NAMA-NAMA LAIN SURAT AL-FATIHAH [9]



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
سُورَة الْفَاتِحَة
يُقَال لَهَا الْفَاتِحَة أَيْ فَاتِحَة الْكِتَاب خَطًّا وَبِهَا تُفْتَح الْقِرَاءَة فِي الصَّلَوَات وَيُقَال لَهَا أَيْضًا أُمّ الْكِتَاب عِنْد الْجُمْهُور ذَكَرَه أَنَس , وَالْحَسَن وَابْن سِيرِينَ كَرِهَا تَسْمِيَتهَا بِذَلِكَ
Surat ini dinamakan Al-Fatihah –yakni Faatihatul Kitaab- hanya secara tulisan; dengan surat ini bacaan dalam shalat dimulai. Surat ini disebut pula Ummul Kitab menurut Jumhur Ulama, seperti yang dituturkan oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin, karena mereka tidak suka menyebutnya dengan istilah Faatihatul Kitaab.

قَالَ الْحَسَن وَابْن سِيرِينَ إِنَّمَا ذَلِكَ اللَّوْح الْمَحْفُوظ وَقَالَ الْحَسَن الْآيَات الْمُحْكَمَات هُنَّ أُمّ الْكِتَاب وَلِذَا كَرِهَا أَيْضًا أَنْ يُقَال لَهَا أُمّ الْقُرْآن
Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan, “Tiada lain Ummul Kitaab itu adalah al-Lauh al-Mahfudz.” Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab. Karena itu, keduanya pun tidak suka menyebut surat Al-Fatihah dengan istilah Ummul Qur’aan.

وَقَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيح عِنْد التِّرْمِذِيّ وَصَحَّحَهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ - قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " الْحَمْد لِلَّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ أُمّ الْقُرْآن وَأُمّ الْكِتَاب وَالسَّبْع الْمَثَانِي وَالْقُرْآن الْعَظِيم "
Sungguh di dalam sebuah hadis shahih riwayat At-Tirmidzi dan dinilai shahih olehnya, dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin adalah Ummul Qur’aan, Ummul Kitaab, as-Sab’ul Matsaanii, dan al-Qur’aanul ‘Adziim.

وَيُقَال لَهَا " الْحَمْد " وَيُقَال لَهَا " الصَّلَاة " لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ رَبّه " قَسَمْت الصَّلَاة بَيْنِي وَبَيْن عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَإِذَا قَالَ الْعَبْد الْحَمْد لِلَّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ قَالَ اللَّه حَمِدَنِي عَبْدِي " الْحَدِيث .
Surat ini disebut juga dengan sebutan al-hamdu dan ash-shalah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw. dari Rabb-nya, Dia berfirman: “Aku membagi shalat antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian. Jika seorang hamba mengucapkan: alhamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin, maka Allah berfirman: ‘Aku telah dipuji hamba-Ku.’”

فَسُمِّيَتْ الْفَاتِحَة صَلَاة لِأَنَّهَا شَرْط فِيهَا وَيُقَال لَهَا " الشِّفَاء " لِمَا رَوَاهُ الدَّارِمِيّ عَنْ أَبِي سَعِيد مَرْفُوعًا " فَاتِحَة الْكِتَاب شِفَاء مِنْ كُلّ سُمّ" يُقَال لَهَا " الرُّقْيَة " لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيد فِي الصَّحِيح حِين رَقَى بِهَا الرَّجُل السَّلِيم فَقَالَ لَهُ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " وَمَا يُدْرِيك أَنَّهَا رُقْيَة " ؟
Al-Faatihah disebut ash-Shalah, karena al-Faatihah itu sebagai syarat sahnya shalat. Selain itu, al-Faatihah disebut juga asy-Syifa’. Berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi dari Abu Sa’id, sebagai hadits marfu’: “Fatihatul kitab itu merupakan syifa’ (penyembuh) dari setiap racun.” Juga disebut ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa’id, yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang yang terkena sengatan, maka RAsulullah saw. bersabda: “Darimana engkau tahu bahwa al-Faatihah ini adalah ruqyah.”

وَرَوَى الشَّعْبِيّ عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّهُ سَمَّاهَا " أَسَاس الْقُرْآن" قَالَ وَأَسَاسهَا بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم
Asy-Sya’bi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Ibnu ‘Abbas menamakan Al-Fatihah Asaasul Qur’aan (pondasi Al-Qur’an). Katanya, pondasi surat ini adalah Bismillaahirrahmaanirrahiim.

وَسَمَّاهَا سُفْيَان بْن عُيَيْنَةَ "بِالْوَاقِيَةِ" وَسَمَّاهَا يَحْيَى بْن أَبِي كَثِير " الْكَافِيَة " لِأَنَّهَا تَكْفِي عَمَّا عَدَاهَا وَلَا يَكْفِي مَا سِوَاهَا عَنْهَا كَمَا جَاءَ فِي بَعْض الْأَحَادِيث الْمُرْسَلَة " أُمّ الْقُرْآن عِوَض مِنْ غَيْرهَا وَلَيْسَ مِنْ غَيْرهَا عِوَض مِنْهَا "
Sufyan ibn ‘Uyaynah menamakannya Al-Waaqiyah. Yahya ibn Abi Katsir menamakannya Al-Kaafiyah, karena surat Al-Fatihah sudah mencukupi tanpa selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat Al-Fatihah. Sebagaimana dijelaskan pada sebagian hadis-hadis mursal: “Ummul Qur’aan merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.

وَيُقَال لَهَا سُورَة " الصَّلَاة وَالْكَنْز " ذَكَرَهمَا الزَّمَخْشَرِيُّ فِي كَشَّافه .
Surat ini dinamakan pula surat Ash-Shalah dan Al-Kanz. Kedua nama ini disebutkan oleh Az-Zamakhsyari di dalam kitab Al-Kasyaf.

وَهِيَ مَكِّيَّة قَالَهُ اِبْن عَبَّاس وَقَتَادَة وَأَبُو الْعَالِيَة وَقِيلَ مَدَنِيَّة قَالَهُ أَبُو هُرَيْرَة وَمُجَاهِد وَعَطَاء بْن يَسَار وَالزُّهْرِيّ وَيُقَال نَزَلَتْ مَرَّتَيْنِ مَرَّة بِمَكَّةَ وَمَرَّة بِالْمَدِينَةِ .
Surat al-Faatihah diturunkan di Makkah (Makkiyyah). Demikian dikatakan Ibnu ‘Abbas, Qatadah, dan Abu al-‘Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di Madinah (Madaniyyah). Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha’ bin Yasar, dan az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat al-Faatihah turun dua kali, sekali turun di Makkah dan yang sekali lagi di Madinah.

وَالْأَوَّل أَشْبَه لِقَوْلِهِ تَعَالَى : " وَلَقَدْ آتَيْنَاك سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي " وَاَللَّه تَعَالَى أَعْلَم
Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab’an minal matsani [tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.” (al-Hijr: 87) Wallaahu Ta’aala A’lam.

وَحَكَى أَبُو اللَّيْث السَّمَرْقَنْدِيّ أَنَّ نِصْفهَا نَزَلَ بِمَكَّة وَنِصْفهَا الْآخَر نَزَلَ بِالْمَدِينَةِ وَهُوَ غَرِيب جِدًّا نَقَلَهُ الْقُرْطُبِيّ عَنْهُ
Abu Laits As-Samarqandiy meriwayatkan bahwa setengah dari surat Al-Fatihah diturunkan di Makkah, sedangkan setengah yang lain diturunkan di Madinaha. Akan tetapi, pendapat ini sangat gharib (asing), dinukil oleh Al-Qurthubi darinya.

وَهِيَ سَبْع آيَات بِلَا خِلَاف وَقَالَ عَمْرو بْن عُبَيْد ثَمَان وَقَالَ حُسَيْن الْجُعْفِيّ سِتَّة وَهَذَانِ الْقَوْلَانِ شَاذَّانِ
Surat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat tanpa ada perselisihan, tetapi ‘Amr ibn ‘Ubaid mengatakannya delapan ayat, dan Husain Al-Ju’fiy mengatakannya enam ayat; kedua pendapat ini syadz (menyendiri).

وَإِنَّمَا اِخْتَلَفُوا فِي الْبَسْمَلَة هَلْ هِيَ آيَة مُسْتَقِلَّة مِنْ أَوَّلهَا كَمَا هُوَ عِنْد جُمْهُور قُرَّاء الْكُوفَة وَقَوْل جَمَاعَة مِنْ الصَّحَابَة وَالتَّابِعِينَ وَخَلْق مِنْ الْخَلَف أَوْ بَعْض آيَة أَوْ لَا تُعَدّ مِنْ أَوَّلهَا بِالْكُلِّيَّةِ كَمَا هُوَ قَوْل أَهْل الْمَدِينَة مِنْ الْقُرَّاء وَالْفُقَهَاء ؟ عَلَى ثَلَاثَة أَقْوَال كَمَا سَيَأْتِي تَقْرِيرهَا فِي مَوْضِعه إِنْ شَاءَ اللَّه تَعَالَى وَبِهِ الثِّقَة .
Tiada lain mereka berselisih pendapat mengenai basmalah-nya. Apakah sebagai ayat yang berdiri sendiri pada awal surat al-Faatihah, sebagaimana menurut jumhur (kebanyakan) para qurra’ Kufah, dan pendapat segolongan shahabat dan Tabi’in serta ulama khalaf. Atau merupakan sebagian dari ayat atau tidak terhitung sebagai permulaan Al-Fatihah, sebagaimana yang dikatakan oleh para qurra’ dan ahli fiqih Madinah. Dan mengenai hal ini terdapat tiga pendapat, yang akan dijelaskan nanti. Insya Allah Ta’ala dan hanya kepada-Nya kita percayakan.
قَالُوا وَكَلِمَاتهَا خَمْس وَعِشْرُونَ كَلِمَة وَحُرُوفهَا مِائَة وَثَلَاثَة عَشَر حَرْفًا .
Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113.

قَالَ الْبُخَارِيّ فِي أَوَّل كِتَاب التَّفْسِير وَسُمِّيَتْ أُمّ الْكِتَاب لِأَنَّهُ يُبْدَأ بِكِتَابَتِهَا فِي الْمَصَاحِف وَيُبْدَأ بِقِرَاءَتِهَا فِي الصَّلَاة
Imam Al-Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mushaf dimulai dengannya dan permulaan bacaan dalam shalat dimulai pula dengannya.

وَقِيلَ إِنَّمَا سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِرُجُوعِ مَعَانِي الْقُرْآن كُلّه إِلَى مَا تَضَمَّنَتْهُ .
Penurut pendapat lain, tiada lain surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an merujuk kepada apa yang terkandung di dalamnya.

قَالَ اِبْن جَرِير : وَالْعَرَب تُسَمِّي كُلّ جَامِع أَمْر أَوْ مُقَدِّم لِأَمْرٍ إِذَا كَانَتْ لَهُ تَوَابِع تَتْبَعهُ هُوَ لَهَا إِمَام جَامِع – أُمًّا
Ibnu Jarir mengatakan, orang Arab menamakan setiap himpunan suatu perkara atau bagian terdepan dari suatu perkara jika mempunyai kelanjutan yang mengikutinya, sebagaimana imam masjid jami’, dengan istilah Umm.

فَتَقُول لِلْجِلْدَةِ الَّتِي تَجْمَع الدِّمَاغ أُمّ الرَّأْس وَيُسَمُّونَ لِوَاء الْجَيْش وَرَايَتهمْ الَّتِي يَجْتَمِعُونَ تَحْتهَا أُمًّا
Untuk itu, mereka menyebut kulit yang melapisi otak dengan istilah Ummur Ra-si. Mereka menamakan panji atau bendera suatu pasukan yang terhimpun di bawahnya dengan sebutan Umm pula.

وَاسْتَشْهَدَ بِقَوْلِ ذِي الرُّمَّة : عَلَى رَأْسه أُمّ لَنَا نَقْتَدِي بِهَا ... جِمَاع أُمُور لَيْسَ نَعْصِي لَهَا أَمْرًا. يَعْنِي الرُّمْح -
Hal ini dapat dibuktikan melalui perkataan seorang penyair bernama Dzu Rummah: Pada ujung tombak itu terdapat panji kami yang merupakan lambang bagi kami dalam mengerjakan segala urusan, kami tidak akan mengkhianatinya sama sekali. Yakni ar-Rumhu (tombak).

قَالَ وَسُمِّيَتْ مَكَّة أُمّ الْقُرَى لِتَقَدُّمِهَا أَمَام جَمِيعهَا وَجَمْعهَا مَا سِوَاهَا . وَقِيلَ لِأَنَّ الْأَرْض دُحِيَتْ مِنْهَا.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Mekah dinamakan Ummul Qura karena ia merupakan kota paling depan, mendahului semua kota lainnya, dan menghimpun kesemuanya. Pendapat lain mengatakan (bahwa Mekah dinamakan Ummul Qura), karena sesungguhnya bumi ini dibulatkan mulai darinya.

وَيُقَال لَهَا أَيْضًا الْفَاتِحَة لِأَنَّهَا تُفْتَتَح بِهَا الْقِرَاءَة وَافْتَتَحَتْ الصَّحَابَة بِهَا كِتَابَة الْمُصْحَف الْإِمَام وَصَحَّ تَسْمِيَتهَا بِالسَّبْعِ الْمَثَانِي قَالُوا لِأَنَّهَا تُثَنَّى فِي الصَّلَاة فَتُقْرَأ فِي كُلّ رَكْعَة وَإِنْ كَانَ لِلْمَثَانِي مَعْنًى آخَر غَيْر هَذَا كَمَا سَيَأْتِي بَيَانه فِي مَوْضِعه إِنْ شَاءَ اللَّه تَعَالَى .
Dinamakan pula surat ini, Al-Fatihah, karena bacaan Al-Qur’an dimulai dengannya, dan para sahabat memulai penulisan Mushaf Imam dengan surat ini.

قَالَ الْإِمَام أَحْمَد : حَدَّثَنَا يَزِيد بْن هَارُون أَنْبَأَنَا اِبْن أَبِي ذِئْب وَهَاشِم بْن هَاشِم عَنْ اِبْن أَبِي ذِئْب عَنْ الْمَقْبُرِيّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة عَنْ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي أُمّ الْقُرْآن " هِيَ أُمّ الْقُرْآن وَهِيَ السَّبْع الْمَثَانِي وَهِيَ الْقُرْآن الْعَظِيم" ثُمَّ رَوَاهُ عَنْ إِسْمَاعِيل بْن عُمَر عَنْ اِبْن أَبِي ذِئْب بِهِ
Imam Ahmad mengatakan: Telah menjelaskan kepada kami Yazid ibn Harun, telah memberitakan kepada kami Ibnu Abi Di-b dan Hasyim ibn Hasyim, dari Ibnu Abi Di-b, dari Al-Maqburi, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda tentang Ummul Qur’aan, “Dia adalah Ummul Qur’aan, dan dia adalah as-Sab’ul Matsaani, dan dia adalah Al-Qur’an al-‘Adzim.Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Isma’il ibn Umar, dari Ibn Abi Di-b dengan lafadz yang sama.

وَقَالَ أَبُو جَعْفَر مُحَمَّد بْن جَرِير الطَّبَرِيّ : حَدَّثَنِي يُونُس بْن عَبْد الْأَعْلَى أَنْبَأَنَا اِبْن وَهْب أَخْبَرَنِي اِبْن أَبِي ذِئْب عَنْ سَعِيد الْمَقْبُرِيّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّه عَنْهُ عَنْ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " هِيَ أُمّ الْقُرْآن وَهِيَ فَاتِحَة الْكِتَاب وَهِيَ السَّبْع الْمَثَانِي "
abu Ja’far Muhammad ibn Jarir Ath-Thabari berkata: Telah menjelaskan kepadaku Yunus ibn ‘Abdul A’la, telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abi Di-b, dari Sa’id Al-Maqburi, dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda, “Dia adalah Ummul Qur’aan, dan dia adalah Faatihatul Kitaab, dan dia adalah as-Sab’ul Matsaani.

وَقَالَ الْحَافِظ أَبُو بَكْر أَحْمَد بْن مُوسَى بْن مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِيره حَدَّثَنَا أَحْمَد بْن مُحَمَّد بْن زِيَاد حَدَّثَنَا مُحَمَّد بْن غَالِب بْن حَارِث حَدَّثَنَا إِسْحَاق بْن عَبْد الْوَاحِد الْمَوْصِلِيّ حَدَّثَنَا الْمُعَافَى بْن عِمْرَان عَنْ عَبْد الْحَمِيد بْن جَعْفَر عَنْ نُوح بْن أَبِي بِلَال عَنْ الْمَقْبُرِيّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ : قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " الْحَمْد لِلَّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ سَبْع آيَات : بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم إِحْدَاهُنَّ وَهِيَ السَّبْع الْمَثَانِي وَالْقُرْآن الْعَظِيم وَهِيَ أُمّ الْكِتَاب وَفَاتِحَة الْكِتَاب "
Al-Hafidz Abu Bakr Ahmad ibn Musa ibn Mardawaih dalam tafsirnya mengatakan: Telah menjelaskan kepada kami Ahmad ibn Muhammad ibn Ziyad, telah menjelaskan kepada kami Muhammad ibn Ghalib ibn Al-Harits, telah menjelaskan kepada kami Ishaq ibn ‘Abdul Waahid Al-Maushili, telah menjelaskan kepada kami Al-Mu’afi ibn ‘Imran, dari ‘Abdul Hamid ibn Ja’far, dari Nuh ibn Abi Bilal, dari Al-Maqburi, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Surat) Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin adalah tujuh ayat, Bismillaahirrahmaanirrahiim adalah salahsatunya. Surat Al-Fatihah adalah as-Sab’ul Matsaani, al-Qur’aan al-‘Adziim, Ummul Kitaab, dan Faatihatul Kitaab.”

وَقَدْ رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ أَيْضًا عَنْ أَبِي هُرَيْرَة مَرْفُوعًا بِنَحْوِهِ أَوْ مِثْله وَقَالَ كُلّهمْ ثِقَات وَرَوَى الْبَيْهَقِيّ عَنْ عَلِيّ وَابْن عَبَّاس وَأَبِي هُرَيْرَة أَنَّهُمْ فَسَّرُوا قَوْله تَعَالَى : " سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي " بِالْفَاتِحَةِ وَأَنَّ الْبَسْمَلَة هِيَ الْآيَة السَّابِعَة مِنْهَا وَسَيَأْتِي تَمَام هَذَا عِنْد الْبَسْمَلَة.
ad-Daraquthni sungguh telah meriwayatkan juga dari Abu Hurairah secara marfu dengan lafadz yang sama atau semisal dengannya. Ad-Daraquthni mengatakan bahwa semua rawinya tsiqat (dapat dipercaya). Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, dan Abu Hurairah, bahwa mereka menafsirkan firman Allah Ta’ala, “Tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang”, dengan makna surat Al-Fatihah, dan basmalah termasuk salahsatu ayatnya yang tujuh. Akan datang kelengkapan pembahasan ini dalam pembahasan Al-Basmalah.

وَقَدْ رَوَى الْأَعْمَش عَنْ إِبْرَاهِيم قَالَ : قِيلَ لِابْنِ مَسْعُود : لِمَ لَمْ تَكْتُب الْفَاتِحَة فِي مُصْحَفك ؟ فَقَالَ : لَوْ كَتَبْتهَا لَكَتَبْتهَا فِي أَوَّل كُلّ سُورَة قَالَ أَبُو بَكْر بْن أَبِي دَاوُدَ يَعْنِي حَيْثُ يُقْرَأ فِي الصَّلَاة قَالَ : وَاكْتَفَيْت بِحِفْظِ الْمُسْلِمِينَ لَهَا عَنْ كِتَابَتهَا
Al-A’masyi sungguh telah meriwayatkan dari Ibrahim, ia berkata: Ditanyakan kepada Ibnu Mas’ud: “Mengapa engkau tidak menulis Al-Fatihah dalam Mushaf-mu?”. Maka ia menjawab: “Seandainya aku menulisnya, niscaya aku akan menulisnya pada permulaan setiap surat.” Abu Bakr ibn Abu Dawud mengatakan, maksudnya ialah mengingat surat Al-Fatihah dibaca dalam shalat, ia berkata: hingga cukup dengan hafalan kaum muslimin dari pada menuliskannya.



وَقَدْ قِيلَ : إِنَّ الْفَاتِحَة أَوَّل شَيْء أُنْزِلَ مِنْ الْقُرْآن كَمَا وَرَدَ فِي حَدِيث رَوَاهُ الْبَيْهَقِيّ فِي دَلَائِل النُّبُوَّة وَنَقَلَهُ الْبَاقِلَّانِيُّ أَحَد أَقْوَال ثَلَاثَة
Suatu pendapat mengatakan: Sungguh surat Al-Fatihah adalah bagian dari Al-Qur’an yang paling pertama diturunkan, sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi pada Kitab Dalaailun Nubuwwah, dinukil oleh Al-Baihaqi sebagai salah satu dari tiga pendapat.

وَقِيلَ " يَا أَيّهَا الْمُدَّثِّر " كَمَا فِي حَدِيث جَابِر في الصَّحِيح
Menurut pendapat lain, (yang paling pertama turun adalah surat) “Yaa ayyuhal muddatstsir”, sebagaimana dijelaskan pada hadis dari sahabat Jabir yang shahih.

وَقِيلَ : " اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبّك الَّذِي خَلَقَ " وَهَذَا هُوَ الصَّحِيح كَمَا سَيَأْتِي تَقْرِيره فِي مَوْضِعه وَاَللَّه الْمُسْتَعَان " .
Menurut pendapat lain, (yang paling pertama turun adalah surat) “Iqro’ bismi Robbikal ladzii kholaq”, inilah pendapat yang paling shahih sebagaimana akan dijelaskan pada pembahasan tersendiri. Walloohu Al-Musta’aan(Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, I: 17-18. Beirut-Libanon: Dar el-Fikr, 2011)



by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.

@ Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama