إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى ...
Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati … (QS.
Yaasiin [36]: 12) Yakni kelak di hari kiamat.
Di dalam makna ayat terkandung isyarat yang menunjukkan
bahwa Allah Swt. dapat menghidupkan hati orang yang dikehendaki-Nya dari
kalangan orang-orang kafir yang hatinya telah mati karena kesesatan, maka Allah
memberinya petunjuk kepada jalan yang benar sesudah itu. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam firman-Nya sesudah menerangkan tentang orang-orang yang
hatinya keras:
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأرْضَ
بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ.
Ketahuilah
olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya (Al-Hadid:
17) (Tafsir Ibnu Katsir: QS. Yaasiin [36], ayat 12)
Kemudian
(Allah Ta’ala) mengancam mereka dengan dituliskannya segala apa yang mereka
perbuat. Allah berfirman (Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir: QS. Yaasiin
[36]: 12):
... وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا ...
… dan Kami menuliskan apa yang telah
mereka kerjakan … (QS. Yaasiin [36]: 12), ini sama dengan firman Allah Ta’ala:
عَلِمَتْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ.
maka
tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang
dilalaikannya. (QS. Al-Infithar [82]: 5)
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ لِغَدٍ ....
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); … (QS. Al-Hasyr [59]: 18) (Tafsir Al-Qurthubi: QS.
Yaasiin: 12)
... وَآثَارَهُمْ ...
… dan bekas-bekas
yang mereka tinggalkan. … (QS. Yaasiin [36]: 12),
Kata (وَآثَارَهُمْ) atsaarahum terambil dari kata (آثَارٌ) yang merupakan bentuk jamak dari kata (أَثَرٌ) atsar yakni bekas atau peninggalan. (Tafsir
Al-Mishbah: QS. Yaasiin [36]: 12)
وَآثارَهُمْ أي ما أبقوه بعدهم من الحسنات
التي لا ينقطع نفعها بعد الموت ، كالعلم والكتاب والمسجد والمشفى والمدرسة ، أو من
السيئات كنشر البدع والمظالم والأضرار والضلالات بين الناس.
… dan
jejak peninggalan baik mereka yang kemanfaatannya tidak terputus setelah
kematian, seperti ilmu, kitab, masjid, rumah sakit, madrasah dan lain
sebagainya, atau jejak peninggalan jelek mereka seperti penyebaran berbagai
bid'ah, kezaliman, pelanggaran dan kesesatan di antara manusia. (Wahbah
Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir: QS. Yaasiin [36]: 12)
"مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ
سُنَّةً حَسَنَةً، كَانَ لَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، ومَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً
سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا ووزرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ
غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا".
Barang
siapa yang mengerjakan suatu sunnah (perbuatan) baik,
maka ia memperoleh pahalanya dan juga pahala dari orang-orang yang mengikuti jejaknya
sesudah ia tiada, tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang
siapa yang mengerjakan suatu perbuatan buruk, maka ia akan mendapatkan dosanya
dan juga dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya sesudah ia tiada tanpa
mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun. (HR. Muslim, Shahih
Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقْتَلُ نَفْسٌ
ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لِأَنَّهُ
أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ.
Dari ‘Abdullah ra., dia berkata: Rasulullah saw.
bersabda, “Tidak satupun jiwa yang terbunuh secara dzalim melainkan
putra Adam yang pertama ikut menanggung (dosa pertumpahan) darah itu karena
dialah orang pertama yang melakukan pembunuhan.” (HR. Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari dan Muslim, Shahih Muslim)
... وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ
أُخْرَى ... .
… dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain …. (QS. Al-An’am [6]: 164)
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ، انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: مِنْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ مِنْ بَعْدِهِ".
Apabila
anak Adam mati, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat,
atau anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah (yang terus mengalir pahalanya) sesudah ia tiada.
(HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : يَقُولُ الْعَبْدُ : مَالِي ، مَالِي
، إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ : مَا أَكَلَ فَأَفْنَى ، أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى
، أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى ، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ ، وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa sanya Rasulullah saw.
bersabda, “Seorang hamba berkata, ‘Ini hartaku! Ini hartaku!’, tiada
lain baginya dari hartanya adalah tiga: 1apa yang dia makan hingga habis,
2apa yang dia pakai hingga lusuh, atau 3apa yang dia berikan
(hartanya di jalan Allah) hingga tetapnya (ganjaran), dan apa-apa yang selain
itu, maka dia akan pergi dan meninggalkannya untuk orang lain.” (HR.
Muslim, Shahih Muslim)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
خَلَتِ الْبِقَاعُ حَوْلَ الْمَسْجِدِ، فَأَرَادَ بَنُو سَلَمَةَ أَنْ
يَنْتَقِلُوا قُرْبَ الْمَسْجِدِ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُمْ: "إِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّكُمْ
تُرِيدُونَ أَنْ تَنْتَقِلُوا قُرْبَ الْمَسْجِدِ". قَالُوا: نَعَمْ، يَا
رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ أَرَدْنَا ذَلِكَ. فَقَالَ: "يَا بَنِي سَلَمَةَ، دِيَارَكُمْ
تُكْتَبْ آثَارُكُمْ، دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ".
Dari
Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa tanah di sekitar Masjid Nabawi
kosong, maka Bani Salamah bermaksud akan pindah tempat ke dekat Masjid Nabawi.
Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw., maka beliau bersabda kepada
mereka: 'Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa kalian
bermaksud akan pindah tempat ke dekat masjid?” Mereka menjawab,
"Benar, wahai Rasulullah, kami bermaksud akan pindah" Maka beliau
Saw. bersabda, "Hai Bani Salamah, tetaplah di tempat kalian,
niscaya langkah-langkah kalian akan dituliskan; tetaplah di tempat kalian,
niscaya langkah-langkah kalian akan dituliskan (oleh Allah)." (HR.
Ahmad)
Dari
Tsabit, ia berkata: Aku berjalan bersama Anas bin Malik ra., lalu alu
mempercepat langkah, namun ia memegang taganku maka aku berjalan pelan-pelan.
Ketika kami selesai shalat, Anas berkata, “Aku pernah berjalan bersama Zaid bin
Tsabit ra., dan aku mempercepat langkah, ia pun berkata,
يَا أَنَسُ أَمَا شَعَرْتَ أَنَّ الآثَارَ
تُكْتَبُ ، أَمَا شَعَرْتَ أَنَّ الآثَارَ تُكْتَبُ.
'Ya
Anas, tidakkah kamu merasa bahwa jejak langkah itu dicatat? Tidakkah kamu merasa
bahwa jejak langkah itu dicatat?’.” (Tafsir Ath-Thabari: QS. Yaasiin
[36], ayat 12)
Ahmad
Syaugi, penyair Mesir terkenal pernah menyairkan:
إِحْفَظّ لِنَفْسِكَ قَبْلَ مَوّتِكَ
ذِكْرَهَا فَالذِّكْرُ لِلإِنْسَانِ عُمْرٌ ثَانٍ.
“Sebelum engkau
meninggal peliharalah sebutan tentang dirimu; Sebutan adalah umur yang kedua
bagi manusia.” (DR. HAMKA, Tafsir Al-Azhar: QS. Yaasiin [36]: 12)
... وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي
إِمَامٍ مُبِينٍ.
… Dan
segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz). (QS. Yaasiin [36]: 12) Hal yang semakna
disebutkan di dalam firman-Nya:
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ
بِإِمَامِهِمْ.
(Ingatlah) suatu
hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap-tiap umat dengan
pemimpinnya. (Al-Isra: 71) Yang dimaksud dengan imam dalam
ayat ini adalah kitab-kitab amal perbuatan mereka yang menjadi saksi atas
mereka terhadap semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan selama di
dunia, yaitu amal baik dan amal buruknya. Seperti juga yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ
بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ.
dan
diberikanlah buku (perhitungan
perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan
saksi-saksi. (Az-Zumar: 69) (diringkas dari Tafsir Ibnu Katsir:
QS. Yaasiin [36]: 12)
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى
الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ
هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلا كَبِيرَةً إِلا أَحْصَاهَا
وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, " dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (Al-Kahfi: 49)
Wallaahu A'lam, Abu Akyas.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan