HADIS MURSAL BERDO'A MEMEGANG UBUN-UBUN ISTRI SETELAH AKAD TETAPI BERDO'ALAH SEBELUM MENGGAULINYA

 

 

حَدَّثَنِى يَحْيَى عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ أَوِ اشْتَرَى الْجَارِيَةَ فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ وَإِذَا اشْتَرَى الْبَعِيرَ فَلْيَأْخُذْ بِذِرْوَةِ سَنَامِهِ وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ».

Yahya bercerita padaku dari Malik, dari Zaid ibn Aslam, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Ketika salah seorang kalian menikahi perempuan atau membeli budak perempuan, maka peganglah ubun-ubunnya dan berdoalah meminta berkah (kebaikan). Dan apabila salah seorang di antara kalian membeli seekor unta, hendaklah dia memegang bagian atas punuknya dan berlindung kepada Allah Ta'ala dari kejahatan setan’.” (HR. Malik, Al-Muwaththo: Bab Jaami’ an-Nikaah, 424: 52)

 

Pada kitab Jam’u al-Jawaami’ atau Al-Jaami’ al-Kabiir: 1: 1964, Imam As-Suyuthi memberikan komentar terhadap hadis ini:


 مالك عن زيد بن أسلم مرسلاً,

“Malik ketika menerima hadis dari Zaid bin Aslam adalah Mursal.

 

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalaniy pun memandang mursal kepada Zaid bin Aslam, datanya sebagai berikut:


الاسم : زيد بن أسلم القرشى العدوى ، أبو أسامة ، و يقال أبو عبد الله ، المدنى الفقيه ، مولى عمر بن الخطاب


الطبقة :  3  : من الوسطى من التابعين

الوفاة :  136 هـ


روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه )


رتبته عند ابن حجر :  ثقة عالم ، و كان يرسل

رتبته عند الذهبي :  الفقيه.


 

BERDO’ALAH SEBELUM BERHUBUNGAN SUAMI ISTRI


وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتنَا، فَإِنَّهُ إنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika seorang di antara kamu ingin menggauli istrinya lalu membaca doa, "Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan terhadap apa yang Engkau anugerahkan kepada kami", maka jika ditakdirkan dari hubungan suami istri itu menghasilkan seorang anak, setan tidak akan mengganggu [anak itu] selamanya." (Muttafaq Alaih) [shahih, Al-Bukhari (141), Muslim (1434)] dikutip dari Bulughul Maram: Kitab An-Nikah.

 

وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ يَكُونُ الْقَوْلُ قَبْلَ الْمُبَاشَرَةِ عِنْدَ الْإِرَادَةِ ،

Hadits ini menurut lafazh Muslim. Hadits ini mengajarkan tentang bacaan doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika hendak melakukan hubungan suami istri.

 

وَهَذِهِ الرِّوَايَةُ تُفَسِّرُ رِوَايَةَ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَقُولُ حِينَ يَأْتِي أَهْلَهُ - أَخْرَجَهَا الْبُخَارِيُّ - بِأَنَّ الْمُرَادَ حِينَ يُرِيدُ ، وَضَمِيرُ جَنِّبْنَا لِلرَّجُلِ وَامْرَأَتِهِ، وَفِي رِوَايَةِ الطَّبَرَانِيُّ { جَنِّبْنِي وَجَنِّبْ مَا رَزَقْتنِي } بِالْإِفْرَادِ ، وَقَوْلُهُ { لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا } أَيْ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ.

Riwayat ini merupakan penafsiran riwayat, "Seandainya seorang di antara kamu ingin menggauli istrinya." diriwayatkan Al-Bukhari maksudnya ketika hendak melakukannya. Dan kata ganti dalam lafazh "جَنِّبْنَا" untuk suami dan istri. Dalam riwayat Ath-Thabrani " جَنِّبْنِي " (jauhkanlah saya) dan " جَنِّبْ مَا رَزَقْتنِي” (dan jauhkan apa yang Engkau anugerahkan kepadaku) dengan kata ganti satu orang; maka setan tidak akan mengganggu selamanya.

 

قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ نَفْيُ الضَّرَرِ عَلَى وَجِهَةِ الْعُمُومِ فِي جَمِيعِ أَنْوَاعِ الضَّرَرِ غَيْرُ مُرَادٍ ، وَإِنْ كَانَ الظَّاهِرُ الْعُمُومَ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ مِنْ صِيغَةِ النَّفْيِ مَعَ التَّأْبِيدِ ، وَذَلِكَ لِمَا ثَبَتَ فِي الْحَدِيثِ مِنْ أَنَّ { كُلَّ ابْنِ آدَمَ يَطْعَنُ الشَّيْطَانُ فِي بَطْنِهِ حِينَ يُولَدُ إلَّا مَرْيَمَ وَابْنَهَا } فَإِنَّ فِي هَذَا الطَّعْنِ نَوْعَ ضَرَرٍ فِي الْجُمْلَةِ مَعَ أَنَّ ذَلِكَ سَبَبُ صُرَاخِهِ.

Al-Qadhi Iyadh berkata, "Maksud dari doa itu bukan menghilangkan segala macam gangguan, walaupun zhahirnya menunjukkan segala macam gangguan. Karena penggunaan kata peniadaan untuk selamanya; berdasarkan hadits yang menerangkan bahwa semua anak Adam yang baru dilahirkan akan dicubit [ditusuk] oleh setan kecuali Maryam dan anaknya, bukankah cubitan itu bagian dari gangguan! Walaupun cubitan itu membuat si bayi menangis-menangis pertanda lahir dengan selamat.

 

قُلْت هَذَا مِنْ الْقَاضِي مَبْنِيٌّ عَلَى عُمُومِ الضَّرَرِ الدِّينِيِّ وَالدُّنْيَوِيِّ ، وَقِيلَ لَيْسَ الْمُرَادُ إلَّا الدِّينِيَّ ، وَأَنَّهُ يَكُونُ مِنْ جُمْلَةِ الْعِبَادِ الَّذِينَ قَالَ تَعَالَى فِيهِمْ { إنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَك عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ } ، وَيُؤَيِّدُ هَذَا أَنَّهُ أَخْرَجَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ الْحَسَنِ ، وَفِيهِ فَكَانَ يُرْجَى إنْ حَمَلَتْ بِهِ أَنْ يَكُونَ وَلَدًا صَالِحًا ، وَهُوَ مُرْسَلٌ ، وَلَكِنَّهُ لَا يُقَالُ مِنْ قِبَلِ الرَّأْيِ.

Saya (Ash-Shan’aniy) katakan, "Pendapat Al-Qadhi ini didasarkan pada keumuman gangguan baik yang bersifat duniawi maupun agama." Ada yang berpendapat: hal-hal yang bersifat agama yang tidak bisa diganggu, dan termasuk golongan hamba Allah yang dikatakan dalam firman-Nya, "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka." (QS. Al-Hijr: 42), diperkuat dengan hadits yang riwayatkan Abdurrazzaq dari Al-Hasan, "Dia berharap jika [istrinya] hamil, semoga kelak anaknya menjadi anak yang shalih." Dan ini dinilai mursal, namun tidak boleh dikatakan bahwa itu hanyalah pendapat semata.

 

قَالَ ابْنُ دَقِيقِ الْعِيدِ يُحْتَمَلُ أَنَّهُ لَا يَضُرُّهُ فِي دِينِهِ ، وَلَكِنْ يَلْزَمُ مِنْهُ الْعِصْمَةُ ، وَلَيْسَتْ إلَّا لِلْأَنْبِيَاءِ ،

Ibnu Daqiq Al-Id -Rahimahullah- berkata, "Mungkin tidak diganggu dalam pelaksanaan agamanya, akan tetapi bila demikian berarti dijaga dari melakukan dosa dan ini hanya berlaku bagi para Nabi."

 

وَقَدْ أُجِيبَ بِأَنَّ الْعِصْمَةَ فِي حَقِّ الْأَنْبِيَاءِ عَلَى جِهَةِ الْوُجُوبِ ، وَفِي حَقِّ مَنْ دُعِيَ لِأَجْلِهِ بِهَذَا الدُّعَاءِ عَلَى جِهَةِ الْجَوَازِ فَلَا يَبْعُدُ أَنْ يُوجَدَ مَنْ لَا يَصْدُرُ مِنْهُ مَعْصِيَةٌ عَمْدًا، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ ذَلِكَ وَاجِبًا لَهُ ،

Pendapat ini dibantah, bahwa penjagaan dari setan itu adalah wajib bagi para Nabi, sedangkan yang lainnya mendapatkan perlindungan juga bila didoakan dan sangat mungkin ada seorang yang tidak pernah berbuat dosa dengan sengaja, walaupun hal itu tidak mutlak ada.

 

وَقِيلَ لَمْ يَضُرَّهُ لَمْ يَفْتِنْهُ فِي دِينِهِ إلَى الْكُفْرِ ، وَلَيْسَ الْمُرَادُ عِصْمَتَهُ عَنْ الْمَعْصِيَةِ ،

Ada yang mengatakan, "Tidak akan diganggu", yakni tidak akan diganggu yang menyebabkan keluar dari agama Islam, dan bukan tidak pernah melakukan maksiat.

 

وَقِيلَ لَمْ يَضُرَّهُ مُشَارَكَةُ الشَّيْطَانِ لِأَبِيهِ فِي جِمَاعِ أُمِّهِ ، وَيُؤَيِّدُهُ مَا جَاءَ عَنْ مُجَاهِدٍ أَنَّ الَّذِي يُجَامِعُ ،

Ada yang berpendapat, "Tidak akan diganggu" yakni setan tidak akan ikut-ikutan sang suami ketika menggauli istrinya, hal ini diperkuat dengan riwayat Mujahid yang menerangkan bila seorang tidak membaca basmalah [berdo'a] ketika menggauli istri; maka setan ikut membantu sang suami ketika menggauli istrinya. Ada yang mengatakan, pendapat inilah yang paling tepat.

 

وَلَا يُسَمِّي يَلْتَفُّ الشَّيْطَانُ عَلَى إحْلِيلِهِ فَيُجَامِعُ مَعَهُ قِيلَ ، وَلَعَلَّ هَذَا أَقْرَبُ الْأَجْوِبَةِ قُلْت إلَّا أَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ مَنْ أَخْرَجَهُ عَنْ مُجَاهِدٍ ثُمَّ هُوَ مُرْسَلٌ ثُمَّ الْحَدِيثُ سِيقَ لِفَائِدَةٍ تَحْصُلُ لِلْوَلَدِ ، وَلَا تَحْصُلُ عَلَى هَذَا ، وَلَعَلَّهُ يَقُولُ إنَّ عَدَمَ مُشَارَكَةِ الشَّيْطَانِ لِأَبِيهِ فِي جِمَاعِ أُمِّهِ فَائِدَةٌ عَائِدَةٌ عَلَى الْوَلَدِ أَيْضًا،

Saya (Imam Ash-Shan’aniy pada Subulus Salam) katakan, "Hanya saja tidak disebutkan siapa yang meriwayatkan dari Mujahid, dan ternyata riwayat mujahid itu adalah mursal. Kemudian hadits menyebutkan faedah bagi si anak kelak yang tidak akan terwujud kecuali dengan hal tersebut. Atau dengan penjelasan, karena setan tidak bisa membantu sang suami ketika berhubungan dengan istrinya, maka faedah doa yang diucapkan sangat besar bagi si anak kelak.

 

وَفِي الْحَدِيثِ اسْتِحْبَابُ التَّسْمِيَةِ ، وَبَيَانُ بَرَكَتِهَا فِي كُلِّ حَالٍ ، وَأَنْ يَعْتَصِمَ بِاَللَّهِ وَذِكْرِهِ مِنْ الشَّيْطَانِ، وَالتَّبَرُّكُ بِاسْمِهِ ، وَالِاسْتِعَاذَةُ بِهِ مِنْ جَمِيعِ الْأَسْوَاءِ ،

Hadits ini menunjukkan disunnahkannya membaca basmalah, keterangan tentang keberkahannya, yang membacanya akan selalu dapat perlindungan Allah dari godaan setan, serta mendapatkan keberkahan dan pertolongan dari segala macam kejelekan.

 

وَفِيهِ أَنَّ الشَّيْطَانَ لَا يُفَارِقُ ابْنَ آدَمَ فِي حَالٍ مِنْ الْأَحْوَالِ إلَّا إذَا ذَكَرَ اللَّهَ .

Dan yang lebih penting lagi, hadits ini menerangkan bahwa setan tidak pernah berhenti mengganggu keturunan Adam kecuali mereka yang selalu ingat kepada Allah. (Diringkas dari Kitab Subulus Salam karya Imam Ash-Shan’aniy)

 

Wallaahu A’lam, Abu Akyas Alifa Ashfiya.


Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama