ISRAILIYAT DALAM PANDANGAN IBNU KATSIR [4]



وقال الأعمش عن أبي وائل: استخلف علِيّ عبد الله بن عباس على الموسم، فخطب الناس، فقرأ في خطبته سورة البقرة، وفي رواية: سورة النور، ففسرها تفسيرًا لو سمعته الروم والترك والديلم لأسلموا.
Al-A’masyi meriwayatkan dari Abu Wail, bahwa Khalifah Ali ra. mengangkat Abdullah ibn Abbas sebagai pejabat di musim haji, lalu Ibnu Abbas berkhutbah kepada para jama’ah haji. Dalam khutbahnya ia membaca surat Al-Baqarah, tetapi menurut riwayat lain adalah surat An-Nur; lalu dia menafsirkannya dengan penafsiran yang seandainya terdengar oleh orang-orang Romawi, Turki, dan Dailam, niscaya mereka semuanya masuk Islam.

ولهذا غالب ما يرويه إسماعيل بن عبد الرحمن السدي الكبير في تفسيره، عن هذين الرجلين: عبد الله بن مسعود وابن عباس، ولكن في بعض الأحيان ينقل عنهم ما يحكونه من أقاويل أهل الكتاب، التي أباحها رسول الله صلى الله عليه وسلم حيث قال: "بَلِّغوا عني ولو آية، وحَدِّثوا عن بني إسرائيل ولا حَرَج، ومن كذب عَلَىَّ متعمدًا فليتبوأ مقعده من النار" رواه البخاري (صحيح البخاري برقم 3461) عن عبد الله بن عمرو؛ ولهذا كان عبد الله بن عمرو يوم اليرموك قد أصاب زاملتين من كتب أهل الكتاب، فكان يحدث منهما بما فهمه من هذا الحديث من الإذن في ذلك.
Karena itu, kebanyakan riwayat yang dikemukakan oleh Ismail ibn Abdur Rahman As-Sadiyyul Kabir di dalam kitab Tafsir-nya bersumber dari kedua orang tersebut, yakni Abdullah ibn Mas’ud ra. dan Ibnu Abbas. Tetapi adakalanya As-Sadiyul Kabir menukil dari para sahabat hal yang mereka ceritakan dari kisah-kisah ahli kitab yang diperbolehkan oleh Rasulullah saw., seperti yang diungkapkan Nabi saw.: “Sampaikanlah dariku, sekalipun hanya satu ayat. Dan berceritalah kalian dari kaum Bani Israil, tidak ada dosa (bagi kalian). Barang siapa berdusta terhadapku dengan sengaja, hendaklah ia bersiap-siap mengambil tempat duduknya di neraka.” (Riyawat Al-Bukhari melalui Abdullah ibn ‘Amr). Oleh karena itu, Abdullah ibn ‘Amr pernah mendapat dua buah kitab dari kalangan kaum ahli kitab sebagai hasil ghanimah dalam perang Yarmuk, dan dia sering bercerita dari kedua kitab tersebut berdalilkan izin (yang dia pahami) dari hadis tersebut.

ولكن هذه الأحاديث الإسرائيلية تذكر للاستشهاد، لا للاعتضاد، فإنها على ثلاثة أقسام:
Akan tetapi, kisah Israiliyat ini diceritakan hanya untuk kesaksian (li al-isytisyhad) saja, bukan untuk dijadikan sandaran penguat hukum (li al-I’tidlad). Kisah Israiliyah terdiri atas tiga bagian:

أحدها: ما علمنا صحته مما بأيدينا مما يشهد له بالصدق، فذاك صحيح.
Pertama, apa yang kita ketahui keshahihannya melalui kitab yang ada di tangan kita (Al-Qur’an), mengingat di dalam Al-Qur’an dipersaksikan bahwa hal itu benar. Maka kelompok ini dikatakan shahih.

والثاني: ما علمنا كذبه بما عندنا مما يخالفه.
Kedua, apa yang kita ketahui kedustaannya melalui apa yang ada di tangan kita karena bertentangan dengannya.

والثالث: ما هو مسكوت عنه لا من هذا القبيل ولا من هذا القبيل، فلا نؤمن به ولا نكذبه، وتجوز حكايته لما تقدم، وغالب ذلك مما لا فائدة فيه تعود إلى أمر ديني؛
Ketiga, apa yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Dengan kata lain, bukan termasuk kelompok pertama, bukan pula termasuk kelompok kedua. Terhadap kelompok ini kita tidak usah percaya, tidak usah pula mendustakannya; tetapi boleh diceritakan karena alas an yang disebutkan di atas tadi. Hanya, kelompok ini kebanyakan tidak memberikan faidah yang bersangkutan dengan masalah agama.

ولهذا يختلف علماء أهل الكتاب في هذا كثيرًا، ويأتي عن المفسرين خلاف بسبب ذلك، كما يذكرون في مثل هذا أسماء أصحاب الكهف، ولون كلبهم، وعدّتهم، وعصا موسى من أي الشجر كانت؟ وأسماء الطيور التي أحياها الله لإبراهيم، وتعيين البعض الذي ضرب به القتيل من البقرة، ونوع الشجرة التي كلَّم الله منها موسى، إلى غير ذلك مما أبهمه الله تعالى في القرآن، مما لا فائدة في تعيينه تعود على المكلفين في دينهم ولا دنياهم.
Karena itu, ulama ahli kitab banyak berselisih pendapat mengenai masalah yang termasuk kelompok ketiga ini, dan disebutkan bahwa adanya perselisihan pendapat dari kalangan ahli tafsir disebabkan oleh hal tersebut. Sebagaimana mengenai apa yang mereka ketengahkan dalam masalah yang menyangkut nama-nama Ashabul Kahfi, warna anjing mereka, bilangan mereka, tongkat Nabi Musa terbuat dari pohon apa?, nama-nama burung yang dihidupkan oleh Allah untuk Nabi Ibrahim; sebagian dari mereka ada yang menentukan jenis sapi betina yang digunakan untuk memukul si terbunuh (agar hidup kembali, di zaman Nabi Musa), jenis pohon yang digunakan oleh Allah untuk berfirman kepada Nabi Musa, serta masalah-masalah lain yang tidak disebutkan dengan jelas di dalam Al-Qur’an karena tidak ada faidah dalam menentukan penyebutannya yang berkaitan dengan orang-orang mukallaf dalam urusan agama dan keduniawian mereka.

ولكن نَقْلُ الخلاف عنهم في ذلك جائز، كما قال تعالى: {سَيَقُولُونَ ثَلاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلا قَلِيلٌ فَلا تُمَارِ فِيهِمْ إِلا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا}
Akan tetapi, menukil adanya perselisihan pendapat dari mereka hukumnya boleh, seperti yang diterangkan di dalam firman Allah Ta’ala: {Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya." Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit." Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka}. Qs al-Kahfi/ 18: 22.

فقد اشتملت هذه الآية الكريمة على الأدب في هذا المقام وتعليم ما ينبغي في مثل هذا، فإنه تعالى أخبر عنهم بثلاثة أقوال، ضعف القولين الأولين وسكت عن الثالث، فدل على صحته إذ لو كان باطلا لرده كما ردهما،
Sungguh ayat yang mulia ini mengandung etika dalam menanggapi masalam seperti ini dan mengajarkan kepada kita sikap yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi yang semisalnya. Allah Ta’ala menceritakan pendapat-pendapat mereka yang terdiri atas tiga pendapat; kedua pendapat pertama dianggap lemah, tetapi Dia tidak menanggapi pendapat yang ketiga. Maka hal ini menunjukkan bahwa pendapat yang ketiga ini benar, sebab seandainya batil, niscaya Allah menyangkalnya, sebagaimana Dia menolak kedua pendapat (sebelumnya).

ثم أرشد على أن الاطلاع على عدتهم لا طائل تحته، فقال في مثل هذا: { قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ }
Kemudian Allah memberikan petunjuk bahwa tidak ada faidahnya mengetahui bilangan mereka (pemuda-pemuda yang tinggal di gua tersebut). Untuk menanggapi masalah seperti ini Allah berfirman: {Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka}

فإنه ما يعلم بذلك إلا قليل من الناس، ممن أطلعه الله عليه؛ فلهذا قال: { فَلا تُمَارِ فِيهِمْ إِلا مِرَاءً ظَاهِرًا } أي: لا تجهد نفسك فيما لا طائل تحته، ولا تسألهم عن ذلك فإنهم لا يعلمون من ذلك إلا رجم الغيب. فهذا أحسن ما يكون في حكاية الخلاف: أن تستوعب الأقوال في ذلك المقام، وأن تنبه على الصحيح منها وتبطل الباطل، وتذكر فائدة الخلاف وثمرته؛ لئلا يطول النزاع والخلاف فيما لا فائدة تحته، فتشتغل به عن الأهم فالأهم.
Sesungguhnya tidak ada yang mengetahui hal tersebut kecuali hanya sedikit, yaitu hanya orang-orang yang diperlihatkan  oleh  Allah  hal  tersebut.  Oleh   karena   itu   Allah   berfirman:   {Karena   itu   janganlah   kamu
(Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja} yakni, janganlah kamu menyusahkan dirimu untuk hal-hal yang tidak ada faidahnya; jangan pula kamu menanyakan kepada mereka masalah tersebut, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui hal itu melainkan hanya terkaan terhadap barang yang ghaib (tidak teralami). Hal ini merupakan metode yang paling baik untuk mengisahkan masalah yang diperselisihkan: yaitu hendaknya kita bersikap menampung pendapat-pendapat dalam masalah yang dimaksud, tetapi hendaknya pula bersikap jeli dalam menilai (pendapat) yang shahih dari pendapat-pendapat itu dan (tegas dalam) membatilkan pendapat yang batil, dan memperingatkan akibat dari perselisihan; agar tidak berpanjang-panjang dalam perselisihan yang padanya tidak ada faidah sehingga menyibukkan dengannya dari hal lain yang lebih penting.

فأما من حكى خلافًا في مسألة ولم يستوعب أقوال الناس فيها فهو ناقص، إذ قد يكون الصواب في الذي تركه.
Adapun orang yang menceritakan suatu masalah yang diperselisihkan tanpa menampung semua pendapat pihak yang bersangkutan di dalamnya, maka (informasi yang dikemukakannya) itu kurang lengkap, mengingat adakalanya pendapat yang benar berada pada pihak yang ia meninggalkannya (tidak disebutkan).

أو يحكي الخلاف ويطلقه ولا ينبه على الصحيح من الأقوال، فهو ناقص أيضًا. فإن صحح غير الصحيح عامدا فقد تعمد الكذب، أو جاهلا فقد أخطأ،
Atau dia menceritakan suatu perselisihan secara apa adanya tanpa menggaris bawahi pendapat yang benar dari beberapa pendapat itu, maka ini pun kurang pula. Jika dia membenarkan pendapat yang keliru dengan sengaja, maka sungguh dia telah dengan sengala melakukan kedustaan. Atau jika tidak dia bodoh (tidak mengerti), maka sungguh dia telah keliru.

وكذلك من نصب الخلاف فيما لا فائدة تحته، أو حكى أقوالا متعددة لفظًا ويرجع حاصلها إلى قول أو قولين معنى، فقد ضيع الزمان، وتكثر بما ليس بصحيح، فهو كلابس ثوبي زور، والله الموفق للصواب.
Demikian pula halnya orang yang melibatkan dirinya dalam suatu perselisihan tentang masalah yang tiada faidah, atau dia menceritakan pendapat-pendapat secara teks, padahal kesimpulan dari semua pendapat tersebut (dapat diringkas) kepada satu atau dua pendapat, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan waktu, dan memperbanyak hal-hal yang tidak benar. Maka dia seperti berpakaian dengan baju kebohongan. Hanya kepada Allah jualah memohon taufik ke jalan yang benar(Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, I: 12-13. Beirut-Libanon: Dar el-Fikr, 2011)



by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.

@ Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama