ANTARA WUDLU DAN DOSA

Wudlu merupakan salah satu kaifiyat thaharah. Jika hadats besar hilang dengan cara melaksanakan al-ghuslu (mandi janabat), maka hadats kecil hilang dengan cara melaksanakan wudlu. Adapun tayammum dilaksanakan ketika tidak mampu melaksanakan al-Ghuslu ataupun wudlu. Imam Ash-Shan’aniy mendefinisikan wudlu sebagai berikut:
فِي الْقَامُوسِ : الْوُضُوءُ يَأْتِي بِالضَّمِّ : الْفِعْلُ ، وَبِالْفَتْحِ مَاؤُهُ وَمَصْدَرٌ أَيْضًا ، أَوْ لُغَتَانِ ، وَيَعْنِي بِهِمَا الْمَاءَ.
Dalam Al Qamus disebutkan, jika kata wudhu ditulis dengan harakat dhamah menunjukkan arti perbuatan (الْفِعْلُ), yakni perbuatan wudhu itu sendiri. Dan jika ditulis dengan harakat fathah artinya air yang digunakan untuk berwudhu, demikian juga bentuk mashdar-nya. Terkadang makna yang dimaksud dari keduanya adalah air yang digunakan berwudhu.

وَاعْلَمْ أَنَّ الْوُضُوءَ مِنْ أَعْظَمِ شُرُوطِ الصَّلَاةِ ، وَقَدْ ثَبَتَ عِنْدَ الشَّيْخَيْنِ مِنْ حَدِيثِ " أَبِي هُرَيْرَةَ " مَرْفُوعًا { إنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ } وَثَبَتَ حَدِيثُ : { الْوُضُوءُ شَطْرُ الْإِيمَانِ } وَأَنْزَلَ اللَّهُ فَرِيضَتَهُ مِنْ السَّمَاءِ فِي قَوْلِهِ : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إذَا قُمْتُمْ إلَى الصَّلَاةِ } ؛ الْآيَةَ وَهِيَ مَدَنِيَّةٌ . وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ هَلْ كَانَ فَرْضُ الْوُضُوءِ بِالْمَدِينَةِ أَوْ بِمَكَّةَ ؟ فَالْمُحَقِّقُونَ عَلَى أَنَّهُ فُرِضَ بِالْمَدِينَةِ ، لِعَدَمِ النَّصِّ النَّاهِضِ عَلَى خِلَافِهِ .
Perlu diketahui, wudhu adalah termasuk syariat shalat yang paling agung. Telah ditegaskan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah RA secara marfu: “Sesungguhnya Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats, hingga ia berwudhu.” [Shahih: Al Bukhari 135, Muslim 225]. Dan ditegaskan oleh hadits: ‘Wudhu adalah bagian dari iman.” [Shahih: Muslim 223 dengan lafazh:  (الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ) ‘Bersuci itu bagian dari iman’]. Mengenai difardhukan wudhu ini. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kami hendak mengerjakan shalat....” (QS. Al-Maidah [5]: 6), ayat ini termasuk ayat-ayat Madaniyah. Para ulama berbeda pendapat; apakah kewajiban berwudhu ini disyariatkan di Madinah ataukah di Makkah? Para peneliti berpendapat bahwa wudhu difardhukan di Madinah karena tidak ada nash yang berlawanan dengannya. (Subulus Salam syarh Bulughul Maram, I: 55)

Terdapat beberapa dalil tentang keutamaan wudlu. Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa (631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush Shaalihiin dalam Bab Bayaan Katsrati Turuuq al Khaiir (Bab Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Kebaikan) telah memasukkan dua hadis tentang “Antara Wudlu dan Dosa”. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama,
[129] الثالث عشر : عَنْهُ : أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : « إِذَا تَوَضَّأ العَبْدُ المُسْلِمُ ، أَو المُؤمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَينهِ مَعَ المَاءِ ، أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ المَاءِ ، فَإِذا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيهِ كُلُّ خَطِيئَة كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ المَاءِ ، أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ المَاءِ ، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مشتها رِجْلاَهُ مَعَ المَاء أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ المَاءِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيّاً مِنَ الذُّنُوبِ » . رواه مسلم .
129. Ketigabelas: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang hamba muslim ataupun mu'min berwudhu', kemudian ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu setiap kesalahan yang dilihat olehnya dengan menggunakan kedua matanya bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang diambil - dilakukan - oleh kedua tangannya bersama dengan air atau bersama tetesan air yang terakhir. Kemudian apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalani oleh kedua kakinya itu bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir, sehingga keluarlah orang tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa." (Riwayat Muslim)

Takhrij al-Hadits
1.     Muslim, Shahih Muslim: Kitab al-Wudlu: Bab Khuruuj al-Khathaayaa Ma’a Maa-i al-Wudlu (Keluarnya berbagai dosa bersama air wudlu), I: 148: 600. (Al-Maktabah asy-Syamilah)
2.    At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: Abwab ath-Thaharah ‘an Rasulillah saw: Bab Maa jaa-a fii fadhli ath-Thuhuur (Penjelasan tentang keutamaan bersuci), I/ 5: 84: 2. (Beirut: Dar al-Fikr, 2009)

Syarah al-Hadits
Syaikh Faishal ibn ‘Abdul ‘Aziz Aali Mubarak menjelaskan:

فِيْ هذَا الحَدِيْثِ : فَضْلُ الوُضُوْءِ ، وَأَنَّهُ يَمْحُوْ خَطَايَا الجَوَارِحِ وَيُكَفِّرُ الذُّنُوْبَ.
Hadis ini menunjukkan keutamaan berwudlu, yang wudlu tersebut akan membersihkan berbagai kesalahan anggota badan dan akan menghapus berbagai dosa. (Tatriz Riyadhus Shalihin, I: 111)
Kedua,
[131] الخامس عشر : عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - : « ألا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ؟ » قَالُوا : بَلَى ، يَا رسولَ اللهِ ، قَالَ : « إِسْبَاغُ الوُضُوءِ عَلَى المَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ الخُطَا إِلَى المَسَاجِدِ ، وَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ فَذلِكُمُ الرِّبَاطُ » . رواه مسلم .
131. Kelimabelas: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya itu Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula dengannya tadi sampai beberapa derajat?" Para sahabat menjawab; "Baik, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu [1] isbaaghul wudlu (menyempurnakan wudhu) sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya, [2] melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta [3] menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang dinamakan ar-Ribath (perjuangan, kewaspadaan)." (Riwayat Muslim)

Takhrij al-Hadits
1.     Malik ibn Anas, Al-Muwaththa’: Bab Intidzar ash-Shalah wa al-Masyi ilaiha (Menunggu shalat serta berjalan menuju -tempat pelaksanaan-nya), I: 161: 384
2.    Ahmad, Musnad Ahmad: Musnad Abu Hurairah: II: 277: 7715
3.    Muslim, Shahih Muslim: 251
4.   At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: 51
5.    An-Nasai, Sunan An-Nasai: 143. (Al-Maktabah asy-Syamilah)

Syarah al-Hadits
Pada hadis riwayat Imam Malik dan Imam Ahmad, lafadz “fa dzaalikum ar-ribaath” disebut tiga kali; hal tersebut secara lafdziyah menunjukkan kepada taukid (penegasan) bahwa sungguh ketiga amal tersebut adalah ar-Ribaath. Namun pada riwayat Imam Ahmad pun terdapat hadis yang lafadz tersebut hanya disebut satu kali. Wallahu A’lam.

Syaikh Faishal ibn ‘Abdul ‘Aziz Aali Mubarak menjelaskan:

إِسْبَاغُ الوُضُوْءِ : اِسْتِيْعَابُ أَعْضَائِهِ بِالغُسْلِ . وَسُمِّيَتْ هذِهِ الثَّلَاثُ رِبَاطًا ؛ لِأنَّ أَعْدَى عَدُوٍّ لِلإِنْسَانِ نَفْسُهُ ، وَهذِهِ الأَعْمَالُ تَسُدُّ طُرُقُ الشَّيْطَانِ وَالهَوَى عَنِ النَّفْسِ ، فَإِنَّ جِهَادَ النَّفْسِ هُوَ الجِهَادُ الأَكْبَرُ .
Isbaaghul wudlu yakni mengaliri (dengan air) anggota-anggota tubuh (yang diwudluinya) sambil dicuci (digosok). Dinamakan ketiga amalan ini sebagai ribath (perjuangan), karena yang paling sulit dilawan bagi diri manusia. Serta amal-amal ini yang akan merintangi, menutup, menyumbat, menghalang-halangi berbagai godaan setan dan hawa nafsu terhadap diri; karena sesungguhnya jihad an-nafs (jihad melawan diri sendiri) merupakan jihad yang paling besar. (Tatriz Riyadhus Shalihin, I: 112)

Terdapat pula hadis yang semakna, yaitu pada kitab Musnad Ahmad sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلى الله عَليه وسَلم قَالَ مُنْتَظِرُ الصَّلاَةِ مِنْ بَعْدِ الصَّلاَةِ كَفَارِسٍ اشْتَدَّ بِهِ فَرَسُهُ فِي سَبِيلِ اللهِ عَلَى كَشْحِهِ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَلاَئِكَةُ اللهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ، أَوْ يَقُومُ وَهُوَ فِي الرِّبَاطِ الأَكْبَرِ.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa sanya Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang menunggu-nunggu waktu shalat setelah melaksanakan shalat itu bagaikan seorang penunggang kuda yang bersungguh-sungguh dalam penunggangannya (perjuangannya) fi sabilillah (di jalan Allah) dalam mengusir musuh. Para malaikat Allah akan bershalawat (mendo’akan) kepadanya selama ia belum berhadats atau beranjak (pergi); dan ini adalah dalam rangka ar-Ribaath al-Akbar (perjuangan, kewaspadaan yang besar).” (HR Ahmad, Musnad Ahmad, III: 2380: 8745)

Berkaitan dengan ar-Ribaath, terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang menggunakan lafadz tersebut, diantaranya:

Pertama,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَما تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat (ribaath al-khail) untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs al-Anfal/ 8: 60)

Syaikh DR. Wahbah Az-Zuhaili meng-i’rab-kan ayat di atas di antaranya sebagai berikut:

تُرْهِبُونَ بِهِ الهاء في بِهِ إما أن تعود على مَا أو على الرباط ، أو على الإعداد المفهوم من قوله : وَأَعِدُّوا.
Lafadz turhibuuna bihi (menggetarkan dengan persiapan itu); dlamir ha pada lafadz bihi (dengan persiapan itu) bisa kembali kepada lafadz maa (apa saja), atau kembali kepada lafadz ar-ribaath (-kuda-kuda- yang ditambat), atau kembali kepada al-i’daad (permusuhan, pada ayat itu berbunyi: ‘aduwwalloh); ini semua adalah yang dipahami dari firman Allah: Wa a’idduu (dan siapkanlah). (At-Tafsir Al-Munir, 10: 48)

Kedua,
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصابِرُوا وَرابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah -ribath- bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Qs Ali Imran/ 3: 200)

Al-Hafidz Isma’il ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas yang dikelompokkan dengan satu ayat sebelumnya diantaranya sebagai berikut:

قَوْله تَعَالَى " يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اِصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابَطُوا " قَالَ الْحَسَن الْبَصْرِيّ أُمِرُوا أَنْ يَصْبِرُوا عَلَى دِينهمْ الَّذِي اِرْتَضَاهُ اللَّه لَهُمْ وَهُوَ الْإِسْلَام فَلَا يَدَعُوهُ لِسَرَّاء وَلَا لِضَرَّاء وَلَا لِشِدَّةٍ وَلَا لِرَخَاءٍ حَتَّى يَمُوتُوا مُسْلِمِينَ وَأَنْ يُصَابِرُوا الْأَعْدَاء الَّذِينَ يَكْتُمُونَ دِينهمْ. وَكَذَلِكَ قَالَ غَيْر وَاحِد مِنْ عُلَمَاء السَّلَف.
Firman Allah Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah -ribath- bersiap siaga (di perbatasan negerimu)”. Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Mereka diperintahkan untuk bersabar dalam menjalankan agama mereka yang diridhai oleh Allah, yaitu agama Islam. Janganlah mereka meninggalkannya, baik dalam keadaan suka maupun duka dan dalam keadaan miskin maupun kaya, hingga mereka mati dalam keadaan memeluk agama Islam. Hendaklah mereka teguh bersabar dalam menghadapi musuh-musuh yang menyembunyikan agama mereka. Hal yang sama dikatakan pula bukan oleh hanya seorang dari kalangan ulama salaf.”

وَأَمَّا الْمُرَابَطَة فَهِيَ الْمُدَاوَمَة فِي مَكَان الْعِبَادَة وَالثَّبَات وَقِيلَ اِنْتِظَار الصَّلَاة بَعْد الصَّلَاة قَالَهُ اِبْن عَبَّاس وَسَهْل بْن حُنَيْف وَمُحَمَّد بْن كَعْب الْقَرَظِيّ وَغَيْرهمْ.  (Tafsir Ibnu Katsir: Qs Ali Imran: 200)
Adapun murabathah (semakna dengan ar-ribath) ialah menetapi suatu tempat ibadah dan tidak bergeming darinya. Menurut pendapat lain: (ialah) menunggu (waktu) shalat (lain) setelah mengerjakan shalat. Demikian yang dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas, Sahl ibn Hunaif, Muhammad ibn Ka’ab Al-Qaradzi, dan ulama yang lainnya.

Selanjutnya, Al-Hafidz mengutip hadis sebagaimana yang telah dikutip pula oleh Imam An-Nawawi pada Riyadhus Shalihin hadis nomor 131 dengan sedikit perbedaan lafadz dan beberapa hadis lainnya. Kemudian Al-Hafidz menjelaskan diantaranya sebagai berikut:

وَقِيلَ الْمُرَاد بِالْمُرَابَطَةِ هَهُنَا مُرَابَطَة الْغَزْو فِي نَحْو الْعَدُوّ وَحِفْظ ثُغُور الْإِسْلَام وَصِيَانَتهَا عَنْ دُخُول الْأَعْدَاء إِلَى حَوْزَة بِلَاد الْمُسْلِمِينَ وَقَدْ وَرَدَتْ الْأَخْبَار بِالتَّرْغِيبِ فِي ذَلِكَ وَذِكْرِ كَثْرَة الثَّوَاب فِيهِ
Pendapat lain mengatakan, yang dimaksud dengan murabathah dalam ayat ini ialah bersiap siaga di perbatasan negeri terhadap ancaman musuh, menjaga tapal batas negeri Islam, dan melindunginya dari serangan musuh yang hendak menjarah negeri-negeri Islam. Sungguh banyak hadis yang menganjurkan hal ini, dan disebutkan bahwa tugas ini pahalanya besar sekali. (Tafsir Ibnu Katsir: Qs Ali Imran: 200)

Dari sekian banyak hadis tentang murabathah bermakna bersiap siaga di perbatasan negeri terhadap ancaman musuh, diantara hadis yang disodorkan Al-Hafidz adalah sebagai berikut:

فَرَوَى الْبُخَارِيّ فِي صَحِيحه عَنْ سَهْل بْن سَعْد السَّاعِدِيّ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " رِبَاط يَوْم فِي سَبِيل اللَّه خَيْر مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا " .
Imam Al-Bukhari pada kitab Shahih-nya meriwayatkan melalui jalur Sahl ibn Sa’ad As-Saa’idiy ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Ribaath (Bersiap siaga di perbatasan) selama sehari dalam jihad di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya.” (Tafsir Ibnu Katsir: Qs Ali Imran: 200)

Secara umum, Rasulullah saw. tentang penghapusan dosa dengan melaksanakan berbagai ibadah adalah melalui sabdanya diantaranya sebagai berikut:
[130] الرابع عشر : عَنْهُ ، عن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : « الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّراتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ » . رواه مسلم .
130. Keempatbelas: Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda: "Shalat lima waktu, dari Jum'at yang satu ke Jum'at yang berikutnya, dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang berikutnya itu dapat menjadi penghapus dosa-dosa antara jarak keduanya itu, jikalau dosa-dosa besar dijauhi." (Riwayat Muslim)

Takhrij al-Hadits
1.     Muslim, Shahih Muslim: 233
2.    At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: 214. (Al-Maktabah asy-Syamilah)

Syarah al-Hadits
Imam An-Nawawi pada kitab Riyadhus Shalihin menyimpan hadis di atas setelah nomor 129 dan sebelum nomor 131.

Syaikh Faishal ibn ‘Abdul ‘Aziz Aali Mubarak menjelaskan:
فِيْ هذَا الحَدِيْثِ : سَعَةُ رَحْمَةِ اللهِ تَعَالَى ، وَأَنَّ الْمُدَوَامَةَ عَلَى الفَرَائِضِ تُكَفِّرُ الصَّغَائِرَ مِنَ الذُّنُوْبِ ، وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : "الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ" [ النجم (32) ] .
Hadis ini menunjukkan akan luasnya rahmat Allah Ta’ala, serta menunjukkan bahwa mudawamah (konsisten) dalam melaksanakan berbagai kewajiban akan menghapus dosa-dosa yang kecil. Firman Allah Ta’ala, “(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya.” [Qs an-Najm/ 53: 32]. (Tatriz Riyadhus Shalihin, I: 111)

Antara Wudlu dan Dosa; maka wudlu dapat menghapus dosa-dosa kecil selama tidak melakukan dosa besar.

Antara Wudlu dan Dosa; maka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan wudlu dalam kondisi apapun merupakan bagian dari ar-Ribaath.

ar-Ribaath intinya adalah waspada, berjuang tak kenal lelah, senantiasa memelihara setiap batasan dari Allah dan Rasul-Nya, memperhatikan setiap kewajiban dan senantiasa ingin terdepan, berusaha tepat dalam setiap bentuk taat.

Pribadi ar-Ribaath akan mendapatkan maghfirah dan pahala dari Allah Ta’ala serta dido’akan oleh para Malaikat-Nya.

Pada akhirnya, pribadi muslim yang berkarakter ar-Ribaath, maka ia akan senantiasa teliti dalam beribadah, diantaranya wudlu.

Pribadi ar-Ribaath tidak mungkin bermalas-malasan, banyak menunda-nunda, berlama-lama dalam suatu perkata yang tidak ada ataupun kurang manfaatnya. Jangankan menyia-nyiakan amalan-amalan yang besar nan berat, wudlunya saja begitu ia waspadai.

Semoga kita termasuk para generasi muda Islam yang berkarakter ar-Ribaath. Aamiin. Wallaahu A’lam.

by Bidang Pendidikan.

@ Bidang Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama