Ma’had Al-Huda (STAI Al-Hidayah) yang berada di daerah Cimanglid (Jungle) Bogor.

Allah Ta’ala awalnya menakdirkan Hamdani berbincang dengan seorang paman bernama Romli Musthofa, ia pun kemudian menginformasikan bahwa di Bogor terdapat sebuah STAI yang menawarkan bea siswa penuh S1 PAI. Hamdani yang ketika itu bersama penulis tengah mengenyam pendidikan S1 PAI di STAI PERSIS Bandung cukup memikirkan penawaran tersebut, alasannya adalah saat itu kami sama-sama sedang dirundung duka telat bayar SPP 1 tahun. Jumlah utang kami ketika itu sebesar Rp. 1.500.000 (SPP Rp. 750.000/ semester).

Tawakkal kepada Allah, hanya itu modal Hamdani. Ia pun memutuskan untuk mencoba mendaftarkan diri ke STAI Al-Hidayah. Penulis bersamanya sempat berputar-putar di sebuah perumahan di kota Cimahi, mencari informasi tentang bagaimana mendaftarkan diri. Hampir-hampir ia putus asa, namun Allah takdir-Nya begitu kuat, kami pun berangkat ke Bogor mengendarai motor setelah menerima kabar tentang nama Hamdani masuk diantara jajaran calon yang diterima untuk melakukan tes.

Singkat cerita, Hamdani lulus.

Bersambung... In Syaa Allah...

By Bidang Pendidikan bekerjasama dengan Bidang Kominfo.



[1] Pada aplikasi Al-Maktabah Al-Syamilah, penulis temukan ungkapan tersebut diantaranya terdapat pada kitab-kitab sebagai berikut:
1. البرهان المؤيد لأحمد بن علي بن ثابت الرفاعي الحسيني، 1: 217.
2. موسوعة الرد على المذاهب الفكرية المعاصرة 1-29 لعلي بن نايف الشحود، 31: 212.
3. أسنى المطالب في أحاديث مختلفة المراتب لالحوت، محمد بن درويش بن محمد، 1: 229.
4.
[2] Al-Ustadz KH. E. Abdullah Allahu Yarham pada buku Bahan Pelajaran Diniyah Ula Persatuan Islam (PERSIS) mengartikan ke dalam bahasa Sunda dengan ungkapan, “Anu Keyeng Tangtu Pareng”.
[3] Penulis ingat ketika Hamdani Abdurrahman bercerita tentang film “5 Menara” yang juga mengangkat semangat Man Jadda Wajada.
[4] Tertulis Abdurakhman pada KTP dan surat penting lainnya karena kemungkinan besar salah pengetikan di pihak Pemerintahan.
[5] Sebuah kabupaten berlahankan agraris di provinsi Sulawesi Selatan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama