KORPS MUBALLIGH BUKAN SEKEDAR PEMBINAAN MUBALLIGH

Hadir sebagai pemateri, Al-Ustadz Rofiqi Nugraha (Bidang Jam’iyyah PC Pemuda Persis Pangalengan) dalam sebuah acara bertajuk “Kaderisasi Da’i dan Muballigh PC Pemuda Persis Pangalengan” dibawah naungan Bidang Dakwah PC Pemuda Persis Pangalengan.

Sambutan Bidang Dakwah PC Pemuda Persis Pangalengan, Al-Ustadz Apep Nursholehuddin mengawali kajian tersebut sebelum Ust. Rofiqi menyampaikan materi. Mudah-mudahan ketika kita melaksanakan program ini bersama-sama, saling membantu, akhirnya tidak akan merasa berat. Awalnya saya bingung harus dari mana memulai dan kepada siapa harus menentukan pemateri. Alhamdulillah, dengan komunikasi yang berusaha dibangun, akhirnya program ini dapat diluncurkan, selain penjadwalan khatib Jum’at.

Harapan Bidang Dakwah, mudah-mudahan acara ini dapat bermanfaat bagi lahirnya muballigh baru dan memperkuat muballigh lama.
Selanjutnya, Pembawa Acara Kang Lukman Nurhakim mempersilahkan Ketua PC Pemuda Persis Pangalengan, Al-Ustadz Dindin untuk menyampaikan sambutannya sekaligus membuka acara tersebut.

Alhamdulillah, “asa bucat bisul”, harapan kita bersama untuk terlaksananya program ini akhirnya qodarulloh dapat tercapai. Hal ini adalah sesuatu yang luar biasa, karena kita Pemuda Persis adalah kader perjuangan Persis masa depan. Persis secara umum memiliki dua wajah, Bidang Pendidikan dan Bidang Dakwah.
Pengembangan dakwah tidak sekedar di mimbar saja, itu harapannya. Artinya potensi kita yang berbeda-beda harus menjadi kekuatan dakwah. Anggota dan simpatisan yang berpotensi dalam IT, semoga bisa dakwah dengan kemampuannya itu. Peminat olahraga, mudah-mudahan bisa berdakwah dengan olahraganya.

Jika kita menyelami program Pemuda Persis, sungguh luar biasa, apapun potensi kita, hal itu dapat menjadi lahan dakwah bagi kita semua, hingga seseorang sapu-sapu saja bisa menjadi lahan dakwah, hingga seseorang sekedar membantu membuatkan kopi untuk orang lain saja bisa menjadi lahan dakwah.

Siapa pun orangnya pasti mengalami grogi atau demam panggung, maka mudah-mudahan program ini dapat sedikit memberikan andil meminimalisir hal tersebut.

Ust. Rofiqi Nugraha pernah mengenyam Pendidikan kader da’i dan khatib yang diadakan AMCF, demikian juga Ust. Dindin pernah ikut, beliau angkatan 81. Ust. Dindin mendorong anggota dan simpatisan Pemuda Persis untuk ikut jika ada kesempatan, 5 hari digembleng, latihan khutbah dan lain-lain.
Jangan sampai terjadi, anggota Pemuda Persis sudah menerima jadwal 6 bulan sebelumnya, tapi saat waktunya mengatakan tidak siap.

Sejatinya, setiap anggota Pemuda Persis wajib menjadi da’i dengan potensinya masing-masing.

Besar harapan Ust. Dindin sebagai ketua PC semua bisa menjadi da’i. Jangan gengsi, jangan malu, bahkan Diniyah Ula saja adalah mad’u kita.

Pukul 20.44 WIB secara resmi kegiatan pembinaan kaderisasi da’i dan muballigh dibuka, demikian Al-Ustadz Dindin menutup sambutannya.

Acara inti, pemaparan materi oleh Ust. Rofiqi. Beliau memulai pembahasannya dengan ayat:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

Mudah-mudahan sesuai dengan harapan, dapat menciptakan lumbung kader da’i dan muballigh PC Pemuda Persis Pangalengan. Perlu diresmikan, diformalkan, nanti daftar hadir, siapa saja yang konsisten, maka sesuai dengan kehadiran itu akan menjadi rekam jejak dan rekomendasi untuk penjadwalan muballigh. Supaya ke depan tidak menjadwal yang tidak siap atau belum terbina atau tidak ada jaminan dan penjamin.

Sebagaimana disebutkan bahwa wajah utama dari Jam’iyyah PERSIS secara umum (Pendidikan dan Dakwah), adalah yang pertama terlihat. Biasanya cinta itu melihat wajah dulu, maka cintanya umat kepada Jam’iyyah melihat dulu wajah. Selain itu, karakteristik Jam’iyyah diantaranya melalui dakwahnya.

Mengapa targetnya bukan hanya muballigh, tapi berbicara secara keseluruhan, kita akan bentuk Korp Muballigh, sebuah tim yang di depannya ada yang meneliti materi bahan tabligh, ada peneliti tempat, ada muballighnya itu sendiri, dan lain sebagainya.
Berbicara dakwah di sini bukan da’i, bukan muballigh perorangan; sehingga munculnya seorang da’i di mimbar itu bukan serta merta dirinya, tetapi ada tim di belakannya yang memberi informasi untuk materi ceramah.

Kenapa hari ini banyak dakwah yang gagal, bisa jadi karena kurangnya tim yang melaporkan materi apa yang tepat dan kondisi bagaimana yang hendak didakwahi.

Tentunya, hal ini menuntut seluruh anggota hadir agar tahu pergerakan dakwahnya akan bagaimana. Artinya ke depan, seluruh bidang akan tahu garapannya masing-masing dalam hal dakwah.

Firman Allah Ta’ala:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

Ayat tersebut menjadi ruh bagi PERSIS, KH. Zae Nandang pernah berujar, “Jika seorang anggota PERSIS telah meninggalkan amar ma’ruf nahyi munkar, maka tidak usah ia keluar dari PERSIS, karena dengan berperilaku seperti itu, ia telah berada di luar tabi’at PERSIS.

Jika kita ditanya tentang dakwah, yang terpikir apa? Umumnya adalah: menyampaikan ilmu, ceramah, dan lain sebagainya.

Setiap orang memiliki cara untuk mendakwahkan apa yang hendak ia dakwahkan, seperti mengiklankan barang, maka berbagai cara bisa dilakukan.

Ust. Rofiqi kemudian memberikan tugas kepada peserta yang hadir untuk membuat iklan gagasan atau produk yang dipikirkan.

Setelah dievaluasi, diantara peserta itu ada yang memberikan gagasan, ada yang memberikan quotes, ada yang mengiklankan produk. Namun yang paling inti, kenapa gagasan itu diungkapkan, artinya jangan lupa bahwa inti dari dakwah adalah mengajak dan mengiklankan kebaikan untuk diikuti (dan dosa untuk dijauhi).

Hanya saja, dakwah itu ada yang dengan mengungkapkan nasihat, ada yang membangun rasa empati, ada yang dengan cara lainnya.

Diantaranya pamphlet kegiatan, itu diantara bentuk dakwah, bagaimana caranya orang lain tertarik kepada konsep kita.

Kita ngobrol kepada orang lain sehingga orang lain terpikat kepada kita, itu adalah konsep dasar materi yang perlu diasah tentang peningkatan kemampuan dakwah. Berdagang memikat pembeli, maka berdakwah memikat mustami.

Landasan kedua pada bahasan ini adalah:
Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintahperintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim)

Artinya dalam setiap Nabi-nabi itu ada umat yang bersifat ‘ta-muruuna bil ma’ruuf wa tanhauna ‘anil munkar’, Nabi-nabi itu punyai Ashabun Hawariyyun. Artinya umat perlu memiliki mental pejuang, mental amar ma’ruf nahyi munkar, sehingga ada materi tentang adab muballigh. Pada akhirnya akhlaqnya menjadi dakwah, jangankan ucapannya.

Contoh kasus, dahulu banyak yang benci kepada PERSIS, tapi saat anggota PERSIS berakhlaq muliar, maka ada harapan masyarakat mulai cinta kepada PERSIS walau tanpa banyak berkata-kata.

Mental umat ini perlu dibangun bukan hanya sebagai pengikut tetapi lebih kepada mental Ashabun Hawariyyun yang melanjutkan yang seharusnya dilanjutkan, Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Melawan Uskun (Ustadz Dukun), diantaranya, menjadi PR bersama bukan hanya bagi muballigh, tetapi bagi seluruh umat. Artinya yang perlu dibangun adalah mental pejuang. Bukan hanya kemampuan public speaking, tetapi lebih dari itu adalah mental dakwah.

Al-kisah, Allohu Yarham KH. Syarif Sukandi pernah berenang melewati banjir saat hendak mendatangi tempat mengisi pengajian. Inilah yang dibangun, yakni mental, bukan sekedar kemampuan menyampaikan materi.

Dahulu, para asatidz Persis itu disegani, maka yang harus kita hati-hati adalah perlunya kita menjaga sikap agar menjaga muruah perjuangan PERSIS.

Jika mental tidak dibangun, maka pada akhirnya ruh Jam’iyyah akan hilang dengan sendirinya. Contoh, beranikah kita memperlihatkan sunnah saat praktik shalat umpamanya di saat berada di tempat berbasis orang-orang yang kurang mengerti praktik shalat berdasarkan sunnah Nabi.

Landasan dakwah ketiga pada bahasan ini adalah:
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.” (Q.S. Yusuf [12]: 108)

Dakwah itu bukan sekedar mengajak, tetapi bagaimana umat dapat mengikuti dengan kesadaran diri akan kemana ia pergi mengikuti da’i-nya dan apa yang akan umat dapatkan. Mendakwahkan apa dan mengajak kemana? Mendakwahkan Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan mengajak kepada ridha Allah, menggapai surga Allah dan menjauhi neraka-Nya.
 
Landasan dakwah keempat pada bahasan ini adalah:
Bahwa Nabi Saw. mengutus Mu’adz ke Yaman, Nabi pun bersabda: “Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka pelaksanaan lima kali shalat dalam sehari semala. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari yang kaya untuk disalurkan kepada yang miskin di antara mereka” (HR Al-Bukhari)

Artinya materi dakwah pertama dan utama adalah tauhid. Setelah kuat aqidah dan keyakinannya, baru kemudian membahas fiqih ibadah (shalat lima waktu dan lain sebagainya). Contoh, saat PC Pemuda Persis Pangalengan mengutus 3 orang ke PC Persis Selaawi PD Talegong – Garut, maka yang seorang muballigh dan yang 2 orang tim peneliti yang memberikan materi ke muballigh.

Bisa jadi, kegagalan dakwah itu diantaranya ketika antara satu muballigh dengan muballigh lainnya tidak menjadi satu kesatuan, malah masing-masing, seharusnya saling berbagi informasi hasil temuan masing-masing.

Selain itu, informasi dari jama’ah setempat perlu dicari, dikaji, dan dievaluasi secara terstruktur, massif, dan sistematis sebagai bahan penting sebelum dan sesudah berdakwah.

Artinya, suatu ketika, dakwah itu cukup dengan tindakan tak usah berkata-kata saat sudah tepat waktunya.

Tauhid, kemudian shalat, lantas bab zakat. Artinya anyam dulu wadah di diri mustami’ agar siap menerima materi zakat. Saat mustami’ tidak menerima dakwah tentang zakat, bisa jadi bukan salah mustami’nya, tetapi yang salah adalah muballigh kurang mempersiapkan wadah pada diri mustami’ agar siap menerima aturan zakat.

Pelajaran lain, jika wajah PERSIS adalah Pendidikan dan dakwah, maka itu perlu menjadi perjuangan bersama, apapun bidangnya. Bukan sekedar mendakwahkan PERSIS-nya, tetapi yang paling penting adalah RUH PERSIS itu sendiri, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Landasan dakwah kelima pada bahasan ini adalah:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)

Berdasarkan dalil di atas, [1]dakwah itu harus dengan ilmu, dan [2]dakwah itu ada caranya (hikmah, mauidzah, dan mujadalah); sehingga apa yang mad’u butuhkan (bukan inginkan) dapat kita berikan dan dengan cara yang bijak pula.

Berdasarkan dalil itu pula, jika perlu berdebat, maka berdebatlah, namun tentunya perangkatnya perlu disiapkan, tapi ingat, itu adalah metode, pada akhirnya Allah Maha Mengetahui siapa yang tersesat. Bisa jadi mustami’ tersesat, atau bahkan ustadznya yang tersesat, maka saat mustami’ tidak mengikuti bisa jadi bukan karena jelek materi dan cara tetapi karena ustadznya yang tidak pantas diikuti.

Saat tabligh tidak diterima setelah seluruh aspek terpenuhi, jangan putus asa, karena pada akhirnya Allah yang menentukan hasil akhirnya, kita hanya diberi tugas untuk berikhtiar.

Insya Allah, ke depan, kita akan mengkaji lebih dalam dari materi-materi ini. Wallahu A’lam. 
Masjid Nurul Huda Cipanas, 11 Juli 2019.

by Liputan Bidang Pendidikan dan Kominfo bekerjasama dengan Bidang Dakwah PC Pemuda Persis Pangalengan.

Blogspot road to Website PC Pemuda Persis Pangalengan. Menuju peralihan blogspot ke website PC Pemuda Persis Pangalengan. Mohon do’a dan dukungannya dari Ikhwatu Iman agar dakwah di era digital ini semakin terkokohkan. Aamiin.

Bagi Ikhwatu Iman yang bermaksud membantu, bisa menghubungi Bendahara PC Pemuda Persis Pangalengan (Kang Taryana, WA 081221739378)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama