Al-Ustadz
Sandi Ibnu Januar (Bidang Pendidikan PD Pemuda Persis Kabupaten Bandung) hadir
sebagai pemateri pada Pengajian Rutin PD Pemuda Persis Kabupaten Bandung di PC
Pemuda Persis Kecamatan Pangalengan pada hari Jum’at, 19 April 2019 sekitar
pukul 16.0 s/d selesai bertempat di Masjid Nurul Huda Cipanas Desa Margamukti
Kecamatan Pangalengan yang dihadiri oleh para anggota dan simpatisan Pemuda
Persis se-Kecamatan Pangalengan.
Al-Ustadz
setelah bermuqaddimah, selanjutnya membacakan dua butir hadis sebagai berikut:
عَنْ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ، قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «تُدْنَى الشَّمْسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ»
- قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ: فَوَاللهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ؟
أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ، أَمِ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ - قَالَ:
«فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ
إِلْجَامًا» قَالَ: وَأَشَارَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ (صحيح مسلم: كتاب الْجَنَّةِ وَصِفَةِ نَعِيمِهَا
وَأَهْلِهَا: بَابٌ فِي صِفَةِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَعَانَنَا اللهُ عَلَى
أَهْوَالِهَا)
Al
Miqdad bin Al Aswad berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: " Pada hari kiamat, matahari di
dekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil -berkata Sulaim bin Amir: Demi
Allah, aku tidak tahu apakah beliau memaksudkan jarak bumi ataukah mil yang
dipakai bercalak mata- lalu mereka berada dalam keringat sesuai amal perbuatan
mereka, di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang
berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang
benar-benar tenggelam oleh keringat." Al Miqdad berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Salam menunjuk dengan tangan ke mulut beliau. (HR
Muslim, Shahih Muslim: Kitab Surga dan Sifat Berbagai Kenikmatan dan
Penghuninya: Bab tentang Sifat Hari Kiamat)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا
ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat
naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang
ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang
pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabnya, seorang laki-laki
yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai
karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang
laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu
dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan
oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan
mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis". (HR
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari: Kitab Zakat: Bab Bersedekah dengan Tangan
Kanan)
Al-Ustadz
merasa perlu menyampaikan beberapa point tentang kejam’iyyahan, karena menurut
Al-Ustadz, hari ini kita sedang mengalami kondisi yang memprihatikan tentang
kaderisasi dan pengembangan sayap dakwah. Hari ini Pemuda Persis seolah dan
sebagiannya terus berputar di kegiatan rutin, maka perlu pula kita memikirkan
bagaimana dakwah kita berkembang dan melebarkan sayap dakwah seperti apa yang
telah dilancarkan oleh para pemuda hijrah umpamanya.
Al-Ustadz
merasa bersyukur jika PC Pemuda Persis Pangalengan telah memiliki binaan
Irmas-Irmas. “Pemuda Persis tong bauan”, (Pemuda Persis jangan bersikap
antipati), demikian Al-Ustadz menegaskan. Kita harus bisa mewarnai, jangan
sampai diwarnai. Bekerja samalah dengan komunitas dan jam’iyyah lain dalam
dakwah.
Al-Ustadz
memberikan contoh bahwa di PC Pemuda Persis Margahayu ada komunitas Pemuda Move
On. Ternyata mereka membutuhkan ilmu Pemuda Persis, singkat cerita kita dapat
saling berbagi ilmu.
Terkait
tema yang dibahas, yang dimaksud Pemuda Masjid sebagai karakter Pemuda Persis
yakni akhlak Pemuda Masjid dapat diaplikasikan di luar Masjid, bukan malah
akhlak luar Masjid masuk ke dalam Masjid.
Kedua,
bagaimana supaya Pemuda Persis bukan hanya dapat mampu mengadakan kajian di
Masjid, tetapi bagaimana masjid-masjid tersebut bisa Makmur oleh Pemuda Persis.
Apalagi Pemuda Persis jika mampu memakmurkan masjid-masjid luar Persis.
Selanjutnya,
kita evaluasi, selama ini yang adzan Shubuh di Masjid Persis itu masih oleh
kakek-kakek atau telah dikumandangkan oleh Pemuda Persis? Ini penting. Apalagi
jika dievaluasi, apakah Pemuda Persis telah memakmurkan masjid diantaranya
dengan shalat shubuh berjama’ah di Masjid?.
Masjid
di Madinah dahulu yang penerangannya dari pohon id-hir, tiangnya pohon kurma,
dan lantainya pasir. Jika dibandingkan dengan masjid sekarang, lebih megah
masjid sekarang. Masjid Nabawi dengan kondisinya seperti itu, Yahudi dan
Nashrani merasa takut dan hormat.
Al-Ustadz KH. Usman Sholehuddin (Allohu Yarham) pernah berpesan, “Sarumanget teh jama’ah mah dina
napelkeun tembok jeung batako. Tapi naha henteu sasumanget ngajeujeuhkeun
barudak anu motekar kana kitab. Tah aya masjid anu agreng, tapi hese neangan
imam.” (Semangatnya Para Jama’ah itu dalam hal membangun tembok dan
menempelkan batu bata. Namun mengapa tidak sesemangat dalam hal mengkondisikan
para kader yang senantiasa berusaha mengkaji terhadap kitab. Tuh, ada sebuah
masjid yang megah, namun sulit mencari imam).
“Nu
gampang mah nyieun masjid, nu hese mah ngajaga kamakmuran masjid”.
(Hal yang mudah itu adalah membangun masjid, adapun hal yang sulit adalah
menjaga kemakmuran masjid). Artinya yang menjadi tugas Pemuda Persis adalah memakmurkan
masjid.
Mengapa
saya mengawali bahasan ini dengan dua hadis tersebut, bahwa menggambarkan
kondisi pada hari kiamat itu berat. Ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada
yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada
yang benar-benar tenggelam oleh keringat.
Kondisi
manusia di Padang Mahsyar sangat memberatkan, namun ada “kondisi VIP” yang
jangankan berkeringat, panas saja tidak akan ada.
VIP
yang pertama adalah pemimpin adil. Seorang pemimpin yang hidupnya berusaha
untuk menentukan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Umar berkata, “Tafaqqahuu
qobla ‘an tasyuuduu”. Pemimpin yang telah memimpin itu terkadang gengsi
harus berkumpul di Masjid. Akhirnya pejabat menarik Ustadz itu ke rumah dinas.
Ustadz
Wawan Shafwan Shalehuddin pernah berkata, “Jika ada jama’ah yang berkata: ‘Kasihan
Ustadz, tidak punya motor, jadi Lelah saat datang pengajiannya, ini saya beri
motor, supaya tidak lelah.’ Maka janganlah engkau terima pemberian itu, karena
jama’ah itu sedang menghinakanmu sebagai Ustadz. Namun jika ada jama’ah yang
berkata: ‘Kasihan Ustadz, tidak punya motor, jadi terlambat saat datang
pengajiannya, ini saya beri motor, supaya tidak terlambat pengajiannya.’ Maka terimalah
pemberian itu, karena jama’ah itu sedang memuliakan ilmu.” Demikian yang
diterima Al-Ustadz Sandi pada sebuah sesi kajian Kitab Shahih Al-Bukhari semasa
beliau berasrama di Pesantren Tahdzibul Washiyyah Gumuruh – Kota Bandung.
Al-Ustadz
Sandi pernah bertanya kepada Pemateri saat Tafiq 1 tentang Abu Hurairah yang
konon begitu sibuk terhadap ilmu namun tidak demikian perhatiannya terhadap
keduniaan karena memang pada kenyataannya jihad di jalan dakwah itu bukanlah
perkara mudah.
Kembali
lagi, bahwa pemimpin adil itu lahir dari masjid, maksudnya pemimpin yang adil
itu harus siap mengaji di masjid.
Hidupkan
masjid, jangan mengukur hari ini dengan masa depan. Artinya bagaimana kita bina
terus para Pemuda di masjid, terlepas akan bagaimana pemuda itu di masa
depannya.
Rasulullah
Saw. pun menjadikan masjid sebagai tempat latihan perang, saat terjadi gabungan
pasukan hendak menghancurkan Islam, maka Rasulullah mengajak para sahabat di
masjid.
Kedua,
selain pemimpin adil, yang akan diberi naungan Allah Ta’ala adalah “wa
syaabbun nasya-a fii ibaadati Robbihi”. Pemuda Masjid itu tidak bermaksiat
bukan karena tidak mampu tetapi karena takut kepada Allah.
Ketiga,
“Rojulun mu’allaqun qolbuhu fil masaajid” (seorang laki-laki yang hatinya
terpaut dengan masjid). Minimal saat tidak ke masjid, kita
merasa bersalah. Jangan ada bahasa: “Ah da anu ka masjid mah anu geus barau
taneuh, da urang mah seungit keneh taneuh”. (Ah, kan yang rajin ke masjid itu
mereka yang sudah bau tanah, adapun saya kan masih harum tanah).
Terkait
keilmuan dalam pemakmuran masjid, Pemuda Persis hari ini perlu mengkaji
mendalam tentang permalasahan merapatkan shaf, bab masbuq berjama’ah, kalau
tentang jenggot sudah dari dahulu.
Terkadang
kita perlu meneladani jam’iyyah lain yang lebih semangat dalam berjama’ah di
masjid. Memang shalat berjama’ah itu fadhilah, tetapi bukan berarti untuk
ditinggalkan. Selama tidak ada halangan, berjama’ahlah di Masjid.
Keempat,
Rajulaani tahaabba fil laah, ijtama’a ‘alaih wa tafarroqo ‘alaih (dua orang
laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan
berpisah karena Allah). Pemuda yang senantiasa bertemu di
masjid dalam binaan ibadah dan ilmu di masjid, maka akan terbentuk jama’ah
ikhwatu iman. Saling sapa, saling tegur di masjid itu perlu. Menjadikan Masjid
sebagai sarana membalut kasih sayang.
Jika
Pemuda sudah “tabaaghodu, tahaasadu” (saling benci, saling hasud), maka
tidak pantas ia disebut Pemuda Masjid. Mengapa? Karena kita berkumpul dan
berpisah itu karena Allah. Anda akan berhadapan dengan seseorang yang betapa hasudnya
kepada anda, bukan karena apa-apa, dia benci saja.
Jangan
ada unsur hasud kepada orang lain, jika ada kelebihan pada diri orang lain,
jangan dijadikan sesuatu yang mengganggu pikiran kita, tetapi jadikanlah
sebagai sarana saling menguatkan.
Kelima,
wa rojulun da’at-hu imro-atun dzaata mansibin wa jamaalin fa qoola “Innii
akhoofullooh” (seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang
wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah").
Jika ditanya seorang Pemuda, “Inginkah anda bermaksiat, berdua-duaan dengan
wanita cantik, dst.” Pasti mau, naluri manusia itu pasti mau, tetapi karena
akidah yang kokoh ia akan mampu menolak.
Meninggalkan
maksiat ketika mampu namun menolak, inilah yang akan berbuah pahala. Berbeda
dengan yang tidak maksiat karena kurang modal.
Layaknya
kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang diuji dengan godaan Zulaikha.
Keenam,
wa rojulun tashoddaqo bi shodaqotin fa akhfaaha hatta laa ta’lama syimaaluhu
maa tunfiqu yamiinuhu (seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya).
Ketujuh,
wa rojulun dzakarolloohu khooliyan fa faadhot ‘ainaahu (dan seorang laki-laki
yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua
matanya basah karena menangis). Artinya ia bukan hanya beribadah,
tetapi ada unsur dzikir hingga ia menangis karena ingat dosa dan memohon
ampunan Allah Ta’ala. Muhammad Al-Fatih salah satu tanda kemampuan dapat
menaklukkan Konstantinopel adalah senantiasa melaksanakan tahajjud.
Selanjutnya,
Al-Ustadz mengajak untuk membahas QA-QD versi 2015-2020 halaman 32 tentang
Pimpinan Jama’ah yang berpatok kepada Masjid, bukan kepada Desa.
Pimpinan
Jama’ah dapat didirikan jika ada 3 atau lebih anggota Pemuda Persis di
lingkungan masjid setempat. PJ Bertanggung jawab kepada PC.
Al-Ustadz
kemudian memandang perlu menyampaikan kewajiban anggota sesuai QA-QD. Mempelajari,
memahami, dan mengamalkan QA-QD. Mentaati imamah, imarah, dan taushiyahnya
sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mengajak anggota lain untuk menjadi
anggota Pemuda Persis. Menjadi kader barisan pelopor Pemuda Persis. Membayar
iuran wajib anggota.
Hak
anggota. Mendapatkan pembinaan dan perlindungan Jam’iyyah. Memanfaatkan
fasilitas Jam’iyyah untuk kegiatan Jam’iyyah. Yang tidak boleh adalah
memanfaatkan inventaris Jam’iyyah untuk kepentingan pribadi dan tidak izin, maka
minta izinlah jika memerlukan inventaris itu untuk dipinjam.
Pemuda
jangan berhenti beritikad untuk senantiasa meneruskan perjuangan para orangtua
tentunya walau dengan segala kekurangan yang ada. Demikian pungkas Al-Ustadz.
Selanjutnya,
MC, Ustadz Apep Nursholehudin mempersilahkan mustami’ untuk bertanya.
Ada
pertanyaan dari Muhammad Andinada, “Bagaimana jika sulit mengajak orang lain
hendak ke masjid, alasannya membantu orang tua.” Jawab Al-Ustadz, “Dalam HR
Al-Bukhari, dahulukan orangtua, tidak tercela jika seorang aktifis Pemuda tidak
aktif saat itu, karena jiwa kita adalah jiwa birrul walidain, tapi
jangan dijadikan alibi, dan kan tidak akan selamanya.” Wallahu A’lam.
by
Bidang Pendidikan dan Kominfo PC Pemuda Persis
Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan