Masjid Nurul Iman
Hegarmanah – Sukamanah – Pangalengan. Al-Ustadz Amin Saefullah Muchtar hadir
pada Kajian Rutin Pimpinan Ranting Persatuan Islam (Persis) Sukamanah dengan
judul bahasan, MUSIBAH: ANTARA UJIAN DAN SIKSA. Pada awal pembahasannya,
Al-Ustadz terlebih dahulu mengutip ayat berikut:
وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةٗ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ
ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةٗۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ
ٱلۡعِقَابِ
Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya. (QS Al-Anfal/ 8: 25)
Al-Ustadz pun membacakan sebuah hadis yang berbunyi sebagai berikut:
[kami pen. tulis lengkap merujuk kepada makalah Al-Ustadz pada halaman ke. 6 di
bagian paling akhir]
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: “إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي، عَمَّهم اللَّهُ
بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ”. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا فِيهِمْ أُنَاسٌ صَالِحُونَ؟
قَالَ: “بَلَى”، قَالَتْ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ؟ قَالَ: “يُصِيبُهُمْ مَا
أَصَابَ النَّاسُ، ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ”.
Dari Ummu Salamah -istri Nabi Saw.- yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila perbuatan-perbuatan maksiat
muncul di kalangan umatku, maka Allah menimpakan azab dari sisi-Nya kepada
mereka secara menyeluruh.” Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimanakah bila di antara mereka terdapat orang-orang yang saleh?.” Rasulullah
Saw. Menjawab, “Ya, ikut tertimpa azab pula.” Ummu Salamah bertanya, “Lalu
bagaimanakah nasib mereka selanjutnya?” Rasulullah Saw. bersabda, “Orang-orang
saleh itu ikut tertimpa azab yang menimpa kaumnya, kemudian mendapat ampunan dan
rida dari Allah Swt.” HR. Ahmad.
Sebelum masuk ke tema bahasan, Al-Ustadz menyampaikan terima kasih
teriring do’a semoga dibalas oleh Allah dengan pahala melimpah atas jerih payah
Pimpinan Ranting yang didukung oleh para Tasykil, Pimpinan Jama’ah serta ikhwatu
iman secara keseluruhan atas senantiasa terselenggaranya kajian rutin tersebut.
Al-Ustadz pun berharap bahwa kajian-kajian dalam menyiapkan para kader pelanjut
perjuangan para guru dan orangtua Persatuan Islam perlu terus diadakan
khususnya di Pangalengan, agar para generasi muda siap untuk melanjutkan
estapeta perjuangan.
Al-Ustadz mengingatkan akan berbagai musibah yang tengah menimpa bumi
pertiwi, kemudian membahas judul bahasan yang dimaksud dengan terlebih dahulu
menyuguhkan berbagai ragam video kejadian bencana alam yang terdiri dari
letusan gunung Merapi, tsunami, banjir, angin puting beliung, hujan es, gempa,
longsor, dan lain sebagainya yang telah terjadi di Indonesia.
Al-Ustadz mengatakan bahwa kebanyakan orang melihat musibah dengan kaca
mata material-fisikal (Kawniy) berdasarkan kejadian yang terjadi akibat
potensi-potensi yang terjadi di alam menurut ilmu geologi, astronomi, dan lain
sebagainya. Tentunya, bagi kita umat Islam, terdapat satu cara pandang lagi
yang sangat fundamental ketika menghadapi bencana, yaitu melalui kaca mata moral-spiritual
(Qur’aniy), bahwa tidak semua kejadian bencana disebabkan oleh peristiwa
alam, tetapi juga tidak sedikit bahkan lebih dominan terjadi bencana itu
disebabkan oleh perilaku manusia.
Dua kaca mata ini penting dalam rangka merubah acara pandang, karena
cara pandang akan sangat berpengaruh terhadap cara penanganan, antisipasi, dan
penanggulangan paska bencana. Lembaga penanggulangan bencana secara material-fisikal
telah banyak hadir di negeri kita, namun Lembaga penanggulangan bencana
secara moral-spiritual sebagai penyebab utama masih sangat minim. Inilah
yang menjadi motivasi Sigab Persis, FPI, Jundullah Annas, dan Lembaga lainnya
yang bukan hanya membantu dalam sudut pandang kawniy, namun lebih penting
membantu secara sudut pandang Qur’aniy.
Selanjutnya, Al-Ustadz mengajak Ikhwatu Iman untuk bersama-sama
melihat berbagai potensi terjadinya bencana baik dari sudut pandang Kawniy ataupun
Qur’aniy. Al-Ustadz memperlihatkan sebuah video yang menggambarkan bahwa
bumi kita terdiri dari lempengan-lempengan yang terus bergerak. Di antaranya,
dua lempengan di Samudera Atlantik, dua lempengan saling menjauh.
Di Islandia, negara yang terlewati garis lempeng bumi hamper setiap hari
mengalami gempa bumi, walaupun kebanyakan dari gempa tersebut tidak berpotensi
tsunami.
Ketika pada suatu daerah dua lempeng saling menekan, maka itulah daerah
yang sangat berpotensi tsunami. Diantaranya di Laut Jepang, dua lempeng saling
menekan. Tsunami melanda Jepang tepatnya di Pantai Timur Jepang pada tahun
2011, lebih dari 18.000 orang kehilangan nyawa, dan di tempat-tempat lainnya.
Al-Ustadz selanjutnya memperlihatkan berbagai musibah gempa di
Indonesia. Terdapat beberapa sebab Indonesia sering dilanda gempa. Diantara sebabnya
adalah letak geografis, yang mana Indonesia terletak di antara dua
lempengan bumi.
Al-Ustadz kemudian memperlihatkan tabel kejadian gempa di Indonesia
sejak tahun 1815 hingga September 2018. Tabel itu diantaranya menunjukkan bahwa
hampir seluruh daerah di Indonesia berpotensi mengalami gempa, maka saat orang
lain sedang dilanda gempa, artinya esok lusa bisa jadi giliran daerah kita. Ini
perlu disampaikan karena secara Kawniy kita harus siap. Di mana pun kita
berada, sejatinya tidak ada tempat yang aman.
Al-Ustadz kemudian memperlihatkan video gambaran meletusnya gunung
Galunggung (Jawa Barat) yang telah meletus sebanyak 4 kali sejak tahun 1822.
Diantara letusannya adalah di tahun 1982.
Selanjutnya, video tsunami Aceh tahun 2004. Kalender gempa yang tengah
diperlihatkan adalah kalender gempa sejak 40 tahun berjalan.
Selanjutnya, video gempa Jogjakarta bulan Mei tahun 2006 sekitar pukul
05.53. selanjutnya, video tsunami Pangandaran masih di tahun 2006 yakni pada
hari Senin, 17 Juli. Lalu, masih di 2009 gempa Tasikmalaya hingga terasa ke
Pangalengan. Selanjutnya, video kondisi gempa Pangalengan di tahun tersebut.
Di tahun 2011, video angin puting beliung berhasil direkam di Rancaekek.
Angin tersebut mengakibatkan beberapa bangunan rusak parah, diantaranya sebuah
bangunan Sekolah Dasar.
Kemudian video angin puting beliung yang terjadi di Bandung tahun 2014.
Selanjutnya, video longsor Cibitung – Pangalengan di tahun 2015.
Selanjutnya, video banjir Garut di tahun 2016; video banjir Pasteur –
Bandung dan video banjir Pagarsih – Bandung juga di tahun yang sama.
Kemudian, video hujan es di Bandung pada tahun 2017, kala itu kerusakan
di Antapani cukup parah. Video banjir bandang di Ciwidey – Kabupaten Bandung
juga di tahun yang sama.
Video banjir Cimahi di tahun 2017, ketinggian air hingga 50-70 cm.
Adapun sepanjang tahun 2018, para ahli di BNPB mengatakan bahwa hampir setiap
bulan terjadi 500 kali bencana di wilayah Indonesia, terutama gempa. Video
banjir Cimahi, Cimindi, Cicaheum di awal tahun 2018. Selanjutnya, video 22 Juli
2018 banjir di Banyuwangi. Video-video gempa Lombok pada 29 Juli 2018.
Al-Ustadz menyelingi pemutaran video-video tentang berbagai bencana itu
dengan sebuah pernyataan yang mesti menjadi bahan tafakkur kita bersama,
kata Al-Ustadz, mengapa sejak bencana tahun 1822 hingga 2018 tahun ini hampir
seluruh kejadian ada videonya, kenapa ada CCTV tidak hancur saat bangunannya
hancur, maka kita perlu husnudzan kepada Allah Ta’ala bahwa ini semua
“dihadirkan” oleh Allah Ta’ala untuk menjadi pelajaran bagi kita semua.
Selanjutnya, Al-Ustadz memutar video bencana hujan deras disertai angin
besar di Soreang – Kabupaten Bandung pada 22 September 2018. Dalam waktu yang
bersamaan, terjadi pula gempa di Palu dan sekitarnya. Ada yang unik dari
kejadian gempa di Palu, ketika terdapat 3 desa yang amblas. Diantaranya adalah
desa Petobo.
Selanjutnya, Al-Ustadz memutar video kesaksian warga tentang kehancuran
Palu dan sekitarnya. Di Petobo hingga Sigi telah terjadi rayapan tanah.
Demikian menurut para ahli.
Selanjutnya, video tentang potensi bencana di Bandung Raya, yakni
patahan Lembang. Warga Bandung Raya mulai dari Cicalengka hingga Rajamandala
berdiam diri di daerah rawan gempa, seperti sepanjang Jalan Soekarno – Hatta
dari ujung Timur hingga ujung Barat.
Video-video ini, menurut Al-Ustadz, pertama, menandakan bahwa
secara Kawniy kita memang harus siap menghadapi gempa dan musibah
lainnya. Sesungguhnya bukan masalah gempa yang akan menimpa kita kapan dan di
mana pun, tetapi yang menjadi masalah adalah saat terjadi musibah itu kita
sedang apa, sedang taat, atau malah sedang bermaksiat.
Kedua, adanya gambaran dari video-video ini menegaskan
bahwa kita jangan merasa sayang dan berat hati oleh berbagai kekayaan dunia,
karena bagi Allah Ta’ala sangatlah mudah bagi-Nya untuk menghancurkan itu
semua. Jangan terlalu betah hidup di dunia, jangan merasa naik derajat karena
bertambahnya harta benda kekayaan.
Terpenting dari ini semua adalah bagaimana kita memandang seluruh
kejadian dengan kaca mata Qur’aniy. Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, berbagai
bencana digambarkan dengan dua istilah. Pertama, istilah musibah
secara umum, dimana musibah ini tidak hanya menimpa orang-orang
mu’min saja. Kepada siapa pun menimpa sebuah kejadian yang merugikan dan
menyusahkan maka itulah musibah.
Kedua, musibah secara khusus. Kurang lebih ada
8 istilah khusus menggambarkan musibah di dalam Al-Qur’an.
1.
Kata zhulumat,
seperti terdapat pada QS al-An’am [6]: 63.
قُلْ مَنْ
يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُماتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعاً
وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجانا مِنْ هذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan
kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan
rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya
jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi
orang-orang yang bersyukur"."
Bentuknya ada dua, ada zhulumat hissiyyah berupa
bencana di alam semesta, ada zhulumat ma’nawiyyah, yakni berupa
bencana keimanan, tsunami akidah, dan lain sebagainya. Nabi Saw diutus
untuk “navigasi” menyelamatkan manusia dari zhulumat secara hissiyyah.
2.
Kata al-kubar,
seperti terdapat pada QS al-Mudatsir [74]: 35.
إِنَّها
لَإِحْدَى الْكُبَرِ
Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana
yang amat besar
3.
Kata al-Karb,
seperti terdapat pada QS as-Shaffaat [37]: 115.
وَنَجَّيْناهُما
وَقَوْمَهُما مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ
Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari
bencana yang besar.
4.
Kata su’,
seperti terdapat pada QS al-Ahzab [33]: 17.
قُلْ مَنْ
ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرادَ بِكُمْ سُوءاً أَوْ أَرادَ
بِكُمْ رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيراً
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki
rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi
mereka pelindung dan penolong selain Allah.
5.
Kata nailan,
seperti terdapat pada QS at-Taubah [9]: 120.
ما كانَ
لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرابِ أَنْ يَتَخَلَّفُوا
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ وَلا يَرْغَبُوا بِأَنْفُسِهِمْ عَنْ نَفْسِهِ ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ لا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلا نَصَبٌ وَلا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَلا يَطَؤُنَ مَوْطِئاً يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلا يَنالُونَ مِنْ عَدُوٍّ
نَيْلاً إِلاَّ كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ
الْمُحْسِنِينَ
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan
orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai
Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri
mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka
tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak
(pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan
tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi
mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
6.
Kata ‘adzab,
seperti terdapat pada QS at-Taubah [9]: 26.
ثُمَّ
أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ
جُنُوداً لَمْ تَرَوْها وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذلِكَ جَزاءُ الْكافِرِينَ
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada
RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara
yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang
yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
7.
Kata sayyi’ah,
seperti terdapat pada QS Ali Imran [3]: 120.
إِنْ
تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِها
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ
بِما يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka
bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan.
8.
Kata da’irah
seperti terdapat pada QS al-Maidah [5]: 52.
فَتَرَى
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشى أَنْ
تُصِيبَنا دائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ
عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلى ما أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نادِمِينَ
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada
penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi
dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana."
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau
sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal
terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Selanjutnya kita evaluasi, apakah musibah itu UJIAN
atau SIKSAAN. Berdasarkan penelitian Al-Ustadz bersama Tim-nya, bahwa musibah
di dalam Al-Qur’an terkadang diartikan ujian, terkadang pula diartikan siksaan.
Musibah diartikan ujian sebagimana dijelaskan di dalam QS Ali Imran [3]: 165.
أَوَلَمَّا
أَصابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْها قُلْتُمْ أَنَّى هذا قُلْ هُوَ
مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan mengapa
ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan
Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?"
Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat ini
berkaitan dengan bencana ketika perang Uhud. Ketika itu Nabi saw
hingga mengalami rontok beberapa giginya, tentu tidak akan kita artikan ini
adalah siksa, namun bencana ini adalah ujian.
Saat musibah
diartikan siksaan, di dalam Al-Qur’an siksaan berupa musibah itu disebabkan
oleh tiga hal. Pertama, bencana akibat tidak beriman atau
kufur kepada Allah.
وَلا يَزالُ الَّذِينَ كَفَرُوا
تُصِيبُهُمْ بِما صَنَعُوا قارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيباً مِنْ دارِهِمْ حَتَّى
يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعادَ
Dan
orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka
sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga
datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS Ar-Ra’d/ 13: 31)
Kedua, bencana akibat perilaku zalim.
مَثَلُ ما يُنْفِقُونَ فِي هذِهِ
الْحَياةِ الدُّنْيا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيها صِرٌّ أَصابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَما ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلكِنْ أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ
Perumpamaan
harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti
perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman
kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS Ali Imran/ 3: 117)
Ketiga, bencana akibat perilaku maksiat.
فَلَمَّا نَسُوا ما ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنا عَلَيْهِمْ أَبْوابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذا فَرِحُوا بِما أُوتُوا
أَخَذْناهُمْ بَغْتَةً فَإِذا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala
mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan
orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada
orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat
fasik. (QS
Al-A’raf/ 7: 165)
Kesimpulannya,
menurut petunjuk Al-Qur’an, kita dapat melihat jelas, mana bencana yang menjadi
ujian dan mana bencana yang menjadi siksa. Seorang yang
shalih semakin sering diuji, berarti ia besar kemungkinan akan naik kelas.
Hanya manusia itu suka picik, ujian ingin ringan, tetapi derajat ingin tinggi,
seperti yang diungkapkan oleh QS Al-Ma’arij. Tetapi jika musibah terjadi kepada orang zalim, dapat
dipastikan itu adalah siksaan.
Bencana saat
tiba tidak akan memilih waktu dan tempat, maka kapan pun dan di mana pun
bencana itu datang adalah tinggal menunggu waktu.
Selanjutnya,
jika diperhatikan, seluruh ungkapan bencana alam di dalam Al-Qur’an yang berupa
banjir, gempa, dan sejenisnya itu selalu dalam konotasi SIKSAAN dan bukan
berkonotasi UJIAN. Ada 5 bencana yang disinggung di dalam Al-Qur’an:
gempa (QS Al-A’raf/ 7: 78), banjir (QS Al-Ankabut/ 29: 14), angin topan (QS
Al-Dzariyat/ 51: 41), petir (QS Al-Dzariyat/ 51: 44), hujan batu (QS Al-A’raf/
7: 84), dan paceklik (QS Al-Mu’minun/ 23: 75).
Jika
diperhatikan, saat Allah memusnahkan kaum Nabi Nuh, saat menghancurkan Ma’rib
di kaum Saba, dan lain sebagainya yang tempat-tempat itu secara potensi jauh
dari bencana tapi saat Allah berkehendak menghancurkan maka hancurlah mereka. Sebaliknya, ada beberapa tempat yang berpotensi bencana namun karena
penduduknya taat kepada Allah, maka seolah-olah Allah Ta’ala menahan agar tidak
terjadinya bencana.
Selanjutnya,
Al-Ustadz kembali mengingatkan tentang video-video bencana bukti dari berbagai
petunjuk ilahi yang telah diputar di awal kajian. Diantaranya
bahwa menurut para ahli, Palu bukanlah tempat berpotensi tsunami, tetapi
mengapa bisa terjadi hingga banyak bangunan yang rusak dan banyak orang
meninggal dunia. Ini semua adalah sebagai bukti akan kemaha benaran Allah
Ta’ala.
Al-Ustadz kembali memutar beberapa video yang
membuktikan bahwa musibah bisa terjadi karena dosa dan maksiat. Pertama adalah
video tentang gambaran bencana yang menimpa kota Pompei di Italia yang mereka
mempunyai kebiasaan senang pesta sex, memiliki kebiasaan homo dan lesbi, serta
berzina di muka umum, menyembah kepada selain Allah Ta’ala, dan lain
sebagainya. Kota Pompei dihancurkan mirip dengan dihancurkannya kaum Luth di
negeri Sodom. Orang Pompei memiliki keyakinan tentang Lithro’, yakni
bahwa persetubuhan dan kelamin bukan untuk disembunyikan tetapi harus
diperllihatkan di muka umum.
Selanjutnya, video dihancurkannya sebuah desa di
Banjarnegara – Jawa tengah. Tempat itu menjadi sarang perzinaan, senang
bermaksiat, mereka dihancurkan dalam satu malam.
Selanjutnya, video tsunami Palu. Pakar ahli bumi
tidak mengerti mengapa bisa terjadi tsunami di Palu, padahal tidak ada potensi.
Di Palu ada “pesta laut” berbau maksiat yang dihidupkan kembali setelah beberapa
sebelum gempa terjadi setelah pesta itu sekian lama hilang. Mereka biasa mengorbankan
domba dalam keadaan hidup-hidup. 2016 dan 2017 hampir dilaksanakan tapi gagal
karena ada peringatan alam dari Allah Ta’ala.
Selanjutnya, Al-Ustadz memutar video kesaksian
penduduk tentang kondisi Desa Petobo yang hilang. Menurut seorang bapa yang telah
15 tahun di Poso – Palu yang diwawancarai para video tersebut bahwa Desa Petobo
adalah pusat judi terbesar di Sulawesi, undangan sampai ke Jakarta, dll. Selain
perjudian, maka wanita, minuman, dan kemaksiatan lain ada.
Al-Ustadz mengatakan bahwa judi di Petobo hingga
menghadirkan uang tunai 3 miliar. Saat terjadi tsunami, di Petobo tengah
terjadi pula pesta pesta gay. Di Lombok, para relawan menemukan banyak
kondom di Gunung Rinjani.
Diantara upaya penanggulangan bencana adalah segera
mengisi lahan-lahan bencana dialih fungsi menjadi taman-taman qur’ani yang
menumbuhkan keimanan dan amal shalih.
Mudah-mudahan dengan keterangan ini, kita dapat
merubah cara pandang akan musibah yang terjadi bukan hanya kaca mata Kawniy tapi
juga harus dengan kaca mata Qur’aniy.
Selain itu, kita pun harus siap-siap menghadapi
bencana baik secara Kawniy maupun Qur’aniy. Selain itu, kesadaran
akan bencana Kawniy dan Qur’ani tidak bisa sendiri, tapi semua
orang harus sadar dan diajak bagaimana agar senantiasa berhati-hati dari segala
bencana; karena jika hanya kita yang waspada sedangkan orang lain tidak, maka
terkadang kita akan ikut celaka karena kelalaian orang lain; sebagaimana
dijelaskan oleh Allah dalam QS Al-Anfal ayat 25 dan oleh Nabi saw pada
hadis riwayat Imam Ahmad dari Ummu Salamah yang digambarkan dalam muqaddimah.
Demikian diantara pemaparan Al-Ustadz pada kajian
tersebut dengan sedikit diringkas seperlunya dan penyesuaian Bahasa yang dianggap
perlu dengan tidak mengurangi maksud yang disampaikan. In Syaa Allah. Wallahu
A’lam.
Pangalengan, 24 Oktober 2018.
Pangalengan, 24 Oktober 2018.
by Tim Liputan (Fahrevi
Firdaus, Deden Abdurrahman, dkk.)
Editor by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis
Pangalengan.
@ Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan