Gambar: http://www.muliarabbani.com/makanan-penghuni-surga-ketika-memasukinya/
MASJID
(al-Masjidu) secara Bahasa artinya “yang bersujud”,
adapun “tempat sujud” secara Bahasa lebih tepat jika diungkapkan dengan lafadz al-Masjadu.
Tentunya pengistilahan Masjid sebagai tempat sujud dan ibadah yang
lainnya dengan tidak menggunakan lafadz Masjad memiliki maksud dan
tujuan.
Lafadz Masjidun dalam
Al-Qur’an disebut dua kali (Qs al-A’raf/ 7: 29, 31); al-Masjidu disebut
14 kali (Qs al-Baqarah/ 2: 144, 149, 150, 191, 196; Qs al-Maidah/ 5: 2; Qs
al-Anfal/ 8: 34; Qs at-Taubah/ 9: 7, 19, 28; Qs al-Israa/ 17: 1, 7; dan Qs
al-Fath/ 48: 25, 27); Masaajidu disebut tiga kali (Qs al-Baqarah/ 2: 114,
dan Qs at-Taubah/ 9: 17, 18); dan al-Masaajidu disebut dua kali (Qs
al-Baqarah/ 2: 187; dan Qs al-Jin/ 72: 18). (Ditelaah menggunakan al-Maktabah
asy-Syamilah)
Selain tempat ibadah
umat Islam itu disebut dengan Masjid, terkadang juga diistilahkan dengan
ungkapan Baitullah (Rumah Allah). Baitun (rumah) adalah suatu
bangunan tempat tinggal yang manusia bolak-balik secara terus-menerus sehingga
menimbulkan kesan dan rindu. Tentunya Masjid diistilahkan Baitullah tidak
terlepas dari hal tersebut. Terlebih, apabila seorang makhluk atau suatu benda
yang disematkan kepada Allah, maka hal tersebut menandakan betapa mulianya ia
dihadapan Sang Pencipta.
Allah Jalla wa ‘Alaa tentang
siapa yang sanggup untuk “menjemput hidangan syurga”, Dia berfirman:
ما
كانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَساجِدَ اللَّهِ شاهِدِينَ عَلى
أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولئِكَ حَبِطَتْ أَعْمالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ
خالِدُونَ (17) إِنَّما يَعْمُرُ مَساجِدَ اللَّهِ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكاةَ
وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللَّهَ فَعَسى أُولئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
(18)
17. Tidaklah
pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka
mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia
pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. 18. Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs
at-Taubah/ 9: 17-18)
Imam Al-Hafidz Ismail Ibnu
Katsir (701-774 H) Rahimahullah tentang Qs 9 ayat 17 diantaranya beliau
menjelaskan:
مَا
يَنْبَغِي لِلْمُشْرِكِينَ بِاَللَّهِ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِد اللَّه الَّتِي
بُنِيَتْ عَلَى اِسْمه وَحْده لَا شَرِيك لَهُ ...
Tidaklah pantas
orang-orang musyrik itu menurut (penilaian) Allah untuk memakmurkan
masjid-masjid Allah yang telah didirikan atas (niat meninggikan) Asma-Nya
dan tidak ada sekutu bagi-Nya ... (Tafsir Al-Qur’an
al-‘Adzim)
Itulah mengapa kemudian
Allah Ta’ala tegaskan pada ayat selanjutnya, “Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah.”
Imam Abu Zakariyya Yahya
ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa (631-676 H) Rahimahullah, pada kitab
fenomenalnya yang diberi nama Riyaadlush Shaalihiin (Taman Orang-orang
yang Shalih) dalam rangkaian bab-bab pendahuluan tepatnya pada Bab Bayaanu
Katsrati Turuuqul Khaiir (Bab Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Kebaikan)
sekurang-kurangnya telah memasukkan tiga hadis tentang keutamaan “menjemput
hidangan syurga”. Hadis-hadis tersebut bernomor urut 123, 136, dan 137
berdasarkan Kitab Riyaadlush Shaalihiin cetakan Daarus Salaam (Kairo-Mesir,
tahun 2013 M/ 1434 H cetakan ke-13) pada halaman 49, 52, dan 53. Adapun
hadis-hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama,
(123)- السابع : عَنْهُ (أبي هريرة -رضي الله عنه-) ، عن النَّبيّ
- صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( مَنْ غَدَا إِلَى المَسْجِد أَوْ رَاحَ ،
أَعَدَّ اللهُ لَهُ في الجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ )) مُتَّفَقٌ
عَلَيهِ . ((
النُّزُلُ )) : القوت والرزق وما يُهيأُ للضيف .
123. Ketujuh: Dari Abu
Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang
pergi ke masjid pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknya sebuah jaminan - nuzul -
dalam syurga setiap ia pergi, pagi atau sore hari itu." (HR Muttafaq 'alaih) Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan
atau rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu.
Takhrij al-Hadits
1.
Ahmad bin Hanbal, Musnad
Ahmad, juz 2, hlm 508, hadis nomor 10616
2.
Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, juz 1,
hlm 304,
hadis nomor 662, Bab keutamaan orang yang pergi pagi dan sore ke masjid
3.
Muslim, Shahih Muslim,
juz 2, hlm 132, hadis nomor 1469, Bab keutamaan orang yang pergi pagi
atau sore ke masjid. (al-Maktabah asy-Syamilah)
Syarah al-Hadits
(مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ) طَلَباً لِأَدَاءِ صَلَاةً فِيْهِ
أَوِ اعْتِكَافِ أَوْ قِرَاءَةٍ أَوْ دَرَسَ عِلْمَ طَلَباً لِمَرْضَاةِ اللهِ
(Barangsiapa yang pergi ke masjid) -yakni- menelusuri
untuk melaksanakan shalat padanya, atau beri’tikaf, membaca, ataupun belajar
suatu ilmu yang mencarinya (berniatkan) untuk keridhaan Allah Ta’ala.
(أَعَدَّ اللهُ لَهُ) ثَوَابُ عَمَلِهِ مِنْ مَحْضِ فَضْلِهِ (فِيْ
الجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ)
(maka
Allah menyediakan untuknya) -yakni- ganjaran
amalannya itu (berasal) dari kemurnian keutamaannya (di dalam syurga berupa
sebuah jaminan - nuzul - setiap ia pergi, pagi atau sore hari itu)
(وَالنُّزُلُ: اَلْقُوْتُ وَالرِّزْقُ وَمَا
يُهَيَّأُ لِلضَّيْفِ) مِنَ الكَرَامَةِ وَالْمُرَادُ هُنَا الْمَعْنَى الأَخِيْرُ
فَإِنَّهُ أَبْلَغَ فِيْ التَّكْرِيْمِ.
(Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan
atau rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu)
disebabkan penghormatan; maksud semua itu ialah makna yang lain yang makna
tersebut sungguh yang paling menunjukkan kepada pemuliaan. (Muhammad
ibn ‘Allaan, Daliilul Faalihiin syarh Riyaadlush Shaalihiin, I: 305)
Subhaanallaah, ternyata bukan hanya
akan disiapkan “hidangan syurga”, namun segala hal yang akan memuliakan para
ahli masjid kelak di syurga. Pantaslah jika Rasulullah Saw. mengajarkan
do’a sebagai berikut:
عَنْ
أَبِى حُمَيْدٍ - أَوْ عَنْ أَبِى أُسَيْدٍ - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ
افْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ. وَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى
أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ ». (صحيح البخاري، ر 1685)
dari Abu Humaid atau Abu Usaid radliyallahu ‘anhu, ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila
salahseorang dari kalian masuk ke sebuah masjid, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah,
bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.’ Dan apabila ia keluar hendaklah
mengucapkan: ‘Ya Allah, sungguh aku memohon karunia-Mu’.” (HR Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, 1685)
Kedua,
(136)- العشرون: عَنْهُ (أبي هريرة رضي الله عنه)، قَالَ: أراد
بنو سَلِمَةَ أَن يَنتقِلوا قرب المسجِدِ فبلغ ذلِكَ رسولَ الله صلى الله عليه
وسلم، فَقَالَ لهم: ((إنَّهُ قَدْ بَلَغَني أنَّكُمْ تُرِيدُونَ أنْ تَنتَقِلُوا
قُربَ المَسجِد؟)) فقالُوا: نَعَمْ، يَا رَسُول اللهِ قَدْ أَرَدْنَا ذلِكَ.
فَقَالَ: ((بَنِي سَلِمَةَ، دِيَارَكُمْ، تُكْتَبْ آثَارُكُمْ، ديَارَكُمْ
تُكْتَبْ آثَارُكُمْ)) رواه مسلم. وفي روايةٍ: ((إنَّ بِكُلِّ خَطوَةٍ دَرَجَةً)) رواه مسلم.
رواه البخاري أيضاً
بِمَعناه مِنْ رواية أنس -رضي الله عنه- . وَ(( بَنُو سَلِمَةَ)) بكسر اللام:
قبيلة معروفة مِنَ الأنصار رضي الله عنهم، وَ(( آثَارُهُمْ )): خُطَاهُم.
136. Kedua puluh: Dari Jabir r.a.
lagi, katanya: "Bani Salimah - salah satu kabilah
kaum Anshar yang terkenal
radhiallahu 'anhum - bermaksud hendak berpindah tempat di dekat masjid. Berita itu sampai kepada
Rasulullah s.a.w., kemudian beliau s.a.w. bersabda kepada Bani Salimah itu: "Sesungguhnya saja telah sampai
berita kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ketempat
di dekat masjid?" Mereka menjawab: "Benar, ya
Rasulullah, kita berkehendak sedemikian
itu." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Wahai Bani Salimah,
tetaplah di rumah-rumahmu itu
saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu! Tetaplah di rumah-rumahmu itu
saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu!." (HR Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya dengan setiap langkah itu ada derajatnya
sendiri." Imam Bukhari meriwayatkan pula dengan
pengertian yang semakna dengan di atas dari riwayat Anas r.a. “Bani Salimah”
lam dikasrah: Suatu kabilah yang terkenal dari kaum Ashar radhiyallahu
‘anhum. Dan “atsar-atsar mereka”, (yakni) langkah-langkah mereka.
Takhrij al-Hadits
1.
Muslim, Shahih Muslim,
juz 2, hlm 131, hadis nomor 1464-1465, Bab keutamaan memperbanyak
langkah ke masjid
2.
Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, juz 1, hlm 302, hadis nomor 655, Bab menghitung-hitung
langkah; nomor 1887
3.
Ahmad bin Hanbal, Musnad
Ahmad, juz 3, hlm 332, hadis nomor 14606, 15034, 15231.
Syarah al-Hadits
(أَرَادَ بَنُوْ سَلَمَةَ أَنْ يَنْتَقِلُوْا) مِنْ مَنْزِلِهِمُ الَّذِيْ كَانُوْا
بِهِ وَكَانَ بَعِيْداً مِنَ الْمَسْجِدِ النَّبَوِيِّ (قُرْبَ الْمَسْجِدِ) لِخَلْوِهِ.
(Bani Salimah mereka bermaksud hendak berpindah) -yakni- dari
tempat tinggal mereka yang keadaan jaraknya jauh dari Masjid Nabawi; -mereka
bermaksud hendak berpindah- (tempat di dekat masjid) itu untuk berkhalwat (lebih
mengkhusyukan diri di dalam beribadah) di masjid. (Muhammad ibn ‘Allaan, Daliilul
Faalihiin syarh Riyaadlush Shaalihiin, I: 320)
Tentunya Bani Salimah dan kita semua
akhirnya tahu betul bahwa pahala melangkahkan kaki dari
rumah ke masjid itu pasti dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi tidak perlu berpindah ke dekat masjid.
Semangatnya Bani Salimah ke masjid dalam rangka melaksakan ibadah jum’at
dan berjama’ah pada setiap waktu shalat fardhu’ besar kemungkinan karena sebuah
keyakinan berlandaskan atas sabda Nabi Saw. diantaranya sebagai berikut:
عَنْ
أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم ( صَلَاةُ اَلرَّجُلِ مَعَ اَلرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ,
وَصَلَاتُهُ مَعَ اَلرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ اَلرَّجُلِ, وَمَا
كَانَ أَكْثَرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اَللَّهِ تِعالى ) رَوَاهُ أَبُو
دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّان
Dari Ubay Ibnu Ka'ab
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat
seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang
bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan jika lebih
banyak lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla." (Riwayat Abu Dawud
dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban)
Ketiga,
(137)- الحادي والعشرون: عن أبي المنذِر أُبيِّ بنِ كَعْب -رضي
الله عنه-، قَالَ: كَانَ رَجُلٌ لا أعْلَمُ رَجلاً أبْعَدَ مِنَ المَسْجِدِ
مِنْهُ، وَكَانَ لاَ تُخْطِئُهُ صَلاةٌ، فَقيلَ لَهُ أَوْ فَقُلْتُ لَهُ: لَوِ
اشْتَرَيْتَ حِمَاراً تَرْكَبُهُ في الظَلْمَاء وفي الرَّمْضَاء؟ فَقَالَ: مَا يَسُرُّنِي أنَّ مَنْزِلي إِلَى جَنْبِ المَسْجِدِ
إنِّي أريدُ أنْ يُكْتَبَ لِي مَمشَايَ إِلَى المَسْجِدِ وَرُجُوعِي إِذَا
رَجَعْتُ إِلَى أهْلِي، فَقَالَ رَسُول الله -صلى الله عليه وسلم-: ((قَدْ جَمَعَ
اللهُ لَكَ ذلِكَ كُلَّهُ)) رواه مسلم. وفي رواية: (( إنَّ لَكَ مَا
احْتَسَبْتَ )). ((
الرَّمْضَاءُ )) : الأرْضُ التي أصابها الحر الشديد .
137. Kedua puluh satu: Dari Abdulmundzir yaitu Ubay bin
Ka'ab r.a. katanya: "Ada seseorang yang saya tidak mengetahui ada orang
lain yang rumahnya lebih jauh lagi daripada orang itu untuk pergi ke masjid.
Orang tadi tidak pernah terluput oleh shalat - jamaah. Kemudian kepadanya itu
ditanyakan, atau saya sendiri bertanya kepadanya: Alangkah baiknya jikalau
engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki apabila malam gelap
gulita ataupun di waktu siang yang panasnya amat terik." Orang itu
menjawab: "Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di dekat masjid.
Sesungguhnya saya ingin sekali kalau perjalananku ke masjid itu dicatat-
sebagai pahala, demikian juga pulangku jikalau saya pulang ke tempat
keluargaku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah
mengumpulkan untukmu semua yang kau kehendaki itu." (HR Muslim) Dalam
riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya bagimu adalah pahala apa yang
telah engkau amalkan." Ar-ramdha' ialah bumi yang terkena panas
matahari yang amat terik.
Takhrij al-Hadits
1.
Muslim, Shahih Muslim,
, juz 2, hlm 130, hadis nomor 1459, Bab
keutamaan memperbanyak langkah ke masjid
2.
Ahmad bin Hanbal, Musnad
Ahmad, , juz 5, hlm 133, hadis nomor 21254
3.
Abu Dawud, Sunan Abu
Dawud, , juz 2, hlm 163, hadis nomor 470, Bab
penjelasan tentang keutamaan berjalan hendak melaksanakan shalat.
Syarah al-Hadits
(مَا يَسُرُّنِي أنَّ مَنْزِلي إِلَى
جَنْبِ المَسْجِدِ) لَمَّا يَفُوْتُ بِالقُرْبِ مِنْ أَجْرِ تَعَدُّدِ الخُطَا الْمُرَتَّبِ
عَلَى بُعْدِ الدَّارِ مِنْهُ
(Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di dekat masjid)
-yakni- ketika ia karena dekatnya itu akan kehilangan pahala banyaknya jumlah
langkah teratur atas jauhnya rumah dari masjid.
فِيْهِ إِثْبَاتُ الثَّوَابِ فِيْ الرُّجُوْعِ
مِنَ الصَّلَاةِ كَمَا فِيْ الذِّهَابِ إِلَيْهَا
Berdasarkan hadis tersebut menjadi ketetapan bahwa pahala
dalam perjalanan kembali dari melaksanakan shalat adalah sebagaimana ketika
berangkatnya.
(فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: قَدْ جَمَعَ اللهُ لَكَ) لِصِحَّةِ نِيَّتِكَ
وَحُسْنِ قَصْدِكَ (ذَالِكَ كُلُّهُ).
(Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan untukmu)
-yakni- karena kemurnian niatmu dan ihsan-nya maksudmu -telah
disiapkan- (semua yang kau kehendaki itu.") (Muhammad
ibn ‘Allaan, Daliilul Faalihiin syarh Riyaadlush Shaalihiin, I: 321)
Malulah kita oleh sahabat yang disebutkan dalam hadis dari
Abu Al-Mundzir Ra. tersebut, terlebih hadis lain yang mengkisahkan
tentang seorang sahabat buta yang hendak memohon izin tidak berjama’ah di
masjid sebagai berikut:
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( أَتَى اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى
اَلْمَسْجِدِ, فَرَخَّصَ لَهُ, فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ, فَقَالَ: "هَلْ
تَسْمَعُ اَلنِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَأَجِبْ ) رَوَاهُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah r.a:
Ada seorang laki-laki buta menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
dan berkata: Ya Rasulullah, sungguh aku ini tidak mempunyai seorang penuntun
yang menuntunku ke masjid. Maka beliau memberi keringanan padanya. Ketika
ia berpaling pulang beliau memanggilnya dan bertanya: "Apakah engkau
mendengar adzan untuk sholat?" Ia menjawab: Ya. Beliau
bersabda: "Kalau begitu, datanglah." (Riwayat Muslim)
Pemalas berjama’ah di
masjid! Akankah ia mendapatkan hidangan syurga? Jawab dengan iman! Wallohu
A’lam.
Bahasan selengkapnya In Syaa Allah akan dibedah pada hari Sabtu, 17 Maret 2018 oleh Al-Ustadz Rizki Farhan (Wakil Koordinator Bidang Pendidikan).
by Bidang Pendidikan bekerjasama dengan Bidang Kominfo.
Temukan Kajian Selengkapnya setiap Sabtu Malam Ahad ke-1 dan ke-3 ba'da Isya bertempat di Masjid Nurul Huda Cipanas Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan bersama Pimpinan Cabang Pemuda Persatuan Islam Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan