14- بَابُ فِيْ الاِقْتِصَادِ فِيْ العِبَادَةِ
14- BAB BERLAKU
SEDANG [TIDAK BERLEBIHAN] DALAM BERIBADAH
Sesungguhnya Islam adalah agama yang mudah dan
memudahkan, tiada satu syari’at pun di dalam Islam yang hendak memberatkan
bahkan mencelakakan umatnya.
قَالَ الله تَعَالَى: {طه مَا
أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى} [طه: 1-2]،
Allah Ta'ala berfirman: "Tidaklah Kami turunkan
al-Quran itu padamu - hai Muhammad agar engkau mendapat celaka." (Qs
Thaha: 1-2)
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim menjelaskan Qs Thaha: 1-2 diantaranya:
وَقَوْله " مَا أَنْزَلْنَا
عَلَيْك الْقُرْآن لِتَشْقَى " قَالَ جُوَيْبِر عَنْ الضَّحَّاك لَمَّا
أَنْزَلَ اللَّه الْقُرْآن عَلَى رَسُوله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ
بِهِ هُوَ وَأَصْحَابه فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ مِنْ قُرَيْش مَا أُنْزِلَ هَذَا
الْقُرْآن عَلَى مُحَمَّد إِلَّا لِيَشْقَى فَأَنْزَلَ اللَّه تَعَالَى " طه
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْك الْقُرْآن لِتَشْقَى إِلَّا تَذْكِرَة لِمَنْ يَخْشَى
" فَلَيْسَ الْأَمْر كَمَا زَعَمَهُ الْمُبْطِلُونَ بَلْ مَنْ آتَاهُ اللَّه
الْعِلْم فَقَدْ أَرَادَ بِهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Firman Allah Ta’ala: “Tidaklah Kami turunkan al-Quran
itu padamu - hai Muhammad agar engkau mendapat celaka.” Juwaibir telah
meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa ketika Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an
kepada Rasul-Nya, dan Rasul beserta para sahabatnya mengamalkannya, maka
orang-orang musyrik berkata bahwa tidak sekali-kali Allah menurunkan Al-Qur'an
ini kepada Muhammad melainkan agar dia menjadi susah. Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini
kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang
yang takut (kepada Allah). (Thaha: 1-3) Padahal duduk perkara
yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang didugakan oleh orang-orang yang tidak
percaya kepada Al-Qur'an, bahkan barang siapa yang di beri ilmu oleh Allah,
maka sesungguhnya Allah menghendaki baginya kebaikan yang banyak.
كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ
مُعَاوِيَة قَالَ : قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
مَنْ يُرِدْ اللَّه بِهِ خَيْرًا يُفَقِّههُ فِي الدِّين "
Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui
Mu'awiyah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda. “Barang siapa yang
dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah menjadikannya pandai dalam agama.”
وَمَا أَحْسَن الْحَدِيث الَّذِي
رَوَاهُ الْحَافِظ أَبُو الْقَاسِم الطَّبَرَانِيّ فِي ذَلِكَ حَيْثُ قَالَ
حَدَّثَنَا أَحْمَد بْن زُهَيْر حَدَّثَنَا الْعَلَاء بْن سَالِم حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيم الطَّالْقَانِىّ حَدَّثَنَا اِبْن الْمُبَارَك عَنْ سُفْيَان عَنْ
سِمَاك بْن حَرْب عَنْ ثَعْلَبَة بْن الْحَكَم قَالَ : قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "يَقُول اللَّه تَعَالَى لِلْعُلَمَاءِ يَوْم
الْقِيَامَة إِذَا قَعَدَ عَلَى كُرْسِيّه لِقَضَاءِ عِبَاده إِنِّي لَمْ أَجْعَل
عِلْمِي وَحِكْمَتِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيد أَنْ أَغْفِر لَكُمْ عَلَى مَا
كَانَ مِنْكُمْ وَلَا أُبَالِي" إِسْنَاده جَيِّد وَثَعْلَبَة بْن الْحَكَم
هَذَا هُوَ اللَّيْثِيّ ذَكَرَهُ أَبُو عُمَر فِي اِسْتِيعَابه وَقَالَ نَزَلَ
الْبَصْرَة ثُمَّ تَحَوَّلَ إِلَى الْكُوفَة وَرَوَى عَنْهُ سِمَاك بْن حَرْب
Alangkah baiknya hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul
Qasim At-Tabrani sehubungan dengan hal ini. Ia mengatakan: telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu
Salim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim At-Taliqani, telah menceritakan
kepada kami Ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Sa'labah
ibnul Hakam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Allah
Swt. berfirman kepada para ulama kelak di hari kiamat, yaitu bilamana Dia telah
duduk di atas Kursi-Nya untuk menjalankan peradilan terhadap hamba-hamba-Nya,
"Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menganugerahkan ilmu dan hikmah-Ku
kepada kalian, melainkan dengan maksud Aku hendak memberikan ampunan kepada
kalian terhadap semua (dosa) yang kalian lakukan tanpa
peduli.” Sanad hadis berpredikat jayyid (baik), dan
Sa'labah ibnul Hakam yang disebutkan dalam sanad hadis adalah Al-Laisi,
disebutkan dengan sebutan yang baik oleh Abu Amr di dalam kitab Isti'ab-nya. Ia
mengatakan bahwa ia tinggal di Basrah, kemudian pindah ke Kufah; dan telah mengambil
riwayat darinya Sammak ibnu Harb.
وَقَالَ مُجَاهِد فِي قَوْله "
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْك الْقُرْآن لِتَشْقَى " هِيَ كَقَوْلِهِ "
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ " وَكَانُوا يُعَلِّقُونَ الْحِبَال
بِصُدُورِهِمْ فِي الصَّلَاة
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah. (Thaha: 2) Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam
ayat yang lain, yaitu: “karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al-Qur’an.” (Al-Muzzammil: 20) Tersebutlah bahwa sebelumnya
mereka menggantungkan tali pada dada mereka dalam salatnya (agar jangan
mengantuk).
وَقَالَ قَتَادَة " مَا
أَنْزَلْنَا عَلَيْك الْقُرْآن لِتَشْقَى " لَا وَاَللَّه مَا جَعَلَهُ
شَقَاء وَلَكِنْ جَعَلَهُ رَحْمَة وَنُورًا وَدَلِيلًا إِلَى الْجَنَّة .
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak, demi Allah, Allah tidak
menjadikan Al-Qur'an baginya sebagai kesusahan. Tetapi Allah menjadikannya
sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga. (Ibnu Katsir, III: 1181)
وَقالَ تَعَالَى: {يُرِيدُ اللهُ
بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185] .
Allah Ta'ala berfirman lagi: “Allah menghendaki
kemudahan padamu semua dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua.” (Qs
al-Baqarah: 185)
Diantara penjelasan Al-Hafidz Ibnu Katsir tentang ayat di
atas adalah sebagai berikut:
... قَالَ " يُرِيد اللَّه
بِكُمْ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ " أَيْ إِنَّمَا رَخَّصَ
لَكُمْ فِي الْفِطْر فِي حَال الْمَرَض وَفِي السَّفَر مَعَ تَحَتُّمه فِي حَقّ
الْمُقِيم الصَّحِيح تَيْسِيرًا عَلَيْكُمْ وَرَحْمَة بِكُمْ . ...
... Allah Ta’ala berfirman, “Allah menghendaki kemudahan
padamu semua dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua.” yakni, tiada
lain diberikan keringanan ini bagi kalian hanya dalam keadaan kalian sedang
sakit atau dalam perjalanan, tetapi shaum merupakan suatu keharusan bagi orang
yang mukim lagi se-hat. Hal
ini tiada lain hanyalah untuk mempermudah dan memperingan kalian sebagai rahmat
dari Allah Swt. buat kalian. . .
. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim, I: 202; Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 2011)
...
قَالَ تَعَالَى " يُرِيد اللَّهُ بِكُمْ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ" قَالَ الْإِمَام أَحْمَد حَدَّثَنَا أَبُو
سَلَمَة الْخُزَاعِيّ حَدَّثَنَا أَبُو هِلَال عَنْ حُمَيْد بْن هِلَال
الْعَدَوِيّ عَنْ أَبِي قَتَادَة عَنْ الْأَعْرَابِيّ الَّذِي سَمِعَ النَّبِيّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول " إِنَّ خَيْر دِينكُمْ أَيْسَرُهُ
إِنَّ خَيْرَ دِينكُمْ أَيْسَرُهُ ".
... Allah Ta’ala berfirman, “Allah menghendaki
kemudahan padamu semua dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua.” Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khuza'i, telah
menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Humaid ibnu Hilal Al-Adawi, dari Abu
Qatadah, dari Al-A'rabi yang mendengarnya langsung dari Nabi Saw.: “Sesungguhnya
sebaik-baik (peraturan) agama kalian ialah yang paling mudah, sesungguhnya
sebaik-baik (peraturan) agama kalian ialah yang paling mudah.”
وَقَالَ أَحْمَد أَيْضًا : حَدَّثَنَا
يَزِيد بْن هَارُون أَخْبَرَنَا عَاصِم بْن هِلَال حَدَّثَنَا عَامِر بْن عُرْوَة
الْفُقَيْمِيّ حَدَّثَنِي أَبِي عُرْوَةُ قَالَ : كُنَّا نَنْتَظِر النَّبِيّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ يَقْطُر رَأْسه مِنْ وُضُوء أَوْ غُسْل
فَصَلَّى فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاة جَعَلَ النَّاس يَسْأَلُونَهُ : عَلَيْنَا
حَرَج فِي كَذَا ؟ فَقَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
إِنَّ دِين اللَّه فِي يُسْر " ثَلَاثًا يَقُولهَا - وَرَوَاهُ الْإِمَام
أَبُو بَكْر بْن مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِير هَذِهِ الْآيَة مِنْ حَدِيث مُسْلِم
بْن أَبِي تَمِيم عَنْ عَاصِم بْن هِلَال بِهِ
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada
kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Hilal, telah
menceritakan kepada kami Amir ibnu Urwah Al-Faqimi, telah menceritakan kepadaku
Abu Urwah yang menceritakan: Ketika kami sedang menunggu Nabi Saw., maka
keluarlah beliau dengan kepala yang masih meneteskan air karena habis wudu atau
mandi, lalu beliau salat. Setelah beliau selesai dari salat-nya, maka
orang-orang bertanya kepadanya, "Apakah kami berdosa jika melakukan
demikian?" Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya
agama Allah itu berada dalam kemudahan." Beliau mengucapkannya
sebanyak tiga kali. Imam Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula dalam
tafsir ayat ini melalui hadis Muslim ibnu Abu Tamim, dari Asim ibnu Hilal
dengan lafaz yang sama.
وَقَالَ الْإِمَام أَحْمَد : حَدَّثَنَا
مُحَمَّد بْن جَعْفَر حَدَّثَنَا شُعْبَة قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو التَّيَّاح
سَمِعْت أَنَس بْن مَالِك يَقُول إِنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : " يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلَا
تُنَفِّرُوا " أَخْرَجَاهُ فِي الصَّحِيحَيْنِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah
menceritakan kepada kami Abut Tayyah; ia pernah mendengar sahabat Anas r.a.
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mudahkanlah dan
janganlah kalian mempersulit, serta bersikap simpatilah kalian dan janganlah
kalian bersikap tidak disenangi. Imam
Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahih
masing-masing.
وَفِي الصَّحِيحَيْنِ أَيْضًا أَنَّ
رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِمُعَاذٍ وَأَبِي مُوسَى
حِين بَعَثَهُمَا إِلَى الْيَمَن " بَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَيَسِّرَا
وَلَا تُعَسِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخْتَلِفَا "
Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa ketika
Rasulullah Saw. mengutus sahabat Mu'az ibnu Jabal dan Abu Musa ke negeri Yaman,
beliau bersabda kepada keduanya: “Sampaikanlah berita gembira (kepada
mereka) dan janganlah kamu berdua bersikap yang membuat mereka antipati
kepadamu; permudahkanlah oleh kamu dan janganlah kamu berdua mempersulit; dan
saling bantulah kamu berdua dan jangan sampai kamu berdua berselisih.
وَفِي السُّنَن وَالْمَسَانِيد أَنَّ
رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " بُعِثْت
بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَة "
Di dalam kitab Sunan dan kitab Masanid disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Aku diutus membawa agama yang cenderung
kepada perkara yang hak dan penuh dengan toleransi.”
وَقَالَ الْحَافِظ أَبُو بَكْر بْن
مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِيره حَدَّثَنَا عَبْد اللَّه بْن إِسْحَاق بْن إِبْرَاهِيم
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْن أَبِي طَالِب حَدَّثَنَا عَبْد الْوَهَّاب بْن عَطَاء
حَدَّثَنَا أَبُو مَسْعُود الْحَرِيرِيّ عَنْ عَبْد اللَّه بْن شَقِيق عَمّ
مِحْجَن بْن الْأَدْرَع أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَأَى رَجُلًا يُصَلِّي
فَتَرَاءَاهُ بِبَصَرِهِ سَاعَة
فَقَالَ " أَتَرَاهُ يُصَلِّي صَادِقًا ؟ " قَالَ قُلْت يَا رَسُول
اللَّه : هَذَا أَكْثَر أَهْل الْمَدِينَة صَلَاة فَقَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " لَا تُسْمِعهُ فَتُهْلِكهُ " وَقَالَ "
إِنَّ اللَّه إِنَّمَا أَرَادَ بِهَذِهِ الْأُمَّة الْيُسْر
وَلَمْ يُرِدْ بِهِمْ الْعُسْر "
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab
tafsirnya mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ishaq
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, telah menceritakan kepada kami
Abu Mas'ud Al-Hariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Mihjan ibnul Adra' yang
menceritakan: Bahwa Rasulullah Saw. melihat seorang lelaki yang sedang salat,
lalu beliau menatapnya dengan pandangan mata yang tajam selama sesaat,
kemudian bersabda, "Bagaimanakah menurutmu, apakah lelaki ini salat dengan
sebenarnya?" Perawi berkata, "Aku menjawab, "Wahai
Rasulullah, orang ini adalah penduduk Madinah yang paling banyak mengerjakan
salat'." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Janganlah kamu
memperdengarkan jawabanmu kepadanya, karena akan membinasakannya!" Dan
Rasul Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah hanya menghendaki kemudahan
belaka bagi umat ini, dan Dia tidak menghendaki mereka kesulitan." (Ibnu
Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, I: 203)
Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa
(631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush Shaalihiin dalam Bab
fii al-Iqtishaad fii al-‘Ibaadah (Bab Berlaku Sedang [Tidak Berlebihan]
dalam Beribadah) telah menulis sebelas hadis, empat diantaranya yang penulis
beri judul makalah ini KECELAKAAN BAGI AL-MUTANATHTHI’UUN adalah sebagai
berikut:
Pertama,
(142)- وعن عائشة رضي الله عنها : أنَّ
النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - دخل عَلَيْهَا وعِندها امرأةٌ ، قَالَ : (( مَنْ
هذِهِ ؟ )) قَالَتْ : هذِهِ فُلاَنَةٌ تَذْكُرُ مِنْ صَلاتِهَا . قَالَ : (( مهْ ،
عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ ، فَواللهِ لاَ يَمَلُّ اللهُ حَتَّى تَمَلُّوا ))
وكَانَ أَحَبُّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ صَاحِبُهُ عَلَيهِ . مُتَّفَقٌ
عَلَيهِ .
142. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w.
memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau s.a.w.
bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah
si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi - yang
sangat luar biasa tekunnya. Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan demikian,
hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi
Allah, Allah itu tidak bosan - memberi pahala - sehingga engkau semua bosan -
melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh
Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni
tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (HR Muttafaq
'alaih)
وَ(( مهْ )) : كَلِمَةُ نَهْي وَزَجْر
. ومَعْنَى (( لاَ يَمَلُّ اللهُ )) : لاَ يَقْطَعُ ثَوَابَهُ عَنْكُمْ وَجَزَاء
أَعْمَالِكُمْ ويُعَامِلُكُمْ مُعَامَلةَ المَالِّ حَتَّى تَمَلُّوا فَتَتْرُكُوا،
فَيَنْبَغِي لَكُمْ أنْ تَأخُذُوا مَا تُطِيقُونَ الدَّوَامَ عَلَيهِ لَيدُومَ
ثَوابُهُ لَكُمْ وَفَضْلُهُ عَلَيْكُمْ .
Mah adalah kata untuk melarang dan
mencegah. Maknanya La yamallullahu, ialah Allah tidak bosan, maksudnya
bahwa Allah tidak akan memutuskan pahalanya padamu semua atau balasan pada
amalan-amalanmu itu ataupun memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang
yang sudah bosan. Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan
lebih dulu, lalu amalan itu ditinggalkan. Oleh sebab itu seyogyanya engkau
semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu saja yang sekiranya akan tetap
langsung dan kekal melakukannya agar supaya pahalanya serta keutamaannya tetap
atas dirimu semua.
Takhrij Al-Hadits
1. Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, no. 43 dan 1151.
2. Muslim, Shahih
Muslim, no. 785/ 221.
3. An-Nasai, Sunan
An-Nasai, no. 1641 dan 5050.
Syarah Al-Hadits
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu ketika
menjelaskan hadits ini berkata,
ففي هذا دليل على أن الإنسان ينبغي له
أن يعمل العبادة على وجه مقتصد لا غلو ولا تفريط حتى يتمكن من الاستمرار عليها وأحب
العمل إلى الله أدومه وإن قل .
Pada hadis ini menjadi dalil bahwa sesungguhnya manusia
dianjurkan beramal ibadah dengan bersikap pertengahan, tidak berlebihan dan
tidak pula melampaui batas, sehingga ia pun memungkinkan untuk istimrar (terus
menerus) dalam melaksanakan amalnya. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah
adalah yang kontinyu dalam melaksanakannya walaupun sedikit. (Al-Utsaimin, Syarah
Riyadhus Shalihin)
Kedua,
(143)- وعن أنس - رضي الله عنه - ،
قَالَ : جَاءَ ثَلاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أزْوَاجِ النَّبيّ - صلى الله عليه
وسلم - ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، فَلَمَّا
أُخْبِروا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا وَقَالُوا : أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبيِّ -
صلى الله عليه وسلم - وَقدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا
تَأخَّرَ . قَالَ أحدُهُم : أمَّا أنا فَأُصَلِّي اللَّيلَ أبداً . وَقالَ الآخَرُ
: وَأَنَا أصُومُ الدَّهْرَ أَبَداً وَلا أُفْطِرُ . وَقالَ الآخر : وَأَنا
أعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أتَزَوَّجُ أبَداً . فجاء رسولُ الله - صلى الله عليه
وسلم - إليهم ، فَقَالَ : (( أنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا
واللهِ إنِّي لأخْشَاكُمْ للهِ ، وَأَتْقَاكُمْ لَهُ ، لَكِنِّي أصُومُ وَأُفْطِرُ
، وأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّساءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
143. Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang
ke rumah isteri-isteri Nabi s.a.w. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya
Nabi s.a.w. Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka
menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. s.a.w. itu. Mereka lalu berkata: "Ah,
di manakah kita ini - maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan
- dari Nabi s.a.w. sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang
lampau dan yang kemudian." Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun
saya ini, maka saya shalat semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun
saya, maka saya shaum sepanjang
tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para
wanita, maka sayapun tidak akan
kawin selama-lamanya." Rasulullah s.a.w. kemudian mendatangi mereka lalu
bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai,
demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antaraengkau
semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya, tetapi saya juga shaum dan juga
berbuka, sayapun shalat tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para
wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah
termasuk dalam golonganku." (HR Muttafaq 'alaih)
1. Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, no. 5063.
2. Muslim, Shahih
Muslim, no. 1401.
3. Ahmad, Al-Musnad,
no. 13534.
4. Ibnu Hibban, Shahih
Ibnu Hibban, no. 14.
5. Al-Baihaqi, Sunan
Al-Baihaqi, no. 77.
Ketiga,
(144)- وعن ابن مسعود رضي الله عنه : أنّ النَّبيّ
- صلى الله عليه وسلم -، قَالَ : (( هَلَكَ المُتَنَطِّعُونَ )) قالها ثَلاثاً .
رواه مسلم.
144. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w.
bersabda: "Binasalah orang-orang yang memperdalam-dalamkan."
Beliau s.a.w. menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya. (HR Riwayat
Muslim)
(( المُتَنَطِّعونَ )) : المتعمقون
المشددون في غير موضِعِ التشديدِ .
Al-Mutanaththi'un
yaitu orang-orang yang memperdalam-dalamkan serta memperkeraskan sesuatu
yang bukan pada tempatnya.
Takhrij Al-Hadits
1. Muslim, Shahih
Muslim, no. 2670.
2. Abu Dawud, Sunan
Abi Dawud, no. 4608.
Keempat,
(145)- عن أَبي هريرةَ - رضي الله عنه
- ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( إنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ،
وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنُ إلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأبْشِرُوا ،
وَاسْتَعِينُوا بِالغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ )) رواه
البخاري .
145. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Agama
itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seseorang melainkan agama itu
akan mengalahkannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah
yang sederhana saja, bergembiralah, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan
sesuatu amalan itu, baik di waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian
waktu malam." (HR Riwayat Bukhari)
وفي رواية لَهُ : (( سَدِّدُوا وَقَارِبُوا
، وَاغْدُوا وَرُوحُوا ، وَشَيءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ ، القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا
)) .
Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku
luruslah, lakukanlah yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore
serta sebagian di waktu malam. Berbuatlah sederhana,tentu engkau semua akan
sampai pula – pada tujuannya."
قوله : (( الدِّينُ )) : هُوَ مرفوع
عَلَى مَا لَمْ يسم فاعله . وروي منصوباً وروي
(( لن يشادَّ الدينَ أحدٌ )) .
Addin itu dirafa'kan karena merupakan
maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa
itu harus dinashabkan. Ada yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina
ahadun, artinya tidak seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut.
وقوله - صلى الله عليه وسلم - : ((
إلا غَلَبَهُ )) : أي غَلَبَهُ الدِّينُ وَعَجَزَ ذلِكَ المُشَادُّ عَنْ
مُقَاوَمَةِ الدِّينِ لِكَثْرَةِ طُرُقِهِ .
Sabda Rasulullah s.a.w. Illa ghalalabahu, artinya
melainkan agama itu mengalahkannya, yakni bahwa agama tadi mengalahkan orang
itu dan dengan sendirinya orang yang memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya
akan lemah untuk menghadapi agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu
ditempuhnya.
وَ(( الغَدْوَةُ )) : سير أولِ
النهارِ . وَ((الرَّوْحَةُ)) : آخِرُ النهارِ . وَ((الدُّلْجَةُ)): آخِرُ اللَّيلِ
.
Ghadwah ialah bepergian pada pagi hari dan Rawhah
pada sore hari, sedang Adduljah ialah pada akhir malam.
وهذا استعارة وتمثيل ، ومعناه :
اسْتَعِينُوا عَلَى طَاعَةِ اللهِ - عز وجل - بِالأَعْمَالِ في وَقْتِ نَشَاطِكُمْ
وَفَرَاغِ قُلُوبِكُمْ بِحَيثُ تَسْتَلِذُّونَ العِبَادَةَ ولا تَسْأَمُونَ
وتبلُغُونَ مَقْصُودَكُمْ ، كَمَا أنَّ المُسَافِرَ الحَاذِقَ يَسيرُ في هذِهِ
الأوْقَاتِ ويستريح هُوَ وَدَابَّتُهُ في غَيرِهَا فَيَصِلُ المَقْصُودَ بِغَيْرِ
تَعَب ، واللهُ أعلم .
Ini semua adalah
sebagai kata kiasan atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah engkau
semua memohonkan pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah 'Azzawajalla
itu dengan melakukan berbagai amalan di waktu engkau semua dalam keadaan
bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga dengan demikian engkau
semua akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan tidak akan merasa bosan, juga
dengan itu apa yang dimaksudkan sudah pula tercapai. Ini adalah sebagaimana
seseorang yang pandai bepergian, ia tentu berangkat dalam keadaan semacam di
atas itu dan ia beristirahat, baik dirinya maupun kendaraannya dalam waktu
sudah lelah ataupun hati kurang enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai
tujuannya tanpa kelelahan samasekali. Wallahu a'lam.
Takhrij Al-Hadits
1. Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, no. 39, 5673, 6463, dan 7235.
2. An-Nasai, Sunan
An-Nasai, no. 5049.
3. Ibnu Hibban, Shahih
Ibnu Hibban, no. 351.
4. Al-Baihaqi, Sunan
Al-Baihaqi, no. 18.
by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis
Pangalengan.
@ Bidang Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan