وَأَمَّا
الأَحاديث فمنها : حديث عائشة : وَكَانَ أَحَبُّ الدِّين إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ
صَاحِبُهُ عَلَيهِ . وَقَدْ سَبَقَ في البَاب قَبْلَهُ.
Adapun hadis-hadisnya
diantaranya: Hadis ‘Aisyah Radliyallahu ‘anha: Keadaan beragama yang
paling dicintai-Nya adalah sesuatu (ibadah) yang pelakunya melaksanakannya
secara terus-menerus. Sungguh
telah terlewat [bahasannya] pada suatu bab sebelumnya.
Selanjutnya Imam
An-Nawawi memasukkan tiga hadis yang dua
diantaranya penulis beri judul makalah ini, MEMELIHARA
QIYAMUL LAIL. Adapun hadis-hadis
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama
[hadis no. 153],
(153)- وعن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى
الله عليه وسلم - : (( مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبهِ مِنَ اللَّيلِ ، أَوْ عَنْ شَيءٍ
مِنْهُ ، فَقَرَأَهُ مَا بَيْنَ صَلاةِ الفَجْرِ وَصَلاةِ الظُّهْرِ ، كُتِبَ لَهُ
كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيلِ )) رواه مسلم .
153. Dari Umar al-Khaththab r.a., katanya: Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tertidur sehingga kelupaan
membacakan hizibnya di waktu malam atau sebagian dari hizibnya itu, kemudian ia
membacanya antara waktu shalat fajar dengan zuhur, maka dicatatlah untuknya
seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam harinya." (Riwayat
Muslim)
Takhrij
al-Hadits
1.
Muslim, Shahih
Muslim: fi Shalat al-Musafirin, no. 143.
2.
At-Tirmidzi, Sunan
At-Tirmidzi: fi Ash-Shalat, no. 581.
3.
Abu Dawud, Sunan Abu
Dawud: fi Ash-Shalat, no. 1313.
Syarah
al-Hadits
قال القاضي عياض: أصله
النوبة من ورد الماء ثم نقل إلى ما يجعله الإنسان على نفسه من صلاة وقراءة وغيرها،
Al-Qadli ‘Iyadl berkata:
(حِزْبهِ) [dari] hizb-nya,
(yakni) asalnya adalah dekat dengan sumber air, kemudian dinukil kepada apa –
apa yang manusia tetapkan atas dirinya dari sholat, bacaan, ataupun yang
selainnya. (Muhammad ibn ‘Allaan Ash-Shiddiqiy, Daliil al-Faalihiin syarh
Riyadh ash-Shaalihiin, I: 350; Kairo: Dar el-Hadith, 1998)
أَفَادَ الحَدِيْثُ:
اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الأَوْرَادِ، وَأَنَّ مَنْ فَاتَهُ وَرَدَهُ بِعُذْرٍ فَأَسْرَعَ
لِقَضَائِهِ كَانَ لَهُ ثَوَابُهُ كَامِلًا كَمَا لَوْ أَدَّاهُ فِيْ وَقْتِهِ
Penjagaan terhadap wirid (bacaan-bacaan dzikir atau doa
yang dibaca setiap hari termasuk membaca Al-Qur’an), barangsiapa yang
terlewatkan membaca wiridnya karena udzur kemudian bersegera untuk menggantinya
maka baginya pahala yang sempurna sebagaimana bila ia mengerjakannya pada waktu
biasanya. (DR. Musthafa Sa’id al-Khin, dkk., Nuzhatul Muttaqin
syarh Riyadl ash-Shalihin, I: 178; Beirut: Muassasah ar-Risaalah, 1987)
Kedua [hadis no. 154],
(154)- وعن عبد الله بن عَمْرو بن العاص رَضِيَ الله عنهما ، قَالَ : قَالَ
رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( يَا عبدَ اللهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ
فُلان ، كَانَ يَقُومُ اللَّيلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيلِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
154. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu
'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku: "Hai
Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan itu. Dulu
ia suka bangun shalat malam, kemudian ia meninggalkan bangun malam itu." (Muttafaq
'alaih)
Takhrij
al-Hadits
1.
Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari: fi at-Tahajjud, no. 1152.
2.
Muslim, Shahih
Muslim: fi ash-Shiyam, no. 185.
Syarah
al-Hadits
قال في «الفتح» نقلاً عن
ابن العربي: في الحديث استحباب الدوام على ما اعتاده المرء من خير من غير تفريط.
ويستنبط منه كراهة قطع العبادة وإن لم تكن واجبة.
(Al-Hafidz Ibnu Hajar
Al-‘Asqalaniy) mengatakan pada kitab “Al-Fath [Fathul Baari syarh Shahih
Al-Bukhari]” menukil dari Ibn al-‘Arabiy bahwa hadis tersebut merupakan
anjuran untuk dawam (terus-menerus) atas sesuatu kebaikan yang seseorang
sejak dahulu (melaksanakannya) dengan tanpa mengabaikannya. Disimpulkan
pula dari hadis itu tentang dibencinya terputus dari suatu ibadah walaupun
bukan suatu kewajiban. (Muhammad
ibn ‘Allaan Ash-Shiddiqiy, Daliil al-Faalihiin syarh Riyadh ash-Shaalihiin, I:
351; Kairo: Dar el-Hadith, 1998)
by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan