Imam Abu Zakariyya Yahya ibn Syarof
An-Nawawi ad-Dimasyqa (631-676 H) Rahimahullah, pada kitab Riyaadlush
Shaalihiin dalam Bab fii al-Iqtishaad fii al-‘Ibaadah (Bab Berlaku
Sedang [Tidak Berlebihan] dalam Beribadah) telah menulis sebelas hadis, dua diantaranya yang penulis beri judul dalam makalah ini SHAUM
DAN BERBUKALAH, TIDUR DAN BANGUNLAH adalah sebagai berikut:
Hadis Pertama [Riyadlush Shalihin],
(150)-
وعن أَبي محمد عبدِ اللهِ بنِ عَمْرو بن العاصِ رضي الله عنهما ، قَالَ : أُخْبرَ
النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - أنِّي أقُولُ : وَاللهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ
، وَلأَقُومَنَّ اللَّيلَ مَا عِشْتُ . فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم -
: (( أنتَ الَّذِي تَقُولُ ذلِكَ ؟ )) فَقُلْتُ لَهُ : قَدْ قُلْتُهُ بأبي أنْتَ
وأمِّي يَا رسولَ الله . قَالَ : (( فَإِنَّكَ لاَ تَسْتَطِيعُ ذلِكَ فَصُمْ
وَأَفْطِرْ ، وَنَمْ وَقُمْ ، وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاثةَ أيَّامٍ ، فإنَّ
الحَسَنَةَ بِعَشْرِ أمْثَالِهَا وَذَلكَ مِثلُ صِيامِ الدَّهْرِ )) قُلْتُ :
فَإِنِّي أُطيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ، قَالَ : (( فَصُمْ يَوماً وَأَفْطِرْ
يَوْمَيْنِ )) قُلْتُ : فَإنِّي أُطِيقُ أفضَلَ مِنْ ذلِكَ ، قَالَ : (( فَصُمْ
يَوماً وَأفْطِرْ يَوماً فَذلِكَ صِيَامُ دَاوُد - صلى الله عليه وسلم - ، وَهُوَ
أعْدَلُ الصيامِ )) .
150. Dari Abu Muhammad, yaitu
Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w.
diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan shaum
pada pagi hari dan berdiri shalat di waktu malam, selama hidupku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Apakah
engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya: "Sungguh
saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi, ya Rasulullah." Beliau
bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari
itu shaumlah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah (qiyamul lail). Dalam sebulan
itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan
sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan shaum setahun
penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih
utama dari itu." Beliau s.a.w, bersabda: "Kalau begitu
shaumlah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya
masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w.
bersabda: "Kalau begitu shaumlah sehari dan berbukalah sehari pula.
Yang sedemikian itu adalah shaumnya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya
shaum."
وفي رواية : (( هُوَ أفْضَلُ الصِّيامِ ))
فَقُلْتُ : فَإِنِّي أُطيقُ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله
عليه وسلم - : (( لا أفضَلَ مِنْ ذلِكَ )) ، وَلأنْ أكُونَ قَبِلْتُ الثَّلاثَةَ
الأَيّامِ الَّتي قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - أحَبُّ إليَّ مِنْ
أهْلي وَمَالي .
Dalam
riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya shaum."
Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari
itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Tidak ada yang
lebih utama daripada shaum (seperti Nabi Dawud a.s.) itu." Sebenamya
andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. itu
adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."
وفي رواية : (( أَلَمْ أُخْبَرْ
أنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وتَقُومُ اللَّيلَ ؟ )) قُلْتُ : بَلَى ، يَا رَسُول
الله ، قَالَ : (( فَلاَ تَفْعَلْ : صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَنَمْ وَقُمْ؛ فإنَّ
لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقّاً ، وَإِنَّ لِعَيْنَيكَ عَلَيْكَ حَقّاً ، وَإِنَّ
لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقّاً ، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقّاً ، وَإنَّ
بِحَسْبِكَ أنْ تَصُومَ في كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أيَّامٍ ، فإنَّ لَكَ بِكُلِّ
حَسَنَةٍ عَشْرَ أمْثَالِهَا ، فَإِنَّ ذلِكَ صِيَامُ الدَّهْر )) فَشَدَّدْتُ
فَشُدِّدَ عَلَيَّ ، قُلْتُ : يَا رَسُول الله ، إنِّي أجِدُ قُوَّةً ، قَالَ : ((
صُمْ صِيَامَ نَبيِّ الله دَاوُد وَلاَ تَزد عَلَيهِ )) قُلْتُ : وَمَا كَانَ
صِيَامُ دَاوُد ؟ قَالَ : (( نِصْفُ الدَّهْرِ )) فَكَانَ عَبدُ الله يقول
بَعدَمَا كَبِرَ : يَا لَيتَنِي قَبِلْتُ رُخْصَة رَسُول الله - صلى الله عليه
وسلم - .
Dalam riwayat lain disebutkan
demikian: Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu
bahwasanya engkau shaum pada siang hari dan shalat sunnah setiap
malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya
Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Shaumlah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau shaum sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi shaum tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan shaum setahun penuh." Saya (Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash) mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kalau begitu shaumlah seperti shaumnya Nabiullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu." Saya bertanya: "Bagaimanakah shaumnya Dawud a.s.?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ia shaum setengah tahun." Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w."
Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Shaumlah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau shaum sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi shaum tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan shaum setahun penuh." Saya (Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash) mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kalau begitu shaumlah seperti shaumnya Nabiullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu." Saya bertanya: "Bagaimanakah shaumnya Dawud a.s.?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ia shaum setengah tahun." Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w."
وفي رواية : (( أَلَمْ أُخْبَرْ
أَنَّكَ تَصُومُ الدَّهرَ ، وَتَقْرَأُ القُرآنَ كُلَّ لَيْلَة ؟ )) فقلت : بَلَى
، يَا رَسُول الله ، وَلَمْ أُرِدْ بذلِكَ إلاَّ الخَيرَ ، قَالَ : (( فَصُمْ
صَومَ نَبيِّ اللهِ دَاوُد ، فَإنَّهُ كَانَ أعْبَدَ النَّاسِ ، وَاقْرَأ القُرْآنَ
في كُلِّ شَهْر )) قُلْتُ : يَا نَبيَّ اللهِ ، إنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ
؟ قَالَ : (( فاقرأه في كل عشرين )) قُلْتُ : يَا نبي الله ، إني أطيق أفضل من
ذلِكَ ؟ قَالَ : (( فَاقْرَأهُ في كُلِّ عَشْر )) قُلْتُ : يَا نبي اللهِ، إنِّي
أُطيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟ قَالَ : (( فاقْرَأهُ في كُلِّ سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ
عَلَى ذلِكَ )) فشدَّدْتُ فَشُدِّدَ عَلَيَّ وَقالَ لي النَّبيّ - صلى الله عليه
وسلم - : (( إنَّكَ لا تَدرِي لَعَلَّكَ يَطُولُ بِكَ عُمُرٌ )) قَالَ : فَصِرْتُ
إِلَى الَّذِي قَالَ لي النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - . فَلَمَّا كَبِرْتُ
وَدِدْتُ أنِّي كُنْتُ قَبِلتُ رُخْصَةَ نَبيِّ الله - صلى الله عليه وسلم - .
Dalam riwayat lain lagi disebutkan:
Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya
engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap
malam?" Saya menjawab: "Benar
demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian
itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Shaumlah seperti shaumnya Nabiullah Dawud a.s., sebab
sesungguhnya ia adalah setaat-taat manusia perihal ibadahnya. Selain itu
khatamkanlah bacaan al Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya
berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari
itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu
khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya
Nabiullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu."
Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali
dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya
masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda:
"Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan
jangan ditambah lagi lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri
sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu
bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan
diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua
sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. Setelah saya berusia tua, saya
ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiullah
s.a.w.
وفي رواية : (( وَإِنَّ لِوَلَدِكَ
عَلَيْكَ حَقّاً )) .
Dalam
riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas
dirimu."
وفي رواية : (( لاَ صَامَ مَنْ صَامَ
الأَبَدَ )) ثلاثاً .
Juga
dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seseorang yang
berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau s.a.w.
sampai tiga kali.
وفي رواية : (( أَحَبُّ الصِيَامِ
إِلَى اللهِ تَعَالَى صِيَامُ دَاوُد ، وَأَحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ تَعَالَى
صَلاةُ دَاوُدَ : كَانَ ينام نصف الليل ، ويقوم ثلثه، وينام سدسه ، وكان يصوم
يوماً ويفطر يوماً ، وَلاَ يَفِرُّ إِذَا لاقَى )) .
Selain itu dalam riwayat lain
disebutkan demikian: "Shaum yang amat tercinta di sisi Allah adalah
shaumnya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat tercinta di sisi Allah juga
shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur
separuh malam, lalu bangun sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam
malam. Ia shaum sehari dan berbuka sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui
(berhadapan dengan) musuhnya.”
وفي رواية قال : (( أنْكَحَني أَبي
امرَأةً ذَاتَ حَسَبٍ وَكَانَ يَتَعَاهَدُ كنَّتَهُ - - أي : امْرَأَةَ وَلَدِهِ -
فَيَسْأَلُهَا عَنْ بَعْلِهَا . فَتقُولُ لَهُ : نِعْمَ الرَّجُلُ مِنْ رَجُلٍ لَمْ
يَطَأْ لَنَا فِرَاشاً ، وَلَمْ يُفَتِّشْ لَنَا كَنَفاً مُنْذُ أتَيْنَاهُ .
فَلَمَّا طَالَ ذلِكَ عَلَيهِ ذَكَرَ ذلك للنَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - ،
فَقَالَ: ((القِنِي بِهِ)) فَلَقيتُهُ بَعد ذلك ، فَقَالَ : (( كَيْفَ تَصُومُ ؟
)) قُلْتُ : كُلَّ يَومٍ ، قَالَ : (( وَكَيْفَ تَخْتِمُ ؟ )) قُلْتُ : كُلَّ
لَيْلَةٍ ، وَذَكَرَ نَحْوَ مَا سَبَقَ ، وَكَانَ يَقْرَأُ عَلَى بَعْضِ أهْلِهِ
السُّبُعَ الَّذِي يَقْرَؤُهُ ، يَعْرِضُهُ مِنَ النَّهَارِ ليَكُونَ أخفّ عَلَيهِ
باللَّيلِ ، وَإِذَا أَرَادَ أنْ يَتَقَوَّى أفْطَرَ أيَّاماً وَأحْصَى وَصَامَ
مِثْلَهُنَّ كرَاهِيَةَ أنْ يَترُكَ شَيئاً فَارَقَ عَلَيهِ النَّبيَّ - صلى الله
عليه وسلم - .
Ada
pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku
mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah
membuat janji dengan menantunya (wanita itu) yakni isteri anaknya, untuk
menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, isterinya itu
berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak
hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita (maksudnya tidak pernah
berkumpul untuk menyetubuhi isterinya) sejak kita datang padanya." Setelah
peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada
Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah
saya dengan lelaki itu." Saya menemui Nabi s.a.w. sesudah
diadukan oleh ayahku itu, beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah
caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap
hari." Beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah caranya
engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam
saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana
cerita yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas
istrinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di
waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya.
Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan
dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian shaum sebanyak hari di atas itu
pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan
sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi s.a.w.
كل هذِهِ الرواياتِ صحيحةٌ ، مُعظمُها
في الصحيحين ، وقليل مِنْهَا في أحدِهِما .
Semua
riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan shahih Muslim
dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua kitab shahih itu.
Takhrij Al-Hadits
1. Bukhari, Shahih
Al-Bukhari: Kitab ash-Shaum: Bab Shaum ad-Dahr (Shaum setahun penuh): I:
412: 1976; Kitab ash-Shaum: Bab Haqqi al-Ahli fii ash-Shaum (Hak keluarga
dalam -pelaksanaan- shaum): I: 412: 1977; Kitab ash-Shaum: Bab Shaum
yaum wa ifthar yaum (Shaum sehari dan berbuka sehari): I: 412: 1978; Kitab
ash-Shaum: Bab Shaum Dawud ‘Alaihis Salam: I: 412: 1979; Kitab
at-Tahajjud: Bab Man naama ‘inda as-sahar (Tidur ketika waktu sahur): I:
245: 1131, hadis nomor 1131 ini memiliki athrof (-hadis hadis lain- yang
semisal) yaitu nomor 1152, 1153, 1974, 1975, 1976, 1977, 1978, 1979, 1980,
3418, 3419, 3420, 5052, 5053, 5054, 5199, 6134, dan 6277 masing-masing pada Kitab
dan Bab yang berbeda-beda. (Beirut: Dar el-Fikr, 2006)
2. Muslim: Kitab
ash-Shiyam: Bab an-Nahy ‘an shaum ad-dahr li man tadlorroro bihi au fawwata
bihi haqqon au lam yufthir al-‘idain wa at-tasyriq wa bayan tafdhil shaum yaum
wa ifthor yaum (Larangan shaum setahun penuh bagi yang terbebani dengannya atau
disebabkannya menjadi terbengkalai suatu hak -kewajiban-, atau -larangan juga
bagi- yang tidak berbuka pada dua hari raya dan hari-hari tasyriq, serta
penjelasan -tentang- keutamaan shaum sehari dan berbuka sehari): IV: 33-34:
1159; hadis ini diriwayatkan pula pada Musnad Ahmad (2/ 188, 198). (Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, Kairo: Dar Ibn Jauzi, cet ke-1, 2011)
3. An-Nasai, Sunan
An-Nasai: Kitab ash-Shiyam: Bab Shaum yaum wa ifthar yaum wa dzakara ikhtilaf
alfaadz an-naaqiliin fii dzaalika li khabar ‘Abdillah ibn ‘Amr fiihi (Shaum
sehari dan berbuka sehari, serta penjelasan tentang perbedaan lafadz para
penukil terhadap khabar dari ‘Abdullah ibn ‘Amr tentang hal tersebut): 350:
2394. (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2015)
Syarah Al-Hadits
(قال:
فإنك لا تستطيع ذلك). قال الحافظ العسقلاني: يحتمل أن يريد لا تطيقه في الحالة الراهنة لما
علمه من أنه يتكلف ذلك ويدخل به على نفسه المشقة ويقوته به ما هو أهم منه، ويحتمل
أنه يريد لا تطيقه في المستقبل لما سيأتي أنه بعد أن كبر وعجز قال: يا ليتني قبلت
رخصة النبي ، فكره أن يوظف على نفسه شيئاً من العبادة ثم يعجز عنه فيتركه لما
تقرّر من ذم ذلك
(Beliau bersabda:
"Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu). Al-Hafidz Al-‘Asqalaniy menjelaskan:
Nabi Saw. mungkin tidak
ingin ‘Abdullah ibn ‘Amr ra. ada dalam situasi saat itu, karena beliau Saw. tahu bahwa dia akan mampu untuk itu (dan) namun dirinya -suatu saat- akan memasuki -masa masa- kesulitan. Nabi Saw. pun menekankan kepadanya
dengan apa yang lebih penting daripada hal -yang akan dilaksanakannya- itu. Nabi
Saw. pun mungkin tidak ingin dia di masa depan untuk apa yang akan
datang setelah dia tumbuh dan tidak mampu, dia berkata: Saya berharap saya
telah menerima rukhsoh (keringanan) dari Nabi. Pemikirannya ‘Abdullah
ibn ‘Amr adalah ia hendak membebankan kepada dirinya suatu ibadah namun kemudian dia tidak dapat
melakukannya, maka ia pun meninggalkannya ketika
ia memutuskan adanya fitnah dari perbuatannya tersebut. (Muhammad Ibn
‘Allaan Ash-Shiddiiqi, Daliil al-Faalihiin li Thuruq Riyadl ash-Shalihin, I:
339)
Hadis Kedua [Riyadlush Shalihin],
(152)- وعنِ ابن عباس رضي الله عنهما ، قَالَ : بينما النَّبيُّ - صلى
الله عليه وسلم - يخطب إِذَا هُوَ برجلٍ قائم فسأل عَنْهُ ، فقالوا : أَبُو
إسْرَائيلَ نَذَرَ أنْ يَقُومَ في الشَّمْسِ وَلاَ يَقْعُدَ ، وَلاَ يَسْتَظِل ،
وَلاَ يَتَكَلَّمَ ، وَيَصُومَ ، فَقَالَ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - : ((
مُرُوهُ ، فَلْيَتَكَلَّمْ ، وَلْيَسْتَظِلَّ ، وَلْيَقْعُدْ ، وَلْيُتِمَّ
صَوْمَهُ )) رواه البخاري .
152.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi s.a.w.
berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau bertanya
kepadanya. "Orang-orang (para sahabat) berkata: "Dia adalah Abu
Israil bernazar hendak berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak
akan bernaung, tidak akan berbicara dan tetap akan shaum." Nabi s.a.w.
lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara,
bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan shaumnya." (Riwayat
Bukhari)
Takhrij Al-Hadits
1. Bukhari, Shahih
Al-Bukhari: Kitab al-Ayman wa an-Nudzuur (Sumpah-sumpah dan nadzar-nadzar): Bab
an-Nadzr fiimaa laa yamliku wa fii ma’shiyah (Nazar dalam sesuatu yang tidak
mampu dan dalam maksiat): IV: 180: 6704. (Beirut: Dar el-Fikr,
2006)
2. Abu Dawud, Sunan
Abi Dawud: Kitab al-Ayman wa an-Nudzuur (Sumpah-sumpah dan nadzar-nadzar): Bab man
ra-aa ‘alaihi kaffaarah idzaa kaana fii ma’shiyah (Orang yang melihat kemestian
baginya untuk -melaksanakan- kifarat, apabila keadaan -sumpah atau nadzarnya-
dalam hal maksiat): 441: 3300. (Kairo: Ad-Dar al-‘Aalamiyyah, cet ke-1, 2017)
3. Ibnu Majah, Sunan
Ibn Majah: Kitab al-Kaffaaraat (Kifarat-kifarat): Bab man kholatho fii nadzrihi
thoo’ata bi ma’shiyatin (Orang yang mencampurkan ketaatan dengan kemaksiatan di
dalam nadzarnya): 238: 2136. (Kairo: Ad-Dar al-‘Aalamiyyah, cet ke-1, 2017)
by Bidang Pendidikan PC Pemuda Persis Pangalengan.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan