... إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كانَ مُخْتالاً فَخُوراً.
… Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisa:
36)
Haramnya
al-ikhtiyal dan at-tafaakhur. Yang dimaksud dengan al-ikhtiyal
adalah sifat sombong yang terlihat dari sikap dan gerak-gerik perilakunya.
Adapun at-tafaakhur adalah sifat sombong yang kelihatan dari isi dan
gaya bicaranya. (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: QS. An-Nisa, ayat
36-39)
Yang dimaksud dengan al-mukhtal adalah orang yang
congkak dan sombong, sedangkan al-fakhur adalah orang yang suka
menceritakan dirinya dengan perasaan sombong. …
(Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir)
Sikap berwibawa tetapi tidak keras, merasa diri mulia
tetapi tetap sopan, memperbaiki rumah, alat transportasi, gaya badan dan
pakaian bukanlah termasuk sikap sombong. Dalilnya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan
bahwa Rasulullah saw bersabda:
"لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ
مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، فَقَالَ رَجُلٌ: إِنَّ
الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. فَقَالَ
صَلَّى اللّهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللّهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ، اَلْكِبْرُ:
بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ."
“Tidak akan
masuk surga orang yang di hatinya ada rasa sombong meskipun sebesar zarrah.” Kemudian ada seseorang yang bertanya, "Sesungguhnya
ada orang yang suka apabila pakaiannya bagus dan sandalnya juga bagus?"
Kemudian Rasul bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan suka akan
keindahan. Yang dimaksud dengan sombong adalah tidak mau menerima kebenaran
(dengan sikap meremehkan) dan menganggap rendah dan hina orang lain.” (HR.
Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
الَّذِينَ
يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ...
(yaitu)
orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, … (QS. An-Nisa: 37)
… Secara umum orang yang sombong dapat dikelompokkan
menjadi dua. Kelompok pertama adalah orang yang bakhil dan menutup-nutupi
kenikmatan yang sudah dikaruniakan Allah (QS. 4: 37). Kelompok kedua
adalah orang yang menginfakkan hartanya dengan hati yang riya supaya dipuji,
dianggap mulia dan dihormati orang lain… (QS. 4: 38). (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir
Al-Munir: QS. An-Nisa, ayat 36-39)
Nabi Muhammad saw. juga mencela sikap kikir beliau
bersabda:
وَأَيُّ دَاءٍ أَدْوَأُ مِنَ البُخْلِ؟.
"Penyakit
apa yang lebih berbahaya daripada kikir?.” (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Sa'id bin Jabir
berkata, "Orang-orang alim di kalangan Bani Isra'il sangat bakhil dalam
mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian Allah menurunkan ayat الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ.
Ibnu Abbas juga menceritakan bahwa suatu hari segolongan
orang Yahudi menemui sahabat-sahabat Rasulullah saw.. Mereka menggoda sahabat
Rasul supaya tidak menafkahkan hartanya untuk kepentingan agama, mereka juga
menakut-nakuti sahabat rasul dengan kefakiran jika masih terus menafkahkan
harta untuk perjuangan agama. Kemudian para sahabat Nabi berkata kepada mereka,
"Kalian tidak mengetahui apa yang akan terjadi." Dan lalu Allah
menurunkan ayat الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ
بِالْبُخْلِ.
Sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa ayat الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ini turun
berkenaan dengan sikap orang Yahudi yang menutup-nutupi sifat kenabian Muhammad
yang mereka ketahui dalam kitab agama mereka. Mereka tidak mau menerangkan
sifat-sifat tersebut kepada khalayak ramai. (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir
Al-Munir)
... وَيَكْتُمُونَ
ما آتاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ...
…dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. … (QS.
An-Nisa: 37), berupa ilmu maupun harta, dan
mereka ini ialah orang-orang Yahudi, (Tafsir Jalalain: QS. An-Nisa: 37)
... وَأَعْتَدْنا
لِلْكافِرِينَ عَذاباً مُهِيناً.
… Dan Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. (QS. An-Nisa: 37), maksudnya
adalatr siksaan hina selama-lamanya. Hal ini sebagai bentuk siksaan kepadanya
di akhirat. Jika bertemu dengan Tuhannya maka ia akan mendapatkan semua yang
telah ia lakukan pada masa lalu tentang pengufurannya atas perintah Allah SWT,
yang telah diwajibkan kepada dirinya. (Tafsir Ath-Thabari: QS. 4: 37)
وَالَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوالَهُمْ رِئاءَ النَّاسِ ...
Dan
(juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada
manusia, … (QS. An-Nisa: 38), Arti {رِئاءَ النَّاسِ}: ingin populer dan mendapat pujian orang lain. (Tafsir
Al-Munir)
اَلثَّلَاثَةُ الَّذِيْنَ هُمْ أَوَّلُ مَنْ
تُسَجَّرُ بِهِمُ النَّارَ: وَهُمْ العَالِمُ وَالغَازِي وَالْمُنْفِقُ، وَالْمُرَاءُوْنَ
بِأَعْمَالِهِمْ، يَقُوْلُ صَاحِبُ الْمَالِ: مَا تَرَكْتُ مِنْ شَيْءٍ تُحِبُّ أَنْ
يُنْفَقَ فِيْهِ إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيْ سَبِيْلِكَ، فَيَقُوْلُ اللّهُ: كَذِبْتَ،
إِنَّمَا أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ: جَوَّادٌ، فَقَدْ قِيْلَ.
Ada
tiga orang yang pertama dibakar oleh neraka. Mereka adalah orang alim, tentara
Perang dan orang yang menginfakkan harta; yang kesemuanya dibarengi dengan
riya. Hartawan tersebut berkata, 'Setiap amalan infak yang Kamu sukai, aku
selalu melaksanakannya sesuai dengan jalan-Mu.' Allah menjawab, 'kamu bohong.
Sesungguhnya kamu hanya ingin dikatakan sebagai dermawan, dan kamu sudah
mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dll.) (Wahbah
Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir)
... وَلا
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ...
…dan
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. … (QS. An-Nisa: 38), yakni tidak beriman kepada
Allah yang telah menciptakan dan tidak beriman kepada hari kemudian yang pada
saat itu akan dibalas setiap amalan sekecil apapun. (merujuk kepada syarah
hadis Fathul Baari, berawalan: مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ ...)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ ... فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ ...
Dari
Abu Hurairah r.a., ia berkata, … datang (Jibril as. saat berwujud manusia)
yang kemudian bertanya, “Apakah iman itu?” Nabi saw. menjawab, “Iman adalah
kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, utusan-utusan-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan.” (HR.
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari)
عَنْ عُمَرُ بْنُ
الْخَطَّابِ، قَالَ ... قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيمَانِ ، قَالَ : أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللَّهِ ، وَمَلاَئِكَتِهِ ، وَكُتُبِهِ ، وَرُسُلِهِ ، وَالْيَوْمِ
الآخِرِ ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ : صَدَقْتَ ...
Dari ‘Umar bin Al-Khaththab ra., ia berkata: … Dia (Jibril as. saat berwujud manusia) bertanya lagi,
‘Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ‘ Beliau menjawab: “Kamu beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan
takdir baik dan buruk.” Dia berkata, ‘Kamu benar.’ (HR. Muslim)
...
وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطانُ لَهُ قَرِيناً فَساءَ قَرِيناً.
…Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. (QS. An-Nisa: 38)
Al Qarin sama dengat al muqaarin yang
berarti teman atau kekasih, Ia adalah wazan fa'il dari kata al iqran,
Adi bin Zaid berkata:
عَنِ الْمَرْءِ لَا تُسْأَلُ وَسَلْ عَنْ
قَرِيْنِهِ، فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِيْ.
Seseorang
tidak ditanya siapa dia, tapi tanyakanlah siapa sahabatnya Karena setiap orang
(suka) meniru (sIfat) sahabatnya.
Makna ayat adalah, barang siapa menjadikan syetan sebagai
teman di dunia, maka sungguh syetan itu akan menyertainya menjadi temannya di
akhirat. Bisa juga bermakna, orang yang dijadikan syetan untuk menemaninya di
neraka, … (Tafsir Al-Qurthubi: QS. 4: 38)
وَما ذا
عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا
رَزَقَهُمُ اللَّهُ ...
Apakah
kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari
kemudian dan menafkahkan sebahagian rezki yang telah diberikan Allah kepada
mereka ? … (QS. An-Nisa: 39)
Maksud
{وَما ذا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا}
adalah bahaya apakah yang akan menimpa mereka apabila mereka beriman dan berinfak.
Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengingkari perbuatan mereka tersebut.
Dengan beriman dan berinfak mereka tidak akan mendapatkan bahaya. Bahkan
apabila mereka terus mengerjakan kebiasaannya, mereka akan mendapatkan bahaya. (Wahbah
Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir)
... وَكانَ
اللَّهُ بِهِمْ عَلِيماً.
… Dan
adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka. (QS. An-Nisa: 39), Dia
Maha Mengetahui niat mereka. apakah niat yang baik atau yang buruk, dan Dia
Maha Mengetahui siapa yang berhak dari mereka yang mendapat taufik, … (Tafsir
Ibnu Katsir: QS. An-Nisa: 39)
Wallaahu A’lam, Abu Akyas.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan