فَصْلٌ فِي فَضْلِها
قَالَ الْإِمَام
الْعَالِم الْحَبْر الْعَابِد أَبُو مُحَمَّد عَبْد الرَّحْمَن بْن أَبِي حَاتِم
رَحِمَهُ اللَّه فِي تَفْسِيره
Imam Abu Muhammad Abdur Rahman ibnu Abu Hatim mengatakan di
dalam kitab Tafsir-nya:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْمُبَارَكِ الصَّنْعَانِيُّ، حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ وَهْبٍ الجَنَديّ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عن بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. فَقَالَ: "هُوَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ، وَمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اسْمِ اللَّهِ الْأَكْبَرِ، إِلَّا كَمَا بَيْنَ سَوَادِ الْعَيْنَيْنِ وَبَيَاضِهِمَا مِنَ الْقُرْبِ"
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْمُبَارَكِ الصَّنْعَانِيُّ، حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ وَهْبٍ الجَنَديّ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عن بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. فَقَالَ: "هُوَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ، وَمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اسْمِ اللَّهِ الْأَكْبَرِ، إِلَّا كَمَا بَيْنَ سَوَادِ الْعَيْنَيْنِ وَبَيَاضِهِمَا مِنَ الْقُرْبِ"
telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah rnenceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Musafir, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Mubarak As-San'ani, telah
menceritakan kepada kami Salam ibnu Wahb Al-Jundi. telah menceritakan kepada
kami ayahku, dari Tawus, dari Ibnu Abbas, bahwa Usman bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang basmalah. Beliau menjawab: Basmalah merupakan
salah satu dari nama-nama Allah; antara dia dan asma Allahu Akbar jaraknya
tiada lain hanyalah seperti antara bagian hitam dari bola mata dan bagian
putihnya karena saking dekatnya.
وَهَكَذَا
رَوَاهُ أَبُو بَكْر بْن مَرْدَوَيْهِ عَنْ سُلَيْمَان بْن أَحْمَد عَنْ عَلِيّ
بْن الْمُبَارَك عَنْ زَيْد بْن الْمُبَارَك بِهِ .
Hal
yang sama diriwayatkan pula oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih, dari Sulaiman ibnu
Ahmad, dari Ali ibnul Mubarak, dari Zaid ibnul Mubarak.
وَقَدْ
رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ مَرْدُويه مِنْ طَرِيقَيْنِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
عَيَّاشٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ يَحْيَى، عَنْ مِسْعَر، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَسْلَمَتْهُ أُمُّهُ إِلَى الكتَّاب
لِيُعَلِّمَهُ، فَقَالَ الْمُعَلِّمُ: اكتب، قال ما أكتب؟ قال: بسم اللَّهِ، قَالَ
لَهُ عِيسَى: وَمَا بِاسْمِ اللَّهِ؟ قَالَ الْمُعَلِّمُ: مَا أَدْرِي. قَالَ لَهُ
عِيسَى: الْبَاءُ بَهاءُ اللَّهِ، وَالسِّينُ سَنَاؤُهُ، وَالْمِيمُ مَمْلَكَتُهُ،
وَاللَّهُ إِلَهُ الْآلِهَةِ، وَالرَّحْمَنُ رَحْمَنُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،
وَالرَّحِيمُ رَحِيمُ الْآخِرَةِ".
Al-Hafiz
ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui dua jalur. dari Ismail ibnu Iyasy, dari
Ismail ibnu Yahya, dari Mis'ar, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya Isa ibnu Maryam
a.s. diserahkan oleh ibunya kepada guru tulis untuk diajar
menulis. Kemudian si guru berkata kepadanya, Tulislah.' Isa a.s. bertanya,
'Apa yang harus aku tulis?' Si guru menjawab, 'Bismillah." Isa bertanya
kepadanya, 'Apakah arti bismillah itu?' Si guru menjawab, 'Aku tidak tahu.' Isa
menjawab, 'Huruf ba artinya cahaya Allah, huruf sin artinya sinar-Nya. huruf
mim artinya kerajaan-Nya, dan Allah adalah Tuhan semua yang dianggap tuhan.
Ar-Rahman artinya Yang Maha Pemurah di dunia dan di akhirat, sedangkan Ar-Rahim
artinya Yang Maha Penyayang di akhirat'."
وَقَدْ رَوَاهُ اِبْن
جَرِير مِنْ حَدِيث إِبْرَاهِيم بْن الْعَلَاء الْمُلَقَّب بِابْنِ زِبْرِيق عَنْ
إِسْمَاعِيل بْن عَيَّاش عَنْ إِسْمَاعِيل بْن يَحْيَى عَنْ اِبْن أَبِي مُلَيْكَة
عَمَّنْ حَدَّثَهُ عَنْ اِبْن مَسْعُود وَمِسْعَر عَنْ عَطِيَّة عَنْ أَبِي سَعِيد
. قَالَ : قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَه
وَهَذَا غَرِيب جِدًّا وَقَدْ يَكُون صَحِيحًا إِلَى مَنْ دُون رَسُول اللَّه
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ يَكُون مِنْ الْإِسْرَائِيلِيَّات لَا
مِنْ الْمَرْفُوعَات وَاَللَّه أَعْلَم . وَقَدْ رَوَى جُوَيْبِر عَنْ الضَّحَّاك
نَحْوه مِنْ قَبْله.
Hadis
ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir melalui hadis Ibrahim ibnul Ala yang
dijuluki dengan sebutan Ibnu Zabriq, dari Ismail ibnu Iyasy, dari Ismail ibnu
Yahya, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari seseorang yang menceritakannya, dari Ibnu
Mas'ud dan Mis'ar, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda. Kemudian ia menuturkan hadis ini, tetapi
predikatnya garib (aneh) sekali. Barangkali berpredikat sahih sampai kepada
orang selain Rasulullah Saw., dan barangkali hadis ini termasuk salah satu dari
hadis israiliyat, bukan dari hadis yang marfu’. Juwaibir meriwayatkannya pula
sebelum dia, dari Dahhak.
وَقَدْ
رَوَى ابْنُ مَرْدُويه، مِنْ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ
بُرَيْدَةَ، وَفِي رِوَايَةٍ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ أَبِي أُمَيَّةَ، عَنِ ابْنِ
بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَةٌ
لَمْ تَنْزِلْ عَلَى نَبِيٍّ غَيْرِ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ وَغَيْرِي، وَهِيَ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ"
Ibnu
Murdawaih meriwayatkan dari hadis Yazid ibnu Khalid, dari Sulaiman ibnu
Buraidah; sedangkan menurut riwayat lain dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Abu
Buraidah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Telah
diturunkan kepadaku suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang
nabipun selain Sulaiman ibnu Daud dan aku sendiri, yaitu bismillahir rahmanir
rahim(Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).
وَرُوِيَ بِإِسْنَادِهِ
عَنْ عَبْد الْكَرِيم الْكَبِير بْن الْمُعَافَى بْن عِمْرَان عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عُمَر بْن ذَرّ عَنْ عَطَاء بْن أَبِي رَبَاح عَنْ جَابِر بْن عَبْد اللَّه قَالَ
: لَمَّا نَزَلَ " بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم " هَرَبَ
الْغَيْم إِلَى الْمَشْرِق وَسَكَنَتْ الرِّيَاح وَهَاجَ الْبَحْر وَأَصْغَتْ
الْبَهَائِم بِآذَانِهَا وَرُجِمَتْ
الشَّيَاطِين مِنْ
السَّمَاء وَحَلَفَ اللَّه تَعَالَى بِعِزَّتِهِ وَجَلَاله أَنْ لَا يُسَمَّى
اِسْمه عَلَى شَيْء إِلَّا بَارَكَ فِيهِ .
Ibnu
Murdawaih meriwayatkannya pula berikut sanadnya melalui Abdul Karim Al-Kabir
ibnul Mu'afa ibnu Imran, dari ayahnya, dari Umar ibnu Zar, dari Ata ibnu Abu
Rabah, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan
kalimat berikut: Dengan nama Allah YangMaha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Maka seluruh awan lari ke arah timur, angin hening tak bertiup, sedangkan
lautan menggelora, semua binatang mendengar melalui telinga mereka, dan semua
setan dirajam dari langit. Pada saat itu Allah Swt. bersumpah dengan menyebut
keagungan dan kemuliaan-Nya bahwa tidak sekali-kali asma-Nya (yang ada dalam
basmalah) diucapkan terhadap sesuatu melainkan Dia pasti memberkatinya.
وَقَالَ وَكِيع عَنْ
الْأَعْمَش عَنْ أَبِي وَائِل عَنْ اِبْن مَسْعُود قَالَ : مَنْ أَرَادَ أَنْ
يُنْجِيَهُ اللَّه مِنْ الزَّبَانِيَة التِّسْعَة عَشَر فَلْيَقْرَأْ "
بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم " فَيَجْعَل اللَّه لَهُ مِنْ كُلّ حَرْف
مِنْهَا جُنَّة مِنْ كُلّ وَاحِد ذَكَرَه اِبْن عَطِيَّة وَالْقُرْطُبِيّ
Waki'
mengatakan dari Al-A'masy, dari Abu Wa'il, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan
bahwa barang siapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari Malaikat Zabaniyah
yang jumlahnya sembilan belas (Zabaniyah adalah juru penyiksa neraka),
hendaklah ia membaca: Dengan nama Allah YangMaha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Allah
akan menjadikan sebuah surga baginya pada setiap huruf dari basmalah untuk
menggantikan setiap Malaikat Zabaniah. Hal ini diketengahkan oleh Ibnu Atiyyah
dan Al-Qurtubi,
وَوَجَّهَهُ اِبْن
عَطِيَّةَ وَنَصَرَهُ بِحَدِيثِ "فَقَدْ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ
مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا" لِقَوْلِ الرَّجُلِ: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مِنْ أَجْل أَنَّهَا بِضْعَة
وَثَلَاثُونَ حَرْفًا وَغَيْر ذَلِكَ .
diperkuat
dan didukung oleh Ibnu Atiyyah dengan sebuah hadis yang mengatakan, "Sesungguhnya
aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berebutan (mencatat) perkataan
seorang lelaki yang mengucapkan, 'rabbana walakal hamdu hamdan
ka'siran tayyiban mubarakan fihi' (Wahai Tuhan kami, bagi Mulah segala
puji dengan pujian yang sebanyak-banyaknya, baik lagi diberkati), mengingat
jumlah semua hurufnya ada sembilan belas." Dan dalil-dalil lainnya.
وَقَالَ الْإِمَام
أَحْمَد بْن حَنْبَل فِي مُسْنَده حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، عَنْ عَاصِمٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا تَمِيمَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ رَدِيفِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: عَثَرَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: تَعِس الشَّيْطَانُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ. فَإِنَّكَ إِذَا
قُلْتَ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ، وَقَالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ، وَإِذَا
قُلْتَ: بِاسْمِ اللَّهِ، تَصَاغَرَ حَتَّى يَصِيرَ مِثْلَ الذُّبَابِ". هَكَذَا
وَقَعَ فِي رِوَايَة الْإِمَام أَحْمَد
Imam
Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya mengatakan bahwa: telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, dari Asim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Abu Tamim
yang menceritakan hadis dari orang yang pernah membonceng Nabi Saw. Si
pembonceng menceritakan: Unta kendaraan Nabi Saw. terperosok, maka aku
mengatakan, "Celakalah setan." Maka Nabi Saw. bersabda, "Janganlah
kamu katakan, 'Celakalah setan,' karena sesungguhnya jika kamu katakan
demikian, maka ia makin membesar, lalu mengatakan, 'Dengan kekuatanku niscaya
aku dapat mengalahkannya.' Tetapi jika kamu katakan, 'Dengan nama Allah,'
niscaya si setan makin mengecil hingga bentuknya menjadi sebesar lalat." Demikian
menurut riwayat Imam Ahmad.
وَقَدْ رَوَى
النَّسَائِيّ فِي الْيَوْم وَاللَّيْلَة وَابْن مَرْدَوَيْهِ فِي تَفْسِيره مِنْ
حَدِيث خَاله الْحَذَّاء عَنْ أَبِي تَمِيمَة وَهُوَ الْهُجَيْمِيّ عَنْ أَبِي
الْمَلِيح بْن أُسَامَة بْن عُمَيْر عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كُنْت رَدِيف النَّبِيّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَه وَقَالَ «لَا تَقُلْ هَكَذَا فَإِنَّهُ
يَتَعَاظَمُ حَتَّى يَكُونَ كَالْبَيْتِ، وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّهُ
يَصْغُرُ حَتَّى يَكُونَ كَالذُّبَابَةِ»
Imam
Nasai di dalam kitab Al-Yaumu wal Lailah dan Ibnu Murdawaih di
dalam kitab Tafsir-nya. telah meriwayatkan melalui hadis Khalid Al-Hazza, dari
Abu Tamimah (yaitu Al-Hujaimi), dari Abul Malih ibnu Usamah ibnu Umair, dari
ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah membonceng Nabi Saw. Selanjutnya dia
menuturkan hadis hingga sampai pada sabda Nabi Saw. yang mengatakan: Jangan kamu katakan demikian, karena sesungguhnya setan
nanti akan makin membesar hingga bentuknya seperti rumah. Tetapi
katakanlah.”Bismillah" (dengan nama Allah), karena sesungguh-nya dia akan
mengecil hingga bentuknya seperti lalat.
فَهَذَا مِنْ تَأْثِير
بَرَكَة بِسْمِ اللَّه وَلِهَذَا تُسْتَحَبّ فِي أَوَّل كُلّ عَمَل وَقَوْل . فَتُسْتَحَبّ
فِي أَوَّل الْخُطْبَة لِمَا جَاءَ " كُلّ أَمْر لَا يُبْدَأ فِيهِ بِ "
بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم " فَهُوَ أَجْذَم
Demikian
itu terjadi berkat kalimah bismillah. Karena itu, pada permulaan setiap
perbuatan dan ucapan disunatkan terlebih dahulu membaca basmalah. Membaca
basmalah disunatkan pada
permulaan khotbah, berdasarkan sebuah hadis yang mengatakan: Setiap
perkara yang tidak dimulai dengan bacaan bismillahir rahmanir rahim (Dengan
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka perkara itu kurang
sempurna.
وَتُسْتَحَبّ الْبَسْمَلَة
عِنْد دُخُول الْخَلَاء لِمَا وَرَدَ مِنْ الْحَدِيث فِي ذَلِكَ . وَتُسْتَحَبّ
فِي أَوَّل الْوُضُوء لِمَا جَاءَ فِي مُسْنَد الْإِمَام أَحْمَد وَالسُّنَن مِنْ
رِوَايَة أَبِي هُرَيْرَة وَسَعِيد بْن زَيْد وَأَبَى سَعِيد مَرْفُوعًا" لَا
وُضُوء لِمَنْ لَمْ يَذْكَر اِسْم اللَّه عَلَيْهِ " وَهُوَ حَدِيث حَسَن .
Disunatkan
membaca basmalah di saat hendak memasuki kamar kecil, berdasarkan sebuah hadis
yang menganjurkannya. Disunatkan
pula membaca basmalah pada permulaan wudu, berdasarkan sebuah hadis yang disebutkan
di dalam Musnad Imam Ahmad dan kitab-kitab Sunan. melalui riwayat Abu Hurairah
dan Sa'id ibnu Zaid serta Abu Sa'id secara. marfu’. yaitu:
Tidak ada wudu bagi orang yang tidak menyebut asma Allah
(bismillah) dalam wudunya. Hadis ini berpredikat hasan.
وَمِنْ الْعُلَمَاء مَنْ
أَوْجَبَهَا عِنْد الذِّكْر هَهُنَا وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِوُجُوبِهَا مُطْلَقًا
وَكَذَا تُسْتَحَبّ عِنْدَ لذَّبِيحَة فِي مَذْهَب الشَّافِعِيّ وَجَمَاعَة
Di
antara ulama ada yang mewajibkannya di saat hendak melakukan zikir, dan di
antara mereka ada pula yang mewajibkannya secara mutlak. Membaca basmalah
disunatkan pula di saat hendak melakukan penyembelihan, menurut mazhab Imam
Syafii dan segolongan ulama.
وَأَوْجَبَهَا آخَرُونَ
عِنْد الذِّكْر وَمُطْلَقًا فِي قَوْل بَعْضهمْ كَمَا سَيَأْتِي بَيَانه فِي
مَوْضِعه إِنْ شَاءَ اللَّه
Ulama
lain mengatakan wajib di kala hendak melakukan zikir, juga wajib secara mutlak
menurut pendapat sebagian dari mereka, seperti yang akan dijelaskan pada bagian
lain. Insya Allah
وَقَدْ ذَكَرَ الرَّازِيّ
فِي تَفْسِيره فِي فَضْل الْبَسْمَلَة أَحَادِيث مِنْهَا عَنْ أَبِي هُرَيْرَة
أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " إِذَا أَتَيْت
أَهْلَك فَسَمِّ اللَّهَ فَإِنَّهُ إِنْ وُلِدَ لَك وَلَدٌ كُتِبَ لَك بِعَدَدِ
أَنْفَاسه وَأَنْفَاس ذُرِّيَّته حَسَنَات " وَهَذَا لَا أَصْل لَهُ وَلَا
رَأَيْته فِي شَيْء مِنْ الْكُتُب الْمُعْتَمَد عَلَيْهَا وَلَا غَيْرهَا .
Ar-Razi
di dalam kitab Tafsir-nya menyebutkan hadis mengenai keutamaan basmalah, antara
lain dari Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kamu mendatangi istrimu, maka sebutlah asma Allah,
karena sesungguhnya apabila ditakdirkan bagimu punya anak, niscaya akan
dicatatkan bagimu kebaikan-kebaikan menurut bilangan helaan napasnya dan napas-napas
keturunannya. Akan tetapi, hadis ini tidak ada asalnya, dan aku
(penulis: yakni Ibnu Katsir) belum pernah melihatnya dalam suatu kitab pun di
antara kitab-kitab yang dapat dipegang, tidak pula pada yang lainnya.
وَهَكَذَا تُسْتَحَبّ
عِنْدَ الْأَكْل لِمَا فِي صَحِيح مُسْلِم أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَبِيبِهِ عُمَر بْن أَبِي سَلَمَة " قُلْ بِسْمِ
اللَّه وَكُلْ بِيَمِينِك وَكُلْ مِمَّا يَلِيك "
Disunatkan
membaca basmalah di saat hendak makan, seperti apa yang disebutkan di dalam
hadis sahih Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda
kepada anak tirinya, yaitu Umar ibnu Abu Salamah:
Ucapkanlah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu
serta makanlah makanan yang dekat denganmu.
وَمِنْ الْعُلَمَاء مَنْ
أَوْجَبَهَا وَالْحَالَة هَذِهِ وَكَذَلِكَ تُسْتَحَبّ عِنْد الْجِمَاع لِمَا فِي
الصَّحِيحَيْنِ عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ " لَوْ أَنَّ أَحَدكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْله
قَالَ بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَان وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ
مَا رَزَقْتنَا فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّر بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ
الشَّيْطَان أَبَدًا " .
Sebagian
ulama mewajibkan membaca basmalah dalam keadaan seperti itu.
Disunatkan pula membaca basmalah di saat hendak melakukan senggama, seperti yang disebutkan dalam hadis Sahihain melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Seandainya seseorang di antara kalian hendak mendatangi istrinya, lalu ia mengucapkan, "Dengan menyebut asma Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezekikan (anugerahkan) kepada kami, "karena sesungguhnya jika ditakdirkan terlahirkan anak di antara keduanya, niscaya setan tidak dapat menimpakan mudarat terhadap anak itu untuk selama-lamanya.
Disunatkan pula membaca basmalah di saat hendak melakukan senggama, seperti yang disebutkan dalam hadis Sahihain melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Seandainya seseorang di antara kalian hendak mendatangi istrinya, lalu ia mengucapkan, "Dengan menyebut asma Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezekikan (anugerahkan) kepada kami, "karena sesungguhnya jika ditakdirkan terlahirkan anak di antara keduanya, niscaya setan tidak dapat menimpakan mudarat terhadap anak itu untuk selama-lamanya.
وَمِنْ هَهُنَا يَنْكَشِف
لَك أَنَّ الْقَوْلَيْنِ عِنْدَ النُّحَاة فِي تَقْدِير الْمُتَعَلِّق بِالْبَاءِ
فِي قَوْله بِسْمِ اللَّه هَلْ هُوَ اِسْم أَوْ فِعْل مُتَقَارِبَانِ وَكُلٌّ قَدْ
وَرَدَ بِهِ الْقُرْآن
Berawal dari pengertian
ini dapat dikatakan bahwa kedua pendapat di kalangan ahli nahwu dalam masalah
lafaz yang dijadikan ta'alluq(kaitan) oleh huruf ba dalam kalimat
Bismillah. apakah berupa fi’l atau isim, keduanya sama-sama
mendekati kebenaran. Masing-masing pendapat memang ada contohnya di dalam
Al-Qur'an.
أَمَّا مَنْ قَدَّرَهُ
بِاسْمٍ تَقْدِيره بِسْمِ اللَّه اِبْتِدَائِي فَلِقَوْلِهِ تَعَالَى "
وَقَالَ اِرْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّه مَجْرِيهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي
لَغَفُورٌ رَحِيمٌ"
Pendapat
yang mengatakan bahwa ta'alluq-nya berupa isim. hingga bentuk
lengkapnya menjadi seperti berikut: "Dengan menyebut asma Allah
kumulai", contohnya di dalam Al-Qur'an ialah firman-Nya: Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya
dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh." Sesungguhnya
Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Hud: 41)
وَمَنْ قَدَّرَهُ
بِالْفِعْلِ أَمْرًا أَوْ خَبَرًا نَحْو أَبْدَأُ بِسْمِ اللَّه فَلِقَوْلِهِ
تَعَالَى " اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبّك الَّذِي خَلَقَ "
Orang yang memperkirakannya dalam bentuk
fi’l, baik fi’l amar ataupun khabar (kalimat
berita), contohnya ialah: "Aku memulai
dengan menyebut
asma Allah" atau "Dengan
nama Allah aku memulai", seperti
pengertian
yang terkandung di dalam firman-Nya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan. (Al-'Alaq: 1)
وَكِلَاهُمَا صَحِيح
فَإِنَّ الْفِعْلَ لَا بُدَّ لَهُ مِنْ مَصْدَرٍ فَلَك أَنْ تُقَدِّر الْفِعْلَ
وَمَصْدَرَهُ وَذَلِكَ بِحَسَبِ الْفِعْل الَّذِي سَمَّيْت قَبْله إِنْ كَانَ
قِيَامًا أَوْ قُعُودًا أَوْ أَكْلًا أَوْ شُرْبًا أَوْ قِرَاءَة أَوْ وُضُوءًا
أَوْ صَلَاة فَالْمَشْرُوع ذِكْر اِسْم اللَّه فِي الشُّرُوع فِي ذَلِكَ كُلّه
تَبَرُّكًا وَتَيَمُّنًا وَاسْتِعَانَة عَلَى الْإِتْمَام وَالتَّقَبُّل وَاَللَّه
أَعْلَم .
Kedua
pendapat tersebut benar, karena suatu fi'il pasti mempunyai masdar. Maka Anda
boleh memperkirakan ta'alluq-nya dalam bentuk fi'il atau masdar-nya. Yang
demikian itu disesuaikan dengan pekerjaan yang akan dibacakan basmalah untuknya,
misalnya duduk, berdiri, makan, minum, membaca, wudu, ataupun salat. Hal yang
dianjurkan ialah membaca basmalah di kala hendak melakukan semua hal yang
disebutkan untuk memperoleh berkah dan rahmat serta pertolongan dalam
menyelesaikannya dan agar diterima oleh Allah Swt. Wallahu A’lam
وَلِهَذَا رَوَى اِبْن
جَرِير وَابْن أَبِي حَاتِم مِنْ حَدِيث بِشْر بْن عُمَارَة عَنْ أَبِي رَوْق عَنْ
الضَّحَّاك عَنْ اِبْن عَبَّاس قَالَ إِنَّ أَوَّل مَا نَزَلَ بِهِ جِبْرِيل عَلَى
مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " يَا مُحَمَّد قُلْ
أَسْتَعِيذ بِاَللَّهِ السَّمِيع الْعَلِيم مِنْ الشَّيْطَان الرَّجِيم ثُمَّ
قَالَ : قُلْ" بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم " قَالَ : قَالَ لَهُ
جِبْرِيل بِاسْمِ اللَّه يَا مُحَمَّد يَقُول اِقْرَأْ بِذِكْرِ اللَّه رَبّك
وَقُمْ وَاقْعُدْ بِذِكْرِ اللَّه تَعَالَى " لَفْظ اِبْن جَرِير
Ibnu
Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Bisyr ibnu Imarah, dari Abu
Rauq, dari Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa hal yang mula-mula
dibawa turun oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. ialah: "Hai
Muhammad, katakanlah, 'Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk'." Kemudian Malaikat
Jibril berkata, "Katakanlah bismillahir rahmanir rahim (Dengan nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)."
Jibril berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sebutlah asma Allah, bacalah dengan menyebut asma Allah —Tuhanmu— dan berdiri serta duduklah dengan menyebut asma Allah," menurut lafaz Ibnu Jarir.
Jibril berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sebutlah asma Allah, bacalah dengan menyebut asma Allah —Tuhanmu— dan berdiri serta duduklah dengan menyebut asma Allah," menurut lafaz Ibnu Jarir.
وَأَمَّا مَسْأَلَة الِاسْم
هَلْ هُوَ الْمُسَمَّى أَوْ غَيْره فَفِيهَا لِلنَّاسِ ثَلَاثَة أَقْوَال أَحَدهَا
أَنَّ الِاسْم هُوَ الْمُسَمَّى وَهُوَ قَوْل أَبِي عُبَيْدَة وَسِيبَوَيْهِ
وَاخْتَارَهُ الْبَاقِلَّانِيُّ وَابْن فَوْرك وَقَالَ الرَّازِيّ وَهُوَ مُحَمَّد
بْن عُمَر الْمَعْرُوف بِابْنِ خَطِيب الرَّيّ فِي مُقَدِّمَات تَفْسِيره
Apakah
lafaz isim (yang ada pada lafaz Bismi) merupakan musamma (yang
diberi nama) atau lainnya? Dalam hal ini ada tiga pendapat, yaitu: Pertama, isim adalah musamma (yang diberi nama). Pendapat
ini dikatakan oleh Abu Ubaidah dan Imam Sibawaih, kemudian dipilih oleh
Al-Baqilani dan Ibnu Faurak; dikatakan pula oleh Ar-Razi (yaitu Muhammad ibnu
Umar) yang dikenal dengan julukan Ibnu Khatib Ar-Ray di dalam mukadimah kitab
Tafsir-nya.
قَالَتْ الْحَشْوِيَّة
وَالْكَرَامِيَّة وَالْأَشْعَرِيَّة الِاسْم نَفْس الْمُسَمَّى وَغَيْر نَفْس
التَّسْمِيَة
Kedua,
menurut golongan Al-Hasywiyyah, Al-Karamiyyah, dan Al-Asy'ariyyah, isim adalah
diri yang diberi nama, tetapi bukan namanya.
وَقَالَتْ الْمُعْتَزِلَة
الِاسْم غَيْر الْمُسَمَّى وَنَفْس التَّسْمِيَة
Ketiga,
menurut Mu'tazilah isim bukan menunjukkan yang diberi nama, tetapi merupakan
namanya.
وَالْمُخْتَار عِنْدَنَا
أَنَّ الِاسْمَ غَيْر الْمُسَمَّى وَغَيْر التَّسْمِيَة ثُمَّ نَقُول إِنْ كَانَ
الْمُرَاد بِالِاسْمِ هَذَا اللَّفْظ الَّذِي هُوَ أَصْوَات مُتَقَطِّعَة وَحُرُوف
مُؤَلَّفَة فَالْعِلْم الضَّرُورِيّ حَاصِل أَنَّهُ غَيْر الْمُسَمَّى وَإِنْ
كَانَ الْمُرَاد بِالِاسْمِ ذَات الْمُسَمَّى فَهَذَا يَكُون مِنْ بَاب إِيضَاح
الْوَاضِحَات وَهُوَ عَبَث فَثَبَتَ أَنَّ الْخَوْض فِي هَذَا الْبَحْث عَلَى
جَمِيع التَّقْدِيرَات يَجْرِي مَجْرَى الْعَبَث .
Menurut
pendapat yang terpilih di kalangan kami, isim bukan menunjukkan yang diberi
nama. bukan pula namanya. Kemudian kami simpulkan, jika yang dimaksud dengan
istilah "isim" adalah "suara dari huruf-huruf yang
tersusun", maka menurut kesimpulannya isim bukanlah musamma, sekalipun
menurut makna yang dimaksud dengan isim adalah diri musamma (yang diberi nama).
Hal seperti ini termasuk ke dalam Bab "Menjelaskan Hal yang Sudah Jelas
Berarti Tidak Ada Gunanya". Maka dapat dibuktikan bahwa melibatkan diri ke
dalam pembahasan ini dengan mengadakan semua hipotesis sama saja dengan
membuang-buang waktu yang tidak ada guna.
ثُمَّ شَرَعَ يُسْتَدَلّ
عَلَى مُغَايَرَة الِاسْم لِلْمُسَمَّى بِأَنَّهُ قَدْ يَكُون الِاسْم مَوْجُودًا
وَالْمُسَمَّى مَفْقُودًا كَلَفْظَةِ الْمَعْدُوم
Kemudian
dibahas hal yang menunjukkan adanya perbedaan antara isim dan musamma.
Disebutkan bahwa adakalanya isim memang ada, tetapi musamma-nya tidak ada,
seperti lafaz ma'dum (yang tidak ada).
وَبِأَنَّهُ قَدْ يَكُون
لِلشَّيْءِ أَسْمَاءَ مُتَعَدِّدَة كَالْمُتَرَادِفَةِ وَقَدْ يَكُون الِاسْم
وَاحِدًا وَالْمُسَمَّيَات مُتَعَدِّدَة كَالْمُشْتَرَكِ وَذَلِكَ دَالّ عَلَى
تَغَايُر الِاسْم وَالْمُسَمَّى وَأَيْضًا فَالِاسْم لَفْظ وَهُوَ عَرَض
وَالْمُسَمَّى قَدْ يَكُون ذَاتًا مُمْكِنَة أَوْ وَاجِبَة بِذَاتِهَا وَأَيْضًا
Adakalanya
sesuatu itu mempunyai banyak isim (nama), seperti lafaz mutaradif (sinonim).
Adakalanya isim-
nya
satu. sedangkan mu-samma-nya berbilang, seperti lafaz yang musytarak (satu
lafaz yang mempunyai dua makna yang bertentangan). Hal tersebut menunjukkan
adanya perbedaan antara isim dan musamma, dan isim merupakan lafaz, sedangkan
musamma adalah penampilannya; musamma itu adakalanya merupakan zat yang mungkin
atau wajib keberadaan zatnya.
فَلَفْظ النَّار
وَالثَّلْج لَوْ كَانَ هُوَ الْمُسَمَّى لَوَجَدَ اللَّافِظ بِذَلِكَ حَرّ النَّار
أَوْ بَرْد الثَّلْج وَنَحْو ذَلِكَ وَلَا يَقُولهُ عَاقِل
Lafaz
an-nar (api) dan as-salj (es) seandainya merupakan musamma, niscaya orang yang
menyebutnya akan merasakan panasnya api dan dinginnya es. Akan tetapi. tentu
saja hal seperti ini tidak akan dikemukakan oleh orang yang berakal waras.
وَأَيْضًا فَقَدْ قَالَ
اللَّه تَعَالَى " وَلِلَّهِ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا "
وَقَالَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَة
وَتِسْعِينَ اِسْمًا"
Juga
karena Allah Swt. telah berfirman: Allah
mempunyai asma’ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma’ul
husna itu. (Al-A'raf: 180) Nabi
Saw. telah bersabda: Sesungguhnya
Allah memiliki sembilan puluh sembilan isim (nama). Shahih: Bukhari 7392 dan Muslim 2677
فَهَذِهِ أَسْمَاء
كَثِيرَة وَالْمُسَمَّى وَاحِد وَهُوَ اللَّه تَعَالَى وَأَيْضًا
فَقَوْله "وَلِلَّهِ الْأَسْمَاء" أَضَافَهَا إِلَيْهِ كَمَا قَالَ
"فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبّك الْعَظِيم" وَنَحْو ذَلِكَ
Ini
adalah nama yang banyak, tetapi musamma-nya adalah esa, yaitu Allah Swt. Allah
pun telah berfirman: Allah mempunyai nama-nama. (Al-A'raf: 180)
Allah telah meng-idafah-km nama-nama itu kepada dirinya, seperti yang terdapat
di dalam firman-Nya: Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
(Al-Waqi'ah: 74) Demikian
pula yang lain-lainnya yang semisal;
فَالْإِضَافَة تَقْتَضِي
الْمُغَايَرَة وَقَوْله تَعَالَى " فَادْعُوهُ بِهَا " أَيْ فَادْعُوا
اللَّهَ بِأَسْمَائِهِ وَذَلِكَ دَلِيل عَلَى أَنَّهَا غَيْره
kesimpulannya
menyatakan bahwa idafah memberikan pengertian mugayarah (perbedaan antara isim
dan musamma). Allah Swt. telah berfirman: maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asma-ul husna itu. (Al-A'raf: 180)
Hal ini menunjukkan bahwa isim bukanlah zat Allah.
وَاحْتَجَّ مَنْ قَالَ
الِاسْم هُوَ الْمُسَمَّى بِقَوْلِهِ تَعَالَى" تَبَارَكَ اِسْم رَبّك ذُو
الْجَلَال وَالْإِكْرَام "
Sedangkan
orang yang berpendapat bahwa isim adalah musamma, beralasan dengan
firman-Nya:
Mahaagung nama Tuhanmu Yang mempunyai Kebesaran dan Karunia.
(Ar-Rahman: 78)
وَالْمُتَبَارَك هُوَ
اللَّه تَعَالَى وَالْجَوَاب أَنَّ الِاسْم مُعَظَّم لِتَعْظِيمِ الذَّات الْمُقَدَّسَة
وَأَيْضًا فَإِذَا قَالَ الرَّجُل زَيْنَب طَالِق يَعْنِي اِمْرَأَته طَلُقَتْ ,
وَلَوْ كَانَ الِاسْم غَيْر الْمُسَمَّى لَمَا وَقَعَ الطَّلَاق , وَالْجَوَاب
أَنَّ الْمُرَاد أَنَّ الذَّات الْمُسَمَّاة بِهَذَا الِاسْم طَالِق .
Yang
Mahaagung adalah Allah Swt, sebagai jawabannya ialah bahwa isim yang diagungkan
untuk mengagungkan Zat Yang Mahasuci; demikian pula jika seorang lelaki
mengatakan Zainab —yakni istrinya— tertalak, maka Zainab menjadi terceraikan.
Seandainya isim bukanlah musamma, niscaya talak tidak akan jatuh kepadanya, dan
tentu saja sebagai jawabannya dikatakan bahwa makna yang dimaksud ialah diri
yang diberi nama Zainab terkena talak.
قَالَ الرَّازِيّ :
وَأَمَّا التَّسْمِيَة فَإِنَّهَا جَعْل الِاسْم مُعَيِّنًا لِهَذِهِ الذَّات
فَهِيَ غَيْر الِاسْم أَيْضًا وَاَللَّه أَعْلَم
Ar-Razi
mengatakan bahwa tasmiyah artinya "menjadikan isim ditentukan untuk diri
orang yang bersangkutan", maka diri orang tersebut bukanlah isim-nya. Wallahu
A’lam.
(Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, I dari 4 Jilid: hlm 25-26. Beirut-Libanon: Dar el-Fikr, 2011)
(Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim, I dari 4 Jilid: hlm 25-26. Beirut-Libanon: Dar el-Fikr, 2011)
Sabtu,
6 April 2019 M/ 30 Rajab 1440 H.
Bersambung
. . . Insya Allah . . . .
by Bidang
Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan