عَنِ
الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي
أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ
القَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ
الوَقَارِ، اليَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا،
وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الحُورِ العِينِ، وَيُشَفَّعُ
فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ. قال ابو عيسى: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ.
Dari Al-Miqdam ibn Ma’diy Karib ra. ia berkata:
“Rasulullah Saw bersabda: Orang
yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni
sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari
siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari
kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia
seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk
memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya” (HR.
At-Tirmidzi, “Hadis ini shahih gharib” dan Ibnu Majah)
Di
antara maksud syahid sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Ambari,
لِأَنَّ اللَّه
تَعَالَى وَمَلَائِكَته عَلَيْهِمْ السَّلَام يَشْهَدُونَ لَهُ بِالْجَنَّةِ .
فَمَعْنَى شَهِيد مَشْهُود لَهُ
“Karena
Allah Ta’ala dan malaikatnya ‘alaihimus salam menyaksikan
orang tersebut dengan surga. Makna syahid di sini adalah disaksikan untuknya.” (Syarh
Shahih Muslim, 2: 142, juga disebutkan dalam Fath Al-Bari, 6:
42)
قَوْلُهُ:
(لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ) لَا يُوجَدُ مَجْمُوعُهَا لِأَحَدٍ
غَيْرِهِ.
Sabda Nabi saw., “Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam
keutamaan”, yaitu yang
secara keseluruhan tidak akan ditemukan bagi selain orang yang mati syahid.
1. dosanya akan diampuni sejak awal
kematiannya
(فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ) ... قَالَهُ الْمُنْذِرِيُّ : أَيْ تُمْحَى
ذُنُوبُهُ فِي أَوَّلِ صَبَّةٍ مِنْ دَمِهِ .
“sejak
awal kematiannya” … Al-Mundziri menjelaskannya: Yakni dosa-dosanya dihapuskan sejak tetesan darahnya yang pertama. (Al-Mubarakfury, Tuhfatul
Ahwadzi syarah Sunan At-Tirmidzi, 4: 338)
2. diperlihatkan tempat duduknya di
surga
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ
مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ
أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari
'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jika seorang dari kalian meninggal dunia maka akan
ditampakkan kepadanya tempat duduk (tinggal) nya setiap pagi dan petang hari.
Jika dia termasuk penduduk surga, maka akan (melihat kedudukannya) sebagai
penduduk surga dan jika dia termasuk penduduk neraka, maka akan (melihat
kedudukannya) sebagai penduduk neraka lalu dikatakan kepadanya inilah tempat
duduk tinggalmu hingga nanti Allah membangkitkanmu pada hari qiyamat". (HR.
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari)
3. dijaga dari siksa kubur
... فَأَمَّا الْكَافِرُ
وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟
فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا
دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَاقٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ
أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ فَيَسْمَعُهَا مَنْ عَلَيْهَا غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ
…Adapun
orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Apa
jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah n)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu.
Aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu
mengatakan: “Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul
dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang
sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan
manusia.” (HR. Muttafaqun ‘alaih dari Anas)
... فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ
النَّارِ؛ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ
حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ
قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوؤُكَ،
هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ
الْوَجْهُ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ.
فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ.
“Gelarkanlah untuknya (orang kafir) alas
tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka
panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai
tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang
jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah
engkau dengan perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau
dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu
adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu
yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari
kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu
Majah dan Al-Hakim)
... فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا
الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ
فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ
اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ
يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ
فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا.
… “Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.”
Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia
adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil
darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga
hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah
orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tidak bangun
untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya. Maka dia
disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang
yang disiksa dalam tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat
di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari dari Samurah)
... فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ
الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ
أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ.
…“Tiba-tiba aku melihat para wanita
yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya:
‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau
menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil t dalam Al-Jami’ush
Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili ra.)
4. diberi keamanan dari ketakutan yang
besar saat dibangkitkan dari kubur
لَا يَحْزُنُهُمُ
ٱلْفَزَعُ ٱلْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ ٱلَّذِى
كُنتُمْ تُوعَدُونَ.
Mereka tidak
disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut
oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah
dijanjikan kepadamu". (QS. Al-Anbiya: 103)
5. diberi mahkota kemuliaan yang satu
permata darinya lebih baik dari dunia seisinya
أَيْ تَاجٌ هُوَ
سَبَبُ الْعِزَّةِ وَالْعَظَمَةِ.
…yakni mahkota yang menjadi penyebab kemuliaan dan kebesaran. (Tuhfatul
Ahwadzi, 4: 338)
6. dinikahkan dengan tujuh puluh dua
bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari
keluarganya
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ
أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ
فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا
كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Dari Abu
Huroiroh, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah telah berfirman : Aku
telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang sholeh (di surga)
kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak
pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak
manusia”, Jika kalian ingin maka silahkan bacalah (firman Allah):
فَلا تَعْلَمُ
نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
“Tak
seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang
sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (QS As-Sajdah : 17) (HR Al-Bukhari no 3072 dan
Muslim no 7310)
وَلَوْ أَنَّ
امْرَأَةً مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ
مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيْحًا وَلَنَصِيْفُهَا – يَعْنِي
الْخِمَارَ – خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Kalau seandainya seorang wanita
surga muncul ke dunia maka dia akan menyinari antara bumi dan langit, dan akan
memenuhi bau yang semerbak antara bumi dan langit, dan sungguh kerudungnya
lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR
Al-Bukhari no 6199)
كَبِدُهَا مِرْآتُهُ وَكَبِدُهُ
مِرْآتُهَا
“Hati sang bidadari merupakan cermin
bagi sang lelaki dan hati sang lelaki juga menjadi cermin bagi sang bidadari”. (Hadits ini di shahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib 3/227 no 3591)
يُرَى مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ
لَحْمِهَا مِنَ الْحُسْنِ
“Bidadari tersebut terlihat sum-sum
tulang betisnya di belakang dagingnya karena indahnya” (HR
Al-Bukhari no 3074 dan Muslim no 7330)
Ali Al-Qoori berkata:
((مِنَ الْحُسْنِ)) أَيْ مِنْ أَجْلِ لَطَافَةِ خِلْقَتِهِنَّ،
قَالَ الطِّيْبِي رَحِمَهُ اللهُ : هُوَ تَتْمِيْمٌ صَوْنًا مِنْ تَوَهُّمِ مَا
يُتَصَوَّرُ مِنْ تِلْكَ الرُّؤْيَةِ مِمَّا يَنْفُرُ عَنْهُ الطَّبَعُ،
وَالْحُسْنُ هُوَ الصَّفَاءُ وَرْقَّةُ الْبَشَرَةِ وَنُعُوْمَةُ الْأَعْضَاءِ
“Sabda Nabi ((Karena indahnya))
yaitu karena lembutnya dan halusnya tubuh para bidadari. At-Thiibi rahimahullah
berkata : Sabda Nabi ini merupakan penyempurnaan untuk menjaga agar jangan
sampai disalah pahami, disangka ini merupakan pandangan yang dirasa ngeri oleh
tabi’at. Dan sabda Nabi ((keindahan)) yaitu bersih dan lembutnya kulit serta
halusnya anggota-anggota tubuh” (Mirqootul
Mafaatiih 16/226)
Tentang putihnya bidadari, Allah
berfirman:
كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ
“Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan
baik” (QS As-Shooffaat : 49)
Ibnu Abbas berkata اللُّؤْلُؤْ الْمَكْنُوْنُ ((yaitu mutiara-mutiara putih yang tersimpan)) (lihat Ad-Dur
Al-Mantsuur 7/89)
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ
“Seakan-akan para bidadari itu permata yakut dan mutiara” (QS Ar-Rahman : 58). Qotaadah dan Al-Hasan
Al-Bashri rahimahumallahu berkata tentang ayat ini:
فِي صَفَاءِ الْيَاقُوْتِ وَبَيَاضِ
اللُّؤْلُؤِ
“Para bidadari seperti permata dalam hal bening tubuh
mereka dan seperti mutiara dalam putihnya” (Lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 7/712)
لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ
عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُوْنَ حُلَّةً يَبْدُو مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَائِهَا
“Bagi setiap penghuni surga dua
istri (dari bidadari), yang masing-masing bidadari tersebut memakai 70 gaun,
nampak sum-sum betisnya di balik 70 gaun tersebut” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no
1736)
كَذَلِكَ
وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
“Demikianlah, dan Kami berikan mereka pasangan bidadari
yang bermata jeli.” (QS. Ad Dukhan: 54)
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ
“Di dalam surga itu ada
(bidadari-bidadari) yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar Rahman: 70), Ketika menafsirkan ayat
ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خَيْرَاتُ الأَخْلاقِ، حِسَانُ الْوُجُوهِ
“Sebaik-baik akhlak dan secantik-cantik wajah.” (HR. Thabrani)
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar
pandangannya dan jelita matanya” (QS.
Ash Shaffat: 48)
إِنَّا
أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً . فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا . عُرُبًا أَتْرَابًا
“Sesungguhnya Kami menciptakan
mereka (bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS.
Al Waqiah: 35-37)
Syafaat berasal dari bahasa arab شَفَعَ يَشْفَعُ ‘genap’, lawan dari kata وِتْر ‘ganjil’,
sebagaimana firman Allah ﷻ,
وَالشَّفْعِ
وَالْوَتْرِ
Demi yang genap dan yang ganjil.” (QS. Al-Fajr: 3). Adapun
secara istilah:
التَّوَسُّطُ
لِلغَيْرِ بِجَلْبِ مَنْفَعَةٍ أَوْ دَفْعِ مَضَرَّةٍ
Memberikan
perantara bagi orang lain untuk memberikan manfaat atau menghindari kerusakan.”
(Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah Li
Al-‘Utsaimin 2/168)
Wallaahu A’lam, Abu Akyas.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan