Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa
(631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush Shaalihiin dalam Bab
fii al-Muhaafadzhoh ‘alaa al-‘A’maal (Bab
Memelihara Kelangsungan Amal-amal) telah memasukkan empat ayat
Al-Qur’an sebelum tiga hadis yang beliau maksudkan. Penulis beri judul makalah ini, MEMELIHARA KELANGSUNGAN AMAL,
adapun ayat-ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama
, QS. Al-Hadiid [57]: 16
قَالَ الله تَعَالَى : { أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ
قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا
كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ
قُلُوبُهُمْ ... } [ الحديد : 16 ]،
Firman Allah Ta’ala: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang
yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran
yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. . . .
Al-Hafidz Ibnu Katsir
mengelompokan QS Al-Hadiid [57]: 16 dengan satu ayat setelahnya. Adapun Syaikh Wahbah Az-Zuhaili pada At-Tafsiir
Al-Muniir mensatu kelompokkan ayat 16 s/d 19 yang diberi judul خشية اللّه وجزاء المتصدقين والمؤمنين وجزاء
الكافرين (Khasyatulloh wa
Jazaa-ul Mutashoddiqiin wal- Mu’miniin wa Jazaa-ul Kaafiriin), Takut
kepada Allah serta balasan bagi orang-orang yang membenarkan dan orang-orang
yang beriman juga balasan bagi orang-orang kafir.
Diantara penafsiran
Al-Hafidz Ibnu Katsir adalah sebagai berikut:
يَقُول تَعَالَى أَمَا
آنَ لِلْمُؤْمِنِينَ أَنْ تَخْشَع قُلُوبهمْ لِذِكْرِ اللَّه أَيْ تَلِينَ عِنْد
الذِّكْر وَالْمَوْعِظَة وَسَمَاع الْقُرْآن فَتَفْهَمهُ وَتَنْقَاد لَهُ وَتَسْمَع
لَهُ وَتُطِيعهُ .
Allah Swt. berfirman
bahwa bukankah telah datang waktunya bagi orang-orang mukmin untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah? Yakni hati mereka lunak di saat mengingat Allah dan
mendengar nasihat serta mendengar bacaan Al-Qur'an, lalu hati mereka
memahaminya, tunduk patuh dan mendengarkannya.
. . . عَنْ اِبْن عَبَّاس
أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ اللَّه اِسْتَبْطَأَ قُلُوب الْمُؤْمِنِينَ فَعَاتَبَهُمْ
عَلَى رَأْس ثَلَاث عَشْرَة مِنْ نُزُول الْقُرْآن فَقَالَ " أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَع قُلُوبهمْ لِذِكْرِ اللَّه " الْآيَة
. . . dari Ibnu Abbas
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah merasa kesal terhadap keterlambatan
hati orang-orang mukmin untuk tunduk hati mereka mengingat Allah, maka Allah
Swt. menegur mereka setelah tiga belas tahun diturunkan-Nya Al-Qur'an. Untuk
itu Allah Swt. berfirman: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16),
hingga akhir ayat.
عَنْ اِبْن مَسْعُود
رَضِيَ اللَّه عَنْهُ قَالَ مَا كَانَ بَيْن إِسْلَامنَا وَبَيْن أَنْ عَاتَبَنَا
اللَّه بِهَذِهِ الْآيَة "أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَع
قُلُوبهمْ لِذِكْرِ اللَّه" الْآيَة
إِلَّا أَرْبَع سِنِينَ
. . . dari Ibnu Mas'ud
r.a. yang telah mengatakan, bahwa tiada tenggang masa antara keislaman kami dan
teguran Allah kepada kami selain dari empat tahun, yaitu melalui
firman-Nya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16), hingga akhir
ayat. . . . (HR Ibnu Abi Hatim Ar-Razi, Muslim)
وَقَالَ سُفْيَان الثَّوْرِيّ
عَنْ الْمَسْعُودِيّ عَنْ الْقَاسِم قَالَ : مَلَّ أَصْحَاب رَسُول اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِلَّة فَقَالُوا حَدِّثْنَا يَا رَسُول اللَّه
فَأَنْزَلَ اللَّه تَعَالَى" نَحْنُ نَقُصّ عَلَيْك أَحْسَن الْقَصَص "
قَالَ ثُمَّ مَلُّوا مِلَّة فَقَالُوا حَدِّثْنَا يَا رَسُول اللَّه فَأَنْزَلَ
اللَّه تَعَالَى" اللَّه نَزَّلَ أَحْسَن الْحَدِيث " ثُمَّ مَلُّوا
مِلَّة فَقَالُوا حَدِّثْنَا يَا رَسُول اللَّه فَأَنْزَلَ اللَّه تَعَالَى "
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَع قُلُوبهمْ لِذِكْرِ اللَّه "
Sufyan As-Sauri telah
meriwayatkan dari Al-Mas'udi, dari Al-Qasim yang mengatakan bahwa di suatu hari
sahabat-sahabat Rasulullah Saw. merasa bosan (jenuh), lalu mereka berkata,
"Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami." Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik. (Yusuf:
3) Kemudian mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata, "Wahai Rasulullah,
berceritalah kepada kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik. (Az-Zumar: 23) Kemudian
mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah
kepada kami." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah. (Al-Hadid: 16)
وَقَالَ قَتَادَة "
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَع قُلُوبهمْ لِذِكْرِ اللَّه "
ذَكَرَ لَنَا أَنَّ شَدَّاد بْن أَوْس كَانَ يَرْوِي عَنْ رَسُول اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " إِنَّ أَوَّل مَا يُرْفَع مِنْ النَّاس
الْخُشُوع "
Qatadah telah mengatakan
sehubungan dengan firman-Nya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang
yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16)
Telah diceritakan kepada kami bahwa Syaddad ibnu Aus telah meriwayatkan dari
Rasulullah Saw. sabda beliau Saw. yang mengatakan: Sesungguhnya hal yang
mula-mula diangkat dari manusia adalah khusyu’.
وَقَوْله تَعَالَى "
وَلَا يَكُونُوا كَاَلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَاب مِنْ قَبْل فَطَالَ عَلَيْهِمْ
الْأَمَد فَقَسَتْ قُلُوبهمْ " نَهَى اللَّه تَعَالَى الْمُؤْمِنِينَ أَنْ
يَتَشَبَّهُوا بِاَلَّذِينَ حَمَلُوا الْكِتَاب مِنْ قَبْلهمْ مِنْ الْيَهُود
وَالنَّصَارَى لَمَّا تَطَاوَلَ عَلَيْهِمْ الْأَمَد بَدَّلُوا كِتَاب اللَّه
الَّذِي بِأَيْدِيهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا وَنَبَذُوهُ وَرَاء
ظُهُورهمْ وَأَقْبَلُوا عَلَى الْآرَاء الْمُخْتَلِفَة وَالْأَقْوَال
الْمُؤْتَفِكَة وَقَلَّدُوا الرِّجَال فِي دِين اللَّه وَاِتَّخَذُوا أَحْبَارهمْ
وَرُهْبَانهمْ أَرْبَابًا مِنْ دُون اللَّه فَعِنْد ذَلِكَ قَسَتْ قُلُوبهمْ فَلَا
يَقْبَلُونَ مَوْعِظَة وَلَا تَلِينَ قُلُوبهمْ بِوَعْدٍ وَلَا وَعِيد
Adapun firman Allah
Swt.: dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka, lalu hati mereka menjadi keras. (Al-Hadid: 16)
Allah Swt. melarang
orang-orang mukmin menyerupai orang-orang yang telah diberikan kepada mereka
Al-Kitab sebelum masa kaum mukmin, dari kalangan orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Setelah masa berlalu cukup panjang atas mereka, lalu mereka
mengganti Kitabullah yang ada di tangan mereka dan menukarnya
dengan harga yang sedikit, dan mencampakkannya ke belakang punggung mereka. Dan
sebagai gantinya mereka menerima berbagai pendapat yang beraneka ragam dan yang
dibuat-buat, serta membebek kepada pendapat orang banyak dalam agama Allah, dan
mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah. Maka pada saat itulah hati mereka menjadi keras dan tidak mau
menerima pelajaran serta tidak mau lunak dengan janji maupun ancaman. (Abu
Al-Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, IV: 1844;
Beirut: Dar el-Fikr, 2011)
Kedua,
QS. Al- Hadiid [57]: 27
وَقالَ تَعَالَى : {... وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ
مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الأِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ
رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
إِلاَّ ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا. . . } [ الحديد : 27 ]،
Firman Allah Ta’ala: . .
. dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya
Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun
dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya)
untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan
pemeliharaan yang semestinya. . . .
Al-Hafidz Ibnu Katsir
mengelompokan QS Al-Hadiid [57]: 27 dengan satu ayat sebelumnya. Adapun Syaikh Wahbah Az-Zuhaili pada At-Tafsiir
Al-Muniir mensatu kelompokkan ayat 26 s/d 29 yang diberi judul وحدة الشرائع في أصولها وصلة الإسلام بما قبله (Wihdatusy Syaroo-i’I
fii Ushuuliha wa Shilatul Islaam bi maa Qoblahu), Kesatuan
syari’at-syari’at dalam hal ushul-nya dan hubungan Islam dengan syari’at
sebelumnya.
Diantara penafsiran
Al-Hafidz Ibnu Katsir adalah sebagai berikut:
يُخْبِر تَعَالَى أَنَّهُ
مُنْذُ بَعَثَ نُوحًا عَلَيْهِ السَّلَام لَمْ يُرْسِل بَعْده رَسُولًا وَلَا
نَبِيًّا إِلَّا مِنْ ذُرِّيَّته وَكَذَلِكَ إِبْرَاهِيم عَلَيْهِ السَّلَام
خَلِيل الرَّحْمَن لَمْ يُنْزِل مِنْ السَّمَاء كِتَابًا وَلَا أَرْسَلَ رَسُولًا
وَلَا أَوْحَى إِلَى بَشَر مِنْ بَعْده إِلَّا وَهُوَ مِنْ سُلَالَته كَمَا قَالَ
تَعَالَى فِي الْآيَة الْأُخْرَى " وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّته النُّبُوَّة
وَالْكِتَاب" حَتَّى كَانَ آخِر أَنْبِيَاء بَنِي إِسْرَائِيل عِيسَى اِبْن
مَرْيَم الَّذِي بَشَّرَ مِنْ بَعْده بِمُحَمَّدٍ صَلَوَات اللَّه وَسَلَامه
عَلَيْهِمَا .
Allah Swt. menceritakan
bahwa sejak Dia mengutus Nuh a.s. tidaklah Dia mengutus seorang rasul dan tidak
pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari keturunannya. Demikian pula Ibrahim
a.s. kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, tiada suatu kitab pun yang diturunkan
dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus serta tiada pula diwahyukan
kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia berasal dari keturunannya.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan Kami jadikan
kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al' Ankabut: 27) hingga
akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam, yang
menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad Saw. sesudahnya.
وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى
" ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارهمْ بِرُسُلِنَا وَقْفَيْنَا بِعِيسَى ابْن
مَرْيَم وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيل " وَهُوَ الْكِتَاب الَّذِي أَوْحَاهُ
اللَّه إِلَيْهِ " وَجَعَلْنَا فِي قُلُوب الَّذِينَ اِتَّبَعُوهُ "
وَهُمْ الْحَوَارِيُّونَ" رَأْفَة " أَيْ رِقَّة وَهِيَ الْخَشْيَة
" وَرَحْمَة " بِالْخَلْقِ وَقَوْله " وَرَهْبَانِيَّة
اِبْتَدَعُوهَا " أَيْ اِبْتَدَعَتْهَا أُمَّة النَّصَارَى " مَا
كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ " أَيْ مَا شَرَعْنَاهَا وَإِنَّمَا هُمْ
اِلْتَزَمُوهَا مِنْ تِلْقَاء أَنْفُسهمْ
Karena itulah maka
disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian Kami iringkan di belakang mereka
rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam;
dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al-Hadid: 27) Injil adalah kitab
yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Isa a.s. dan Kami jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid: 27) Mereka dikenal dengan
sebutan kaum Hawariyyin. rasa santun. (Al-Hadid: 27) Yakni
kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah Swt. dan kasih sayang. (Al-Hadid:
27) kepada sesama makhluk. Dan firman Allah Swt.: Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27) Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan
peraturan rahbaniyyah ini. padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka. (Al-Hadid: 27) Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu,
sesungguhnya hanya mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka.
وَقَوْله تَعَالَى"
إِلَّا اِبْتِغَاء رِضْوَان اللَّه " فِيهِ قَوْلَانِ أَحَدهمَا أَنَّهُمْ
قَصَدُوا بِذَلِكَ رِضْوَان اللَّه قَالَ سَعِيد بْن جُبَيْر وَقَتَادَة"
وَالْآخَر " مَا كَتَبْنَا
عَلَيْهِمْ ذَلِكَ
إِنَّمَا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اِبْتِغَاء رِضْوَان اللَّه
Firman Allah Swt.: untuk
mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27) Ada dua pendapat sehubungan
dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka bermaksud
dengan hal itu untuk mendapat rida Allah; ini menurut apa yang dikatakan oleh
Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa padahal
Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, sesungguhnya yang Kami wajibkan
kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
وَقَوْله تَعَالَى "
فَمَا رَعَوْهَا حَقّ رِعَايَتهَا " أَيْ فَمَا قَامُوا بِمَا اِلْتَزَمُوهُ
حَقّ الْقِيَام وَهَذَا ذَمّ لَهُمْ مِنْ وَجْهَيْنِ " أَحَدهمَا " الِابْتِدَاع
فِي دِين اللَّه مَا لَمْ يَأْمُر بِهِ اللَّه " وَالثَّانِي " فِي
عَدَم قِيَامهمْ بِمَا اِلْتَزَمُوهُ مِمَّا زَعَمُوا أَنَّهَا قُرْبَة
تُقَرِّبهُمْ إِلَى اللَّه عَزَّ وَجَلَّ
Firman Allah Swt.: lalu
mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid:
27) Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka
dengan pemeliharaan yang semestinya. Ini mengandung celaan terhadap mereka
dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah
mengada-adakan sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak
memerintahkannya. Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa
yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal
taqarrub yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Swt.
... عن ابْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا
ابْنَ مَسْعُودٍ". قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "هَلْ
عَلِمْتَ أَنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً؟
لَمْ يَنْجُ مِنْهَا إِلَّا ثَلَاثُ فِرَقٍ، قَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ
وَالْجَبَابِرَةِ بَعْدَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَدَعَتْ
إِلَى دِينِ اللَّهِ وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقَاتَلَتِ الْجَبَابِرَةَ
فقُتلت فَصَبَرَتْ وَنَجَتْ، ثُمَّ قَامَتْ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يَكُنْ لَهَا
قُوَّةٌ بِالْقِتَالِ، فَقَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ وَالْجَبَابِرَةِ فَدَعَوْا
إِلَى دِينِ اللَّهِ وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقُتِّلَتْ وَقُطِّعَتْ
بِالْمَنَاشِيرِ وَحُرِّقَتْ بِالنِّيرَانِ، فَصَبَرَتْ وَنَجَتْ. ثُمَّ قَامَتْ
طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يَكُنْ لَهَا قُوَّةٌ بِالْقِتَالِ وَلَمْ تُطِقِ
الْقِيَامَ بِالْقِسْطِ، فَلَحِقَتْ بِالْجِبَالِ فَتَعَبَّدَتْ وَتَرَهَّبَتْ،
وَهُمُ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا
مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ}
…dari Ibnu Mas'ud, yang
telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai
Ibnu Mas'ud!" Aku menjawab,"Labbaika, ya Rasulullah.” Rasulullah
Saw. bersabda: Tahukah kamu bahwa orang-orang Bani Israil telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan? Tiada suatu golongan pun yang
selamat kecuali tiga golongan, yang hidup di antara para raja dan orang-orang
yang melampaui batas sesudah Isa putra Maryam a.s. Mereka menyeru kepada agama
Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu mereka memerangi orang-orang yang
melampaui batas, tetapi akhirnya mereka terbunuh dan tetap bersabar dan
akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang tidak
mempunyai kekuatan untuk berperang, mereka bangkit di antara para raja dan
orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama Allah dan agama Isa
putra Maryam. Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh dan dipotong
dengan memakai gergaji serta dibakar, mereka sabar dan akhirnya mereka selamat.
Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai kekuatan untuk
berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan, akhirnya mereka
mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman), lalu
mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah orang-orang
yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya, "Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka.” (Al-Hadid: 27) (HR Ibnu Abi Hatim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"اخْتَلَفَ مَنْ كَانَ قَبْلنَا عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، نَجَا
مِنْهُمْ ثَلَاثٌ وَهَلَكَ سَائِرُهُمْ ... "
dari Abdullah ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Orang-orang
sebelum kita telah bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada
tiga golongan dari mereka yang selamat, sedangkan yang lainnya binasa. (HR
Ibnu Jarir). (Abu Al-Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim, IV: 1848; Beirut: Dar el-Fikr, 2011)
Ketiga,
QS. An-Nahl [16]: 92
وَقالَ تَعَالَى: { وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ
قُوَّةٍ أَنْكَاثاً } [ النحل : 92 ]،
Firman Allah Ta’ala: Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, . . .
Al-Hafidz Ibnu Katsir
mengelompokan QS An-Nahl [16]: 92 dengan satu ayat sebelumnya. Adapun Syaikh Wahbah Az-Zuhaili pada At-Tafsiir
Al-Muniir mensatu kelompokkan ayat 90 s/d 96 yang diberi judul أجمع آية في القرآن للخير والشر والوفاء بالعهد
والهداية والإضلال (Ajma’u Aayatin fii
Al-Qur’aani lil- Khoiiri wasy- Syarri wal- Wafaa-I bil- Ihda wal- Hidaayati
wal- Idllaali), Kumpulan ayat di dalam Al-Qur’an [yang menjelaskan] antara
kebaikan, kejelekan, dan pemenuhan janji kaitan dengan janji, hidayah, dan
penyimpangan [kesesatan].
Diantara penafsiran
Al-Hafidz Ibnu Katsir adalah sebagai berikut:
وَقَوْله " وَلَا
تَكُونُوا كَاَلَّتِي نَقَضَتْ غَزْلهَا مِنْ بَعْد قُوَّة أَنْكَاثًا "
قَالَ عَبْد اللَّه بْن كَثِير السُّدِّيّ : هَذِهِ اِمْرَأَة خَرْقَاء كَانَتْ
بِمَكَّة كُلَّمَا غَزَلَتْ شَيْئًا نَقَضَتْهُ بَعْد انْبِرَامِهِ
Firman Allah Swt.: Dan
janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya sesudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92) Abdullah
ibnu Kasir As-Suddi mengatakan bahwa wanita itu adalah seorang wanita yang
kurang akalnya, ia tinggal di Mekah di masa silam. Apabila telah memintal
sesuatu, ia menguraikannya kembali sesudah kuat pintalannya.
وَقَالَ مُجَاهِد
وَقَتَادَة وَابْن زَيْد هَذَا مَثَل لِمَنْ نَقَضَ عَهْده بَعْد تَوْكِيده
وَهَذَا الْقَوْل أَرْجَح وَأَظْهَر وَسَوَاء كَانَ بِمَكَّة اِمْرَأَة تَنْقُض
غَزْلهَا أَمْ لَا.
Mujahid, Qatadah, dan
Ibnu Zaid mengatakan, hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang membatalkan
sumpahnya sesudah mengukuhkannya. Pendapat ini lebih kuat dan lebih jelas,
tanpa memandang apakah di Mekah ada wanita yang menguraikan pintalannya itu ataukah
tidak.
وَقَوْله "
أَنْكَاثًا " يَحْتَمِل أَنْ يَكُون اِسْم مَصْدَر " نَقَضَتْ غَزْلهَا
مِنْ بَعْد قُوَّة أَنْكَاثًا " أَيْ أَنْقَاضًا وَيَحْتَمِل أَنْ يَكُون
بَدَلًا عَنْ خَبَر كَانَ أَيْ لَا تَكُونُوا أَنْكَاثًا جَمْع نِكْث مِنْ نَاكَثَ
وَلِهَذَا قَالَ بَعْده " تَتَّخِذُونَ أَيْمَانكُمْ دَخَلًا بَيْنكُمْ
" أَيْ خَدِيعَة وَمَكْرًا "
Firman-Nya: menjadi
cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92) Dapat diartikan bahwa lafaz ankasa ini
adalah isim masdar, artinya 'wanita itu menguraikan kembali
pintalannya menjadi cerai-berai'. Dapat pula diartikan sebagai badal dari khabar
kana, yakni 'janganlah kalian menjadi orang yang gemar melanggar
sumpahnya', bentuk jamak dari نَكْثٍ berasal
dari نَاكِثٍ. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan: kalian menjadikan sumpah (perjanjian) kalian
sebagai alat penipu di antara kalian. (An-Nahl: 92) Yakni makar dan
tipu muslihat. (Abu Al-Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim, IV: 1044; Beirut: Dar el-Fikr, 2011)
Keempat,
QS. Al-Hijr [15]: 99
وَقالَ تَعَالَى : { وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ } [
الحجر : 99 ] .
Firman Allah Ta’ala: dan sembahlah Tuhanmu
sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Al-Hafidz Ibnu Katsir
mengelompokan QS Al-Hijr [15]: 99 dari ayat 94 s/d 99. Adapun Syaikh Wahbah Az-Zuhaili pada At-Tafsiir
Al-Muniir mensatu kelompokkan ayat 87 s/d 99 yang diberi judul أفضال اللّه
تعالى على نبيه المصطفى صلّى اللّه عليه وسلّم (AfdlolulLoohi
Ta’aalaa ‘alaa Nabiyyihi Al-Musthofaa Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam), Allah
Ta’ala Paling Mengutamakan kepada Nabi-Nya yang terpilih Shollalloohu
‘alaihi wa Sallam.
Diantara penafsiran
Al-Hafidz Ibnu Katsir adalah sebagai berikut:
قَوْله " وَاعْبُدْ
رَبّك حَتَّى يَأْتِيك الْيَقِين " عَلَى أَنَّ الْعِبَادَة كَالصَّلَاةِ
وَنَحْوهَا وَاجِبَة عَلَى الْإِنْسَان مَا دَامَ عَقْله ثَابِتًا فَيُصَلِّي
بِحَسَبِ حَاله كَمَا ثَبَتَ فِي صَحِيح الْبُخَارِيّ عَنْ عِمْرَان بْن حُصَيْن
رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ
فَعَلَى جَنْب" وَيُسْتَدَلّ بِهَا عَلَى تَخْطِئَة مَنْ ذَهَبَ مِنْ
الْمَلَاحِدَة إِلَى أَنَّ الْمُرَاد بِالْيَقِينِ الْمَعْرِفَة فَمَتَى وَصَلَ
أَحَدهمْ إِلَى الْمَعْرِفَة سَقَطَ عَنْهُ التَّكْلِيف عِنْدهمْ وَهَذَا كُفْر
وَضَلَال وَجَهْل فَإِنَّ الْأَنْبِيَاء " كَانُوا هُمْ وَأَصْحَابهمْ
أَعْلَم النَّاس بِاَللَّهِ وَأَعْرَفهمْ بِحُقُوقِهِ وَصِفَاته وَمَا يَسْتَحِقّ
مِنْ التَّعْظِيم وَكَانُوا مَعَ هَذَا أَعْبَدَ وَأَكْثَر النَّاس عِبَادَة
وَمُوَاظَبَة عَلَى فِعْل الْخَيْرَات إِلَى حِين الْوَفَاة وَإِنَّمَا الْمُرَاد
بِالْيَقِينِ هَهُنَا الْمَوْت كَمَا قَدَّمْنَاهُ وَلِلَّهِ الْحَمْد وَالْمِنَّة
وَالْحَمْد لِلَّهِ عَلَى الْهِدَايَة وَعَلَيْهِ الِاسْتِعَانَة وَالتَّوَكُّل وَهُوَ
الْمَسْئُول أَنْ يَتَوَفَّانَا عَلَى أَكْمَل الْأَحْوَال وَأَحْسَنهَا فَإِنَّهُ
جَوَاد كَرِيم .
Firman Allah Swt.: dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
(Al-Hijr: 99) Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan
lain-lainnya diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia
mengerjakan salatnya sesuai dengan kondisinya, seperti yang telah disebutkan di
dalam kitabSahih Bukhari, dari Imran ibnu Husain r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Salatlah sambil berdiri; dan jika
kamu tidak mampu (berdiri), maka (salatlah) dengan
duduk. Dan jika kamu tidak mampu(duduk), maka (salatlah) dengan
berbaring pada lambung. Keterangan ini dapat dijadikan dalil yang
menyalahkan pendapat sebagian orang-orang ateis yang mengatakan bahwa makna
yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ini ialah makrifat.
Untuk itu, mereka mengatakan bahwa bilamana seseorang dari mereka telah sampai
kepada tingkatan makrifat, maka gugurlah taklif atau kewajiban mengerjakan
ibadah. Hal ini jelas merupakan kekufuran, kesesatan, dan kebodohan; karena
sesungguhnya para nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling makrifat
kepada Allah dan paling mengetahui tentang hak-hak Allah serta sifat-sifat-Nya
dan pengagungan yang berhak diperoleh-Nya. Akan tetapi, sekalipun demikian
mereka adalah orang yang paling banyak mengerjakan ibadah dan paling
mengekalkan perbuatan-perbuatan kebaikan sampai ajal menjemput mereka. Sesungguhnya
makna yang dimaksud dengan istilah al-yaqin dalam ayat ini
ialah kematian, seperti yang telah dijelaskan di atas. Akhirnya kami panjatkan
puja dan puji kepada Allah Swt. atas hidayah yang telah diberikan-Nya, dan
hanya kepada-Nyalah memohon pertolongan dan bertawakal. Dialah yang berhak
mewafatkan kita dalam keadaan yang paling baik dan paling sempurna, dan
sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia. (Abu Al-Fida Isma’il ibn
Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, IV: 1024; Beirut: Dar el-Fikr, 2011)
Wallahu A’lam.
Sabtu, 6 April 2019 M/ 30 Rajab 1440 H di Masjid Nurul Huda
Cipanas – Margamukti – Pangalengan.
by Bidang
Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan