MEMELIHARA QIYAMUL LAIL


 Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof An-Nawawi ad-Dimasyqa (631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush Shaalihiin dalam Bab fii al-Muhaafadzhoh ‘alaa al-‘A’maal (Bab Memelihara Kelangsungan Amal-amal) setelah memasukan empat butir ayat (QS Al-Hadid: 16, QS Al-Hadid: 27, QS An-Nahl: 92, dan QS Al-Hijr: 99); Imam An-Nawawi kemudian menulis:

 وَأَمَّا الأَحاديث فمنها : حديث عائشة : وَكَانَ أَحَبُّ الدِّين إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ صَاحِبُهُ عَلَيهِ . وَقَدْ سَبَقَ في البَاب قَبْلَهُ.
Adapun hadis-hadisnya diantaranya: Hadis ‘Aisyah Radliyallahu ‘anha: Keadaan beragama yang paling dicintai-Nya adalah sesuatu (ibadah) yang pelakunya melaksanakannya secara terus-menerus. Sungguh telah terlewat [bahasannya] pada suatu bab sebelumnya.

Selanjutnya Imam An-Nawawi memasukkan tiga hadis yang dua diantaranya penulis beri judul makalah ini, MEMELIHARA QIYAMUL LAIL. Adapun hadis-hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama [hadis no. 153],
(153)- وعن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبهِ مِنَ اللَّيلِ ، أَوْ عَنْ شَيءٍ مِنْهُ ، فَقَرَأَهُ مَا بَيْنَ صَلاةِ الفَجْرِ وَصَلاةِ الظُّهْرِ ، كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيلِ )) رواه مسلم .
153. Dari Umar al-Khaththab r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tertidur sehingga kelupaan membacakan hizibnya di waktu malam atau sebagian dari hizibnya itu, kemudian ia membacanya antara waktu shalat fajar dengan zuhur, maka dicatatlah untuknya seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam harinya." (Riwayat Muslim)

Takhrij al-Hadits
1.     Muslim, Shahih Muslim: fi Shalat al-Musafirin, no. 143.
2.    At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: fi Ash-Shalat, no. 581.
3.    Abu Dawud, Sunan Abu Dawud: fi Ash-Shalat, no. 1313.

Syarah al-Hadits
قال القاضي عياض: أصله النوبة من ورد الماء ثم نقل إلى ما يجعله الإنسان على نفسه من صلاة وقراءة وغيرها،
Al-Qadli ‘Iyadl berkata: (حِزْبهِ) [dari] hizb-nya, (yakni) asalnya adalah dekat dengan sumber air, kemudian dinukil kepada apa – apa yang manusia tetapkan atas dirinya dari sholat, bacaan, ataupun yang selainnya. (Muhammad ibn ‘Allaan Ash-Shiddiqiy, Daliil al-Faalihiin syarh Riyadh ash-Shaalihiin, I: 350; Kairo: Dar el-Hadith, 1998)

أَفَادَ الحَدِيْثُ: اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الأَوْرَادِ، وَأَنَّ مَنْ فَاتَهُ وَرَدَهُ بِعُذْرٍ فَأَسْرَعَ لِقَضَائِهِ كَانَ لَهُ ثَوَابُهُ كَامِلًا كَمَا لَوْ أَدَّاهُ فِيْ وَقْتِهِ
Penjagaan terhadap wirid (bacaan-bacaan dzikir atau doa yang dibaca setiap hari termasuk membaca Al-Qur’an), barangsiapa yang terlewatkan membaca wiridnya karena udzur kemudian bersegera untuk menggantinya maka baginya pahala yang sempurna sebagaimana bila ia mengerjakannya pada waktu biasanya. (DR. Musthafa Sa’id al-Khin, dkk., Nuzhatul Muttaqin syarh Riyadl ash-Shalihin, I: 178; Beirut: Muassasah ar-Risaalah, 1987)

Kedua [hadis no. 154],
(154)- وعن عبد الله بن عَمْرو بن العاص رَضِيَ الله عنهما ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( يَا عبدَ اللهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلان ، كَانَ يَقُومُ اللَّيلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيلِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
154. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku: "Hai Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan itu. Dulu ia suka bangun shalat malam, kemudian ia meninggalkan bangun malam itu." (Muttafaq 'alaih)

Takhrij al-Hadits
1.     Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari: fi at-Tahajjud, no. 1152.
2.    Muslim, Shahih Muslim: fi ash-Shiyam, no. 185.

Syarah al-Hadits
قال في «الفتح» نقلاً عن ابن العربي: في الحديث استحباب الدوام على ما اعتاده المرء من خير من غير تفريط. ويستنبط منه كراهة قطع العبادة وإن لم تكن واجبة.
(Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy) mengatakan pada kitab “Al-Fath [Fathul Baari syarh Shahih Al-Bukhari]” menukil dari Ibn al-‘Arabiy bahwa hadis tersebut merupakan anjuran untuk dawam (terus-menerus) atas sesuatu kebaikan yang seseorang sejak dahulu (melaksanakannya) dengan tanpa mengabaikannya. Disimpulkan pula dari hadis itu tentang dibencinya terputus dari suatu ibadah walaupun bukan suatu kewajiban. (Muhammad ibn ‘Allaan Ash-Shiddiqiy, Daliil al-Faalihiin syarh Riyadh ash-Shaalihiin, I: 351; Kairo: Dar el-Hadith, 1998)


by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama