BERKAH DO'A PERNIKAHAN

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ «أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ إذَا رَفَّأَ إنْسَانًا إذَا تَزَوَّجَ قَالَ: بَارَكَ اللَّهُ لَك، وَبَارَكَ عَلَيْك، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ» رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالْأَرْبَعَةُ، وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ خُزَيْمَةَ، وَابْنُ حِبَّانَ
Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bila mendo'akan seseorang yang menikah, beliau bersabda, "Semoga Allah memberkahimu dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan." (HR. Ahmad dan Al-Arba'ah. Hadits shahih menurut At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban) [Al-Asqalaniy, Bulughul Maram: Kitab an-Nikah, hadis no. 998]

الرِّفَاءُ الْمُوَافَقَةُ ، وَحُسْنُ الْمُعَاشَرَةِ وَهُوَ مِنْ رَفَأَ الثَّوْبَ ، وَقِيلَ : مِنْ رَفَوْت الرَّجُلَ إذَا سَكَّنْت مَا بِهِ مِنْ رَوْعٍ فَالْمُرَادُ إذَا دَعَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْمُتَزَوِّجِ بِالْمُوَافَقَةِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَهْلِهِ ، وَحُسْنِ الْعِشْرَةِ بَيْنَهُمَا قَالَ ذَلِكَ،
Ar-raff – yakni persesuaian (keharmonisan, kerukunan) dan hubungan baik. Ada juga yang mengartikan: mene-nangkan seseorang bila kamu menghilangkan rasa ketakutan darinya. Maksudnya, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika mendoakan seseorang yang baru menikah agar bisa tercipta kerukunan antara kedua belah pihak keluarga; maka Nabi mendoakan dengan hal tersebut.

وَقَدْ أَخْرَجَ بَقِيُّ بْنُ مَخْلَدٍ { عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ قَالَ كُنَّا نَقُولُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ بِالرِّفَاءِ وَالْبَنِينَ فَعَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قُولُوا } الْحَدِيثَ ،
Baqi bin Mukhlad meriwayatkan hadits yang berasal dari seorang bani Tamim, ia berkata, "Pada masa jahiliyyah, kami biasa mengucapkan, "Ar-rifaa wal baniin, -Semoga harmonis bahagia dan dikaruniai banyak anak-,” maka (ketika kami masuk Islam) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kami, beliau bersabda: “Ucapkanlah oleh kalian ‘…’ -al Hadits-”.

وَأَخْرَجَ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ جَابِرٍ {أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ تَزَوَّجْت قَالَ نَعَمْ قَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَك}، وَزَادَ الدَّارِمِيُّ {وَبَارَكَ عَلَيْك}،
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Jabir Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya, "Apakah kamu sudah menikah? Aku menjawab, "Ya." Lalu Nabi bersabda, "Baarakallahu Laka (Semoga Allah memberkahimu).” Dan (riwayat) Ad-Darimi menambahkan, "Wa Baaraka Alaika (semoga Allah menetapkan keherkahan atasmu).”

وَفِيهِ أَنَّ الدُّعَاءَ لِلْمُتَزَوِّجِ سُنَّةٌ ، وَأَمَّا الْمُتَزَوِّجُ فَيُسَنُّ لَهُ أَنْ يَفْعَلَ ، وَيَدْعُوَ بِمَا أَفَادَهُ حَدِيثُ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إذَا أَفَادَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوْ خَادِمًا أَوْ دَابَّةً فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّهَا ، وَشَرِّ مَا جُبِلَتْ عَلَيْهِ } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد ، وَالنَّسَائِيُّ ، وَابْنُ مَاجَهْ .
Hadits ini menerangkan, bahwa mendoakan orang yang baru menikah hukumnya sunnah, sedangkan bagi yang baru menikah hendaklah dia berdoa seperti yang diterangkan dalam hadits riwayat Amr bin Syu'aib dari bapaknya, dari kakeknya dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Apabila di antara kalian menikah atau mendapatkan pembantu, atau membeli hewan ternak, hendaklah dia pegang ubun-ubunnya dan berdoa, "Ya Allah, aku mengharapkan kebaikan darinya dan kebaikan dari apa-apa yang dihasilkannya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan dari kejahatan apa-apa yang dihasilkannya." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i dan Ibnu Majah) (Muhammad ibn Isma’il ibn Shilah ibn Muhammad Al-Hasaniy Al-Kahlaniy kemudian Ash-Shan’aniy Abu Ibrahim ‘Izzuddin [w. 1182 H], Subulus Salaam syarh Bulugh al-Maraam: Kitab an-Nikaah, III: 152-153; Kairo: Dar el-Hadits, 2007 M/ 1428 H)

Berkah menjadi substansi do’a Nabi bagi para pengantin. Lafadz lain do’a untuk pengantin adalah pada malam pengantin antara Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Muhammad Rasulullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Ali, “Jangan kamu melakukan apa-apa sampai kamu menemuiku.” Kemudian Rasulullah meminta diambilkan air dalam wadah, lalu beliau berwudhu dalam wadah tersebut. Setelahnya beliau mencurahkan air bekas wudhu beliau ke tubuh Ali dan berdoa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِمَا وَبَارِكْ لَهُمَا فِي بِنَائِهِمَا
“Ya Allah, berkahilah dalam pernikahan keduanya, dan berkahilah keduanya dalam malam pengantin keduanya.” (HR Ahmad)

Kata barakât adalah bentuk plural (jama’) dari kata barkah  (بَرْكَةٌ), dalam bahasa Indonesia, kita sering menyebutnya “berkah”. Dalam Al-Qur’an, kata barakât dan yang seakar dengannya terulang sebanyak 32 kali.

Secara etimologi (bahasa), kata barkah berarti: (a) tumbuh dan bertambah, (b) tetapnya sesuatu, kemudian ia bercabang, dan satu sama lain saling berdekatan, (c) dada atau punggung unta yang menonjol, hal ini ada kaitannya dengan arti “tumbuh dan bertambah”, sebab salah satu dari anggota tubuh unta itu menonjol dari tubuh lain.

Secara terminologis (istilah) kata barkah berarti:
والبركة ثبوت الخير الإلهي في الشيء ،
“kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya”. (Ar-Raghib, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, I: 44). Tetapnya kebaikan ini diibaratkan seumpama tetapnya air di dalam telaga. Firman Allah di dalam QS. Al-A‘râf [7]: 96.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. 

Baarakallaahu Laka, Semoga Berkah Saat Bahagia
Memperhatikan dua ungkapan Baarakallaah dalam do’a untuk pengantin, maka kita jumpai dua kata sambung yang berbeda. Yang pertama diikuti kata laka, sedangkan Baarakallaah yang kedua dikuti kata ‘alaika. Perbedaan kata sambung ini tentunya mempunyai makna berbeda.

Kata laka yang menggunakan lam jar, biasa diartikan dengan untuk. Makna tersembunyi dari lam ini adalah menunjukkan manfaat, kebahagiaan, dan hal yang menyenangkan. Pantaslah kata ini diletakkan di awal do’a.
Mayoritas pasangan pengantin baru memang sedang bahagia-bahagianya. Semua masih terlihat indah dan menyenangkan. Karena itulah Rasulullah Saw mengajarkan do’a semoga pasangan yang sedang senang dan berbahagia ini memperoleh keberkahan dan kebaikan.

Wabaaraka ‘alaika, Semoga Berkah Saat Kesusahan
Kata ‘ala dalam ungkapan ini tak hanya bermakna atas. Tetapi meyimpan makna suatu yang berat, beban dan harus ditanggung. Sama seperti ungkapan dalam bahasa arab li ‘ala zaid alf dinar (ada 10 dinar beban hutang Zaid kepada saya). Kata ‘ala juga bisa kita lihat dalam doa meminta hujan. Yaitu kalimat hawalaina wa laa ‘alaina (menyirami sekitar kami, bukan membahayakan atas kami).

Kaitannya dengan perjalanan rumah tangga, masa-masa selanjutnya tidaklah selalu menyenangkan dan indah. Ketika sepasang manusia telah bersatu dalam ikatan pernikahan, bergaul setiap hari, maka sisi-sisi yang tersembunyi baik fisik dan sifat akan terkuak dengan jelas. Belum lagi terpaan masalah ekonomi maupun lainnya. Dalam keadaan memerlukan kesabaran dalam menjalankan bahtera rumah tangga inilah fungsi doa wa baraka ‘alaikuma. Semoga mendapat keberkahan/kebaikan saat hal yang kurang menyenangkan terjadi atas kalian berdua.

Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Ibaad dalam kitabnya, Syarah Sunan Abi Dawud (Juz 12, Hlm. 95, al-Maktabah asy-Syamilah), menjelaskan:
وفي الجاهلية كانوا يقولون: بالرفاء والبنين. فهذه تهنئة أهل الجاهلية، وهذا هو الدعاء الذي كان في الجاهلية، ومعناه أن تحصل السعادة ويحصل الوئام والوفاق والسكون والهدوء، وكذلك يحصل البنون، ولكن جاء الإسلام بترك هذه التهنئة والإتيان بما هو خير منها، وهو [ (بارك الله لك، وبارك عليك، وجمع بينكما في خير) ]، فيدعي له بالبركة وأن يحصل الوئام والوفاق والجمع بينهما على خير، وهذا هو الذي يريده المتزوج؛ لأن كل خير يحصل بذلك يدخل في هذا العموم، سواء أكان بالبنين أم بغير البنين، فهو دعاء جاءت به السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وفيه الخير وفيه البركة.
Pada masa Jahiliyyah mereka biasa berkata: “Semoga harmonis bahagia dan dikaruniai banyak anak. Ini adalah doa dari orang-orang Jahiliyyah, dan ini adalah permohonan pada masa Jahiliyyah, yang berarti bahwa agar mendapatkan kebahagiaan dan mendapatkan harmoni, kedamaian, ketenangan dan ketentraman, juga agar dikaruniai banyak anak, tetapi Islam datang untuk meninggalkan ucapan selamat ini dan membawa apa yang lebih baik dari itu, yakni: "Semoga Allah memberkahimu dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan." Pengantin dido’akan agar mendapat berkah dan agar dapat menggapai keharmonisan dan kebahagiaan, serta semoga Allah Ta’ala menyatukan keduanya di atas kebaikan. Inilah yang diinginkan (dimaksudkan) dalam sebuah pernikahan, karena setiap kebaikan tercapai dengan hal itu, termasuk hal-hal yang umum, sama saja, apakah dikaruniai banyak anak ataupun tanpa dikarunia banyak anak. Do’a tersebut adalah sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang padanya terdapat kebaikan dan berkah. Wallahu A’lam.

by Bidang Pendidikan dan Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.

Blogspot road to Website PC Pemuda Persis Pangalengan. Menuju peralihan blogspot kewebsite PC Pemuda Persis Pangalengan. Mohon do’a dan dukungannya dari Ikhwatu Iman agar dakwah di era digital ini semakin terkokohkan.Aamiin.

Bagi Ikhwatu Iman yang bermaksud membantu, bisa menghubungi Bendahara PC Pemuda Persis Pangalengan (Kang Taryana, WA 081221739378)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama