SETIAP MA'RUF ADALAH SEDEKAH

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengizinkan ummatnya untuk tidak berinfaq shadaqah, walau umatnya dalam keadaan miskin, sakit, dan terdesak sekalipun. Ajaran Sang Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diantaranya tergambar pada dua hadis dalam kitab Riyaadlush Shaalihiin.

Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa (631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush Shaalihiin dalam Bab Bayaan Katsrati Turuuq al Khaiir (Bab Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Kebaikan) hemat penulis, telah memasukkan dua hadis tentang “Setiap Ma’ruf adalah Sedekah”. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama,
(134)- الثامن عشر : عن جَابرٍ - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ )) رواه البخاري ، ورواه مسلم مِنْ رواية حُذَيفة - رضي الله عنه - .
134- Hadis kedelapan belas: dari Jabir Radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap perbuatan baik merupakan sedekah.” Hr. Al-Bukhari, adapun Muslim meriwayatkan melalui jalur Khudzaifah Radliyallahu ‘anhu.

Takhrij Al-Hadits
1.       Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, no. 6021; dan pada kitab Al-Adab Al-Mufrad, no. 224.
2.       Muslim, Shahih Muslim, no. 1005.
3.      Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 4947.
4.      Al-Hakim, Al-Mustadrak, jilid 2, no. 2311.
5.      Ahmad, Al-Musnad, jilid 9, no. 23430.
6.      Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, jilid 8, no. 548.
7.      Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, no. 3378-3379.
8.      Ath-Thabrani, Mu’jam ash-Shagir, no. 672.

Syarah Al-Hadits
Hadis-hadis yang semakna dengan hadis “Kullu ma’ruufin shodaqotun” diantaranya sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَيُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ. (صحيح البخاري: 4: 56: 2989، صحيح مسلم: 3: 83: 2382)
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap ruas tulang pada manusia wajib atasnya shadaqah dan setiap hari terbitnya matahari seseorang yang mendamaikan antara dua orang yang bertikai adalah shadaqah dan menolong seseorang untuk menaiki hewan tunggangannya lalu mengangkat barang-barangnya ke atas hewan tunggangannya adalah shadaqah dan ucapan yang baik adalah shadaqah dan setiap langkah yang dijalankan menuju shalat adalah shadaqah dan menyingkirkan sesuatu yang bisa menyakiti (atau menghalangi) orang dari jalan adalah shadaqah.” (Bukhari, no. 2989; Muslim, no. 2382)

Dalam hadits lain, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
وَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
“Setiap Tasbih merupakan sedekah, setiap Tahmid (mengucapkan alhamdulillāh) juga merupakan sedekah, setiap bertahlil (mengucapkan lā ilāha illa Allāh) merupakan sedekah dan setiap takbir (mengucapkan Allāhu akbar) maka dia juga bersedekah. Dan menyeru oranglain kepada kebaikan juga sedekah dan juga mencegah oranglain dari perbuatan kemungkaran (nahyi munkar) juga dia bersedekah.” (HR Muslim no. 2376, dari shahābat Abū Dzar)

Bahkan dalam perkara yang kita anggap perkara duniawi, kata Nabi Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam:
وَفِـيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
“Engkau menggauli istrimu engkau telah bersedekah.” (HR Muslim)

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ أَوْ قَالَ بِالْمَعْرُوفِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ فَيُمْسِكُ عَنْ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ
Dari Abu Musa Al Asy'ari Radliyallahu ‘anhu, dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah." Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? Beliau bersabda:: Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah. Mereka bertanya; Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? Beliau bersabda: Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan. Mereka bertanya; Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? Beliau bersabda: Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf dia berkata; Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? Beliau bersabda: Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.Hr. Al-Bukhari, no 5563.

Kedua,
(135)- التاسع عشر : عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْساً إلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً ، وَمَا سُرِقَ مِنهُ لَهُ صَدَقَةً ، وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً )) رواه مسلم .
135- Hadis kesembilan belas: darinya (Jabir Radliyallahu ‘anhu), ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada seorang muslim pun yang menanam tanaman, kemudian ia makan dari hasil tanaman itu, maka itu adalah sebagai sedekah baginya, juga bila hasil tanaman itu dicuri darinya, maka itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya, dan tidaklah seseorang mengambil tanamannya itu kecuali itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya.” Hr. Muslim.

وفي رواية لَهُ : (( فَلاَ يَغْرِسُ المُسْلِمُ غَرْساً فَيَأْكُلَ مِنْهُ إنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقة إِلَى يَومِ القِيَامةِ )).
Dan pada riwayat Muslim lainnya, “Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, binatang melata, juga burung, kecuali itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya hingga hari kiamat.”

وفي رواية لَهُ : ((لاَ يَغرِسُ مُسْلِمٌ غَرساً ، وَلاَ يَزرَعُ زَرعاً ، فَيَأكُلَ مِنهُ إنْسَانٌ وَلاَ دَابَةٌ وَلاَ شَيءٌ ، إلاَّ كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً)) .
Dan pada riwayat Muslim lainnya, “Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, dan tidaklah ia menabur benih tumbuh-tumbuhan, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, binatang, dan oleh sesuatu apapun, kecuali itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya.”

وروياه جميعاً من رواية أنس - رضي الله عنه - . قوله : (( يَرْزَؤُهُ )) أي ينقصه .
Muslim meriwayatkan kedua hadis itu melalui jalur Anas Radliyallahu ‘anhu. Sabda Nabi, “Yarza’uhu” maknanya adalah “Yanqushuhu (mengambilnya).”

Takhrij Al-Hadits
1.        Muslim, Shahih Muslim, no. 1552 dari Jabir Radliyallahu ‘anhu. No. 1553 dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu.
2.       Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, no. 2320 dan 1553 dari Anas bin Malik.
3.      At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, no. 1382 dari Anas bin Malik.

Syarah Al-Hadits
(وَمَا سُرِقَ مِنهُ لَهُ صَدَقَةً) يعني يحصل له مثل ثواب صدقة المسروق، وليس المعنى أن المأخوذ صار ملكاً للآخذ كما لو تصدق به عليه
(juga bila hasil tanaman itu dicuri darinya, maka itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya) yakni menjadikan pemiliknya mendapatkan seperti pahala sedekah dari yang dicuri, bukanlah maksudnya itu bahwa yang dicuri menjadi milik yang mencuri sebagaimana jikalau pemiliknya bersedekah dengannya kepada pencuri itu.

(فَلاَ يَغْرِسُ المُسْلِمُ غَرْساً فَيَأْكُلَ مِنْهُ إنْسَانٌ) أي: على وجه التصدق عليه والإكرام، أو بطريق الغصب ما لم يؤدّ بدله
(Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia) yakni dengan cara yang benar dan memuliakan kepada pemiliknya, ataupun dengan jalan ghosob (merampas) dengan tidak memberikan gantinya; maka sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

... إلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقة إِلَى يَومِ القِيَامةِ
“... kecuali itu adalah sebagai sedekah bagi (pemilik)nya hingga hari kiamat.”

قال ابن العربي: مِنْ سَعَةِ كَرَمِ اللهِ تَعَالَى أن يثيب على ما بعد الحياة كما يثيب على ذلك في الحياة وذلك في ستة: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له، أو غرس، أو زرع، أو الرباط. فللمرابط ثواب عمله إلى يوم القيامة.
Ibnu al-‘Arabi berkata: “Diantara keluasan dari kedermawanan Allah Ta’ala bahwa Dia akan memberikan pahala atas apa yang dilakukan setelah kehidupan (yakni setelah pelakunya meninggal dunia) sebagaimana Dia memberikan pahala atas hal tersebut saat di dalam kehidupan, serta hal tersebut ada dalam enam perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkannya, anak shalih yang senantiasa mendo’akannya, tanaman, biji-bijian, atau sekawanan kuda (rombongan pasukan berkuda); maka akan saling berikatanlah pahala dari amalnya itu hingga hari kiamat.” (Syaikh Muhammad Ibnu ‘Allaan, Daliilul Faalihiin syarh Riyaadlush Shaalihiin, I: 319)

Wallahu A’lam.


by Bidang Pendidikan.

@ Bidang Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama