Masjid Besar
Pangalengan – Kabupaten Bandung. Sekitar pukul 15.00 s/d 17.30 WIB, Al-Ustadz H. Eka Permana Habibillah yang
merupakan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam hadir di hadapan ratusan mustami’
dalam acara Tabligh Akbar dan Galang Dana Peka Sesama Korban Bencana
Donggala, Palu, dan Sekitar Wilayah Sulteng serta Sulbar.
Setiap kata yang kita
ungkapkan akan mempengaruhi terhadap kesimpulan dan sikap kita seterusnya,
demikan Al-Ustadz memulai kajiannya. Selanjutnya menurut beliau, sebab setiap
kata yang diungkapkan itu akan mengikat terhadap kesimpulan-kesimpulan
berikutnya untuk kemudian menyikapi masalah-masalah yang diungkapkan.
Artinya, jika suatu
kata yang kita ungkapkan dari awal sudah salah dalam memahaminya, bukan hanya
akan salah dalam menyimpulkan masalah, namun juga akan salah dalam menyikapi
masalah. Terdapat konsekwensi logis pada setiap kata yang diucapkan. Jika
berbicara “A”, maka akan ada konsekwensi “B, C, D, dan seterusnya”.
Itulah mengapa jika
seorang anak benar dalam menempatkan kata, maka orangtua tidak usah banyak kata
dalam memerintah. Contohnya, jika seorang ibu menyuruh anaknya makan, maka
tidak akan banyak kata yang dilontarkan, karena kata “makan”, tidak akan
menggambarkan WC ataupun kamar tidur, kata “makan” terikat dengan kesimpulan
lain, yakni piring, nasi, dapur, dan yang terkait lainnya. Inilah contoh mudah
saat kata difahamkan dengan benar.
Bayangkan jika umat
Islam salah dalam memahami dan menempatkan bahasa. Salah dalam memahami kata
syukur, kurang tepat dalam menempatkan kata sabar, tidak tepat dalam
menempatkan kata musibah.
Kata musibah berasal
dari bentuk isim fa’il (kata benda yang menunjukkan yang mengerjakan),
pecahannya diantaranya adalah lafadz ashooba, yushiibu, ishoobatan,
mushiibatun. Mushiibatun artinya “yang menimpa”. (Secara bahasa),
jika mushiibatun atau mushibah diartikan “yang menimpa”, apakah
yang menimpa itu yang baik? Ataukah yang buruk? Karena kebanyakan orang
mengartikan mushibah itu berkonotasi jelek. Seperti dagang tidak laku,
anak bodoh, suami berbuat serong, dan lain sebagainya. Itulah mengapa jarang
orang yang mengatakan bahwa ia terkena musibah karena suaminya sholeh, musibah
karena anak rajin tahajjud.
Mushibah adalah lafadz yang
bersifat umum, terkadang baik dan terkadang buruk. Itulah mengapa Al-Qur’an
mengungkapkan:
وَبَلَوْناهُمْ بِالْحَسَناتِ وَالسَّيِّئاتِ
“...Dan Kami coba mereka dengan
(nikmat, musibah) yang baik-baik (hasanah) dan (bencana, musibah) yang
buruk-buruk (sayyiah).
. .” (QS Al-A’raf/ 7: 168)
Jadi musibah itu ada dua, ada
musibah hasanah dan ada musibah sayyiah. Al-Ustadz kemudian
bertanya kepada mustami’ tentang arti hasanah. Kebanyakan mustami’
menjawab bahwa hasanah berarti “baik”, lalu Al-Ustadz mempertanyakan,
bagaimana dengan al-Khair? Al-Birru? Al-Ma’ruf? Itu semua pun artinya
“baik”, apakah sama konotasinya “baik” dari semua lafadz tersebut? Tentu
berbeda-beda. Ini sebagai suatu contoh, kata Al-Ustadz, betapa miskinnya Bahasa
Indonesia dalam menerjemahkan Bahasa lain, karena memang Bahasa Indonesia
merupakan Bahasa serapan dari Bahasa-bahasa lain. Dalam hal ini, menjadi aneh
dan bahaya ketika terdapat sekelompok umat Islam yang memiliki gagasan hendak
meniadakan tulisan Arab di dalam Al-Qur’an dan hanya mencantumkan tarjamahnya
saja dengan alas an sulitnya mempelajari Bahasa Arab, maka jika itu sampai
dilakukan, maka bagaimana nanti kita akan menyelami setiap ayat dan lafadz
dalam Al-Qur’an karena Bahasa Indonesia tidak akan mampu mewakili kedalaman
makna Bahasa Arab sebagai Bahasa Al-Qur’an secara mendalam dan benar-benar
menyeluruh. Tujuan kelompok ini seperti yang diungkapkan oleh sahabat ‘Ali ibn
Abi Thalib Radliyallahu ‘anhu,
كَلِمَةُ الحَقِّ أُرِيْدَ بِهِ البَاطِل
“Sebuah kalimat (pernyataan) yang haq (benar), namun
maksudnya batil (salah).”
Bahasa Indonesia itu jangankan menerjemahkan Bahasa Arab,
menerjemahkan Bahasa Sunda saja sangat sulit. Contoh, dalam Bahasa Sunda ada ungkapan “clom
giriwil” yang popular di kalangan tukang memancing. “Clom” adalah
suara pancingan saat masuk air, “giriwil” adalah saat pancingan baru
dimasukkan ke dalam air sudah langsung mendapatkan ikan hingga pancingan itu
pun langsung ditarik; maka kalimat “clom giriwil” diartikan “mudah
didapat”, adalah arti pinjaman, dan tidak bisa diartikan secara kosakata satu
persatu, karena akan terlalu Panjang lebar.
Itulah mengapa menjadi penting memiliki kamus itu yang
mengartikan Bahasa Arab dengan Bahasa Arab, Bahasa Inggris dengan Bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia dengan Bahasa Indonesia. Karena terkadang suatu kata perlu
dijelaskan padanan kata atau sinonim kata tersebut sehingga dapat dimengerti
maksudnya.
Bahasa sunda, “engké” artinya “nanti”, namun jika
kata berubah menjadi “diengké-engké”, tidak lantas kita artikan “dinanti-nanti”,
karena kalimat “diengké-engké” maknanya adalah “ditunda-tunda”. Sedangkan makna “dinanti-nanti”
dalam Bahasa Indonesia bermakna “ditunggu-tunggu”. Sekarang kalimat “ditunda”
dalam Bahasa Sunda, maka menjadi bermakna “disimpan” dalam Bahasa
Indonesia. Apalagi menerjemahkan Bahasa Indonesia kepada Bahasa Arab dan
sebaliknya, itu lebih sulit lagi.
Pada QS. Al-A’raf/ 7: 168 sebagaimana disebutkan, bahwa Allah Ta’ala akan
menimpakan musibah hasanah dan musibah sayyiah. Apakah hasanah itu?
Hasanah adalah:
مَا تَشْتَهِيْ بِهَا النَّفْسُ
“Segala
sesuatu yang sesuai dengan kehendak (keinginan)”.
Hasanah itu
disebut baik saat sesuai dengan keinginan manusia. Saat Allah Ta’ala menurunkan musibah
hasanah, yakni musibah yang sesuai dengan keinginan manusia, terlepas dari
bagus atau jelek musibah itu. Seperti kemarau, apakah ini musibah baik atau
musibah buruk? Jawabannya bahwa bisa menjadi musibah baik dan bisa pula
menjadi musibah buruk, karena bagi tukang es cendol umpamanya, kemarau menjadi
musibah baik disebabkan dagangannya akan laku, sedangkan bagi petani bahwa
kemarau itu musibah buruk disebabkan pertaniannya akan mengalami kekeringan.
Musibah gempa, baik atau buruk? Bagi yang rumahnya rusak,
gempa itu buruk, namun bagi tukang penjual bahan bangunan bisa jadi musibah
gempa itu baik karena barang-barang dagangannya akan laku keras.
Dalam ayat lain dikatakan,
وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan (asy-syarru)
dan kebaikan (al-khayr)” (QS Al-Anbiya/ 21: 35)
al-Khayr itu kebaikan yang
konotasi kepada manfaat. Itulah mengapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ.
“Sebaik-baik manusia
adalah yang mereka paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR As-Suyuti, Al-Jaami’ ash-Shagiir; Al-Munaawiy, Faidlul Qadiir)
Jadi Allah Ta’ala
menurunkan musibah itu terkadang sesuatu yang mendatangkan manfaat dan
terkadang sesuatu yang memberikan madlarat. Timbul pertanyaan, yang diberi
sakit itu orang yang maksiat ataukah orang yang taat? Jawabannya adalah
kedua-duanya, maka musibah itu tidak ada kaitan dengan laknat Allah atau rahmat
Allah kepada kita. Jadi saat kita sakit, bukan berarti Allah sedang benci
kepada kita. Saat kita sehat, bukan berarti pula Allah Ta’ala sedang ridla
kepada kita. Nanti jika demikian pemahamannya, akan banyak orang shalih yang
protes, mengapa ia shalat rajin namun sakit-sakitan, sedangkan orang lain yang
tidak pernah shalat tapi badannya selalu sehat; atau seseorang yang zakat namun
dagangnya rugi, tetapi orang lain yang pelit dari zakat tapi hartanya melimpah.
Bahkan dalam QS
Al-Fajr, Allah Ta’ala menyindir sebagai berikut:
فَأَمَّا الْإِنْسانُ إِذا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ
فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذا مَا
ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهانَنِ (16)
15. Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku." 16.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku".
Maka kemudian Allah Ta’ala menjawab anggapan tersebut pada ayat selanjutnya:
كَلاَّ بَلْ لا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ (17) وَلا
تَحَاضُّونَ عَلى طَعامِ الْمِسْكِينِ (18) وَتَأْكُلُونَ التُّراثَ أَكْلاً
لَمًّا (19) وَتُحِبُّونَ الْمالَ حُبًّا جَمًّا (20)
17.
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. 18.
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, 19. dan kamu memakan
harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), 20.
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
Lantas apa tujuan Allah Ta’ala menimpakan musibah hasanah ataupun
musibah sayyiah? Jawabannya adalah sebagai fitnatan (ujian). Berdasarkan
firman Allah Ta’ala,
وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً [الأنبياء 21/ 35]
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan (asy-syarru)
dan kebaikan (al-khayr), sebagai fitnatan -cobaan- (yang sebenar-benarnya).”
(QS
Al-Anbiya/ 21: 35)
Fitnatan dalam Bahasa Arab artinya gangguan, ujian, adzab. Adapun
fitnah dalam Bahasa Indonesia artinya adalah menuduh. Itulah mengapa
ayat Al-Qur’an, alfitnatu asyaddu minal qatli, tidak bisa dikaitkan
dengan makna menuduh lebih jahat daripada pembunuhan. Karena maksud ayat
itu adalah, “mengadakan gangguan (dari ibadah) itu lebih besar dosanya
daripada pembunuhan.”
Allah Ta’ala menurunkan musibah hasanah dan musibah sayyiah
adalah bernilai sama, yakni sebagai ujian. Seperti di sebuah sekolah,
butir-butir soal ujian itu bukan sekedar ujian bagi siswa yang nakal, namun
juga ujian bagi siswa yang baik. Maksudnya, bahwa kata “ujian” itu
bersifat netral dan kepada siapa pun ujian itu pasti akan datang, yakni kepada
orang shaleh ataupun kepada orang yang ahli maksiat.
Artinya, baik ataupun buruk, jika seseorang itu sedang diuji, maka yang
datang kepadanya adalah ujian. Seperti kata “iman”, hukumnya iman itu
haram atau wajib? Maka jawabannya haram dan wajibnya iman itu tergantung kepada
siapa objeknya. Jika kepada Allah Ta’ala, kita wajib iman. Adapun
kepada thagut (sesembahan selain Allah), maka kita haram iman.
Ini semua menunjukkan betapa pentingnya menempatkan Bahasa sesuai
maknanya, ini pun menjadi pelajaran bagi kita ketika menentukan bid’ah kepada
amalan muslim lain, maka perlu dijelaskan tentang pengertian bid’ah dan aspek
bid’ah yang tengah dikerjakan.
Adanya laknat dan rahmat dari Allah Ta’ala bukan pada ujian yang tengah
dihadapi, namun pada bagaimana sikap kita menghadapi ujian tersebut. Apakah
ujian yang ditimpakan akan berbuah laknat, atau bisa jadi berbuah rahmat. Ketika
diberi musibah hasanah,
أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ [سورة النمل: الآيات 40]
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). (QS An-Naml/ 27: 40)
ketika diberi musibah sayyiah, أَأَصْبِرُ أَمْ أَقْنَطُ apakah bersabar ataukah berputus
asa. Kesuksesan seseorang menghadapi musibah itu bukan
ketika musibah itu menimpa, tapi kesuksesan itu ditentukan saat bagaimana kita
menyikapi ujian itu. Saat sehat itu apakah untung atau rugi? Jawabannya adalah
akan untung jika syukur, dan akan rugi jika kufur.
Ditimpa gempa itu untung ataukah
rugi? Maka jawabannya ditimpa gempa akan menjadi untung jika dengan gempa itu lantas
meningkatkan keimanan, dan akan menjadi rugi ditimpa gempa jika dengan gempa
itu lantas menambahkan kekufuran.
Gempa di Palu dan sekitarnya akan menjadi keuntungan jika dengan gempa
itu kita dapat meningkatkan syukur dan akan menjadi kerugian jika dengannya
kita malah kufur. Bersyukurlah kepada Allah diantaranya dengan membantu saudara
kita di Palu dan sekitarnya yang tengah diterjang gempa.
Lebih baik sehat bersyukur
ataukah sakit bersabar? Jawabannya adalah kedua-duanya baik. Itulah mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Perkara orang mu'min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik (khayr,
memberikan manfaat) dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu'min,
bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik (khayr) baginya dan
bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik (khayr) baginya.” (HR Muslim dari sahabat Suhaib Radliyallahu ‘anhu, Shahih
Muslim; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman; Ibnu Hibban, Shahih Ibnu
Hibban; Ath-Thabari, Al-Mu’jam Al-Ausath)
Jadi, bukan (hanya) musibah yang harus kita pikirkan, tetapi juga SIKAP
kepada musibah yang tengah menimpa tersebut. Apakah hendak dijadikan moment
untuk meningkatkan keimanan, atau malah menambah kekufuran. Itulah mengapa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bahwa seorang mu’min itu
jika ditimpa musibah hasanah menjadi baik (khayr), dan saat ditimpa
musibah sayyiah pun menjadi baik (khayr), karena dia mengerti mengapa Allah Ta’ala
menurunkan musibah tersebut.
Berbeda dengan orang munafik, diberi kehidupan yang sempit ia susah, dan
diberi kehidupan yang lapang pun ia tetap susah. Seperti seekor unta yang diikat
dan dilepaskan oleh pemiliknya, apakah unta itu tahu alasan mengapa ia diikat? Tentu
tidak. Begitu pula seekor sapi yang banyak ada di daerah Pangalengan. Hewan-hewan
itu tidak akan tahu alasan mengapa ia diikat. Artinya manusia yang tidak mengerti
maksud Allah Ta’ala menurunkan musibah itu bagaikan seekor sapi, diberi sakit
tidak menambah sabar, diberi sehat tidak menambah syukur. Itulah manusia yang
bagaikan sapi. Kenapa? Karena ia tidak mampu menyikapi musibah hasanah dan
musibah sayyiah yang menimpa dirinya.
Selanjutnya, syukur dan sabar yang manakah yang akan menimbulkan
al-khayr? Karena ada beberapa orang yang mengadakan tumbal ke laut, ia katakan
sedang syukuran. Ada yang mengadakan hajatan, ia katakan syukuran. Yakni syukur
yang dimaksud oleh Allah Ta’ala adalah:
إِسْتِعْمَالُ مَا وَهَبَ اللهُ لَهُ فِيْمَا يَرْضَاهُ
“Menggunakan
apa-apa yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya pada apa-apa yang Allah ridla (sesuai
dengan kehendak Allah Ta’ala) kepadanya.”
Artinya, semakin besar ketaatan kita kepada Allah, maka semakin besar
pula syukur kita kepadanya; maka syukur dan sabar itu simple-nya adalah
ibadah, yakni orang yang syukur itu adalah orang yang senantiasa istiqomah
dalam ibadah walaupun hidup senang. Adapun orang yang sabar itu adalah orang
yang senantiasa istiqomah dalam ibadah walaupun hidup susah.
Al-Ustadz kemudian amanat kepada mustami’, wujudkan rasa syukur kita
dengan cara membantu saudara-saudara kita yang tengah ditimpa musibah.
Demikian diantara
yang telah disampaikan Al-Ustadz dengan beberapa hal yang diringkas seperlunya.
Wallahu A’lam.
Sebelum acara Tabligh
Akbar digelar, sekitar pukul 09.00 s/d 10.00 WIB, Panitia mengadakan penggalangan dana dengan mengedarkan
kotak amal yang ditujukan kepada penduduk Pasar Pangalengan dan sekitarnya. Penyebaran dipimpin oleh Ketua Pelaksana (Bapak Undang Nurdin) bersama Bidgar Sosial dan Ekonomi (Bapak H. Asep Mulyana & Bapak Doni Gunawan), Bidgar Dakwah (Ustadz Rahmat Susanto & Ust. Cucu Rohendi) dan beberapa anggota Persis lainnya dengan menggerakkan
para anggota dan simpatisan PC Pemuda Persis Pangalengan yang berjumlah sekitar
20 orang ketika itu yang ikut dalam penyebaran kotak amal, termasuk sang ketua
(Al-Ustadz Rofiki Nugraha). Selanjutnya kotak amal tersebut disebarkan kembali
saat acara Tabligh Akbar berlangsung, berikut rincian laporannya:
1.
Rp. 1.934.000 infaq dari
masyarakat Pasar Pangalengan dan sekitarnya
2. Rp. 6.615.600 infaq dari kotak amal acara Tabligh Akbar
3.
Rp. 1.100.000 infaq
dari Madrasah Ibtidaiyah Persatuan Islam 259 Firdaus Pangalengan.
Total infaq yang diterima Panitia
adalah Rp. 9.649.600 (Sembilan Juta Enam Ratus
Empat Puluh Sembilan Ribu Enam Ratus Rupiah).
*Revisi (Jum'at, 26 Oktober 2018), Alhamdulillah donasi bertambah berupa nominal infaq dari Toko Nugraha Plastik sebesar Rp. 350.500; maka Total Infaq yang terima Panitia adalah Rp. 10.000.100. (Sepuluh Juta Seratus Rupiah).
Donasi akan dititipkan melalui Unit PZU PD Persis Kabupaten Bandung.
Selain nominal uang, terdapat pula bantuan lain berupa 7 dus mie instan dan 3 karung besar pakaian layak pakai dari Jama'ah Masjid Al-Azhar Puncakmulya - Pangalengan.
Atas pencapaian ini, Panitia yang merupakan gabungan Pimpinan PC Persis Pangalengan Bidgar Dakwah dan Bidgar Sosial beserta seluruh otonom (Persistri, Pemuda, dan Pemudi) menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Pangalengan dan sekitarnya yang telah berinfak dan mensukseskan acara Tabligh Akbar dan Galang Dana ini, teriring do'a, Jazaakumullaahu khairan katsiiraa, Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan lebih banyak di dunia dan akhirat. Panitia pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini.
*Revisi (Jum'at, 26 Oktober 2018), Alhamdulillah donasi bertambah berupa nominal infaq dari Toko Nugraha Plastik sebesar Rp. 350.500; maka Total Infaq yang terima Panitia adalah Rp. 10.000.100. (Sepuluh Juta Seratus Rupiah).
Donasi akan dititipkan melalui Unit PZU PD Persis Kabupaten Bandung.
Selain nominal uang, terdapat pula bantuan lain berupa 7 dus mie instan dan 3 karung besar pakaian layak pakai dari Jama'ah Masjid Al-Azhar Puncakmulya - Pangalengan.
Atas pencapaian ini, Panitia yang merupakan gabungan Pimpinan PC Persis Pangalengan Bidgar Dakwah dan Bidgar Sosial beserta seluruh otonom (Persistri, Pemuda, dan Pemudi) menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Pangalengan dan sekitarnya yang telah berinfak dan mensukseskan acara Tabligh Akbar dan Galang Dana ini, teriring do'a, Jazaakumullaahu khairan katsiiraa, Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan lebih banyak di dunia dan akhirat. Panitia pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini.
Acara Tabligh Akbar yang dipimpin oleh
Al-Ustadz Rofiki Nugraha (Ketua PC Pemuda Persis Pangalengan) tersebut
menghadirkan pula Kang Agus Sumpena (Agus G-Hel) dari unsur Sigab (Siaga
Bencana) PP Persis (Persatuan Islam) yang telah menggambarkan kondisi real di
Lombok dan Palu serta daerah lain yang terkena bencana melalui narasi beliau yang mengalami langsung menjadi relawan di sana ditambah video yang beliau suguhkan live via facebook halaman Sigab Persis Pusat beserta video hasil kerja Tim Pemuda Persis Pangalengan. Selain itu, Kang Agus
membagikan secarik kertas dan sebuah pensil kepada seluruh mustami’ yang hadir
untuk kemudian menuliskan dua jawaban atas pertanyaan dua pertanyaan, pertama,
bagaimana jika bencana yang menimpa Palu terjadi di Pangalengan? Kedua, apa
yang anda akan lakukan untuk membantu saudara kita di Palu dan sekitarnya?.
Tentu saja trik Kang Agus ini, sedikit banyak mengingatkan mustami’ akan
pentingnya berinfak.
Hadir pula Al-Ustadz Usep Mulyana (Wakil Ketua PC
Persis Pangalengan) dalam sambutan atas nama PC Persis Pangalengan yang
mengajak ikhwatu iman untuk peduli dan peka terhadap sesama.
Selain itu, perwakilan DKM Masjid Besar Pangalengan
pun menyambut baik atas terselenggaranya acara tersebut dan mempersilahkan
hingga tuntasnya acara ini, karena menurut beliau bahwa Masjid Besar
Pangalengan adalah masjid milik seluruh umat Islam.
Bapak Kapolsek Pangalengan pun ikut memberikan
sambutan dan menyampaikan ucapan selamat dan ikut bergembira atas
terselenggaranya acara tersebut. Beliau hadir dalam rangka mewakili Camat
Kecamatan Pangalengan.
Pangalengan, 21 Oktober 2018.
by Tim Liputan (Raka
Ahsan, Ridwan Firdaus, Ahmad Ibrahim, dkk.).
Editor by Bidang
Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.
@ Kominfo PC Pemuda
Persis Pangalengan.
Allohu Akbar.
BalasHapusNikmatnya berjam"yyah.
Alhamdulillah...
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan