KEMESRAAN & KEROMANTISAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN ISTRI

 

1) Menempelkan Mulut Pada Bekas Makan & Minum Istri.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ.

Dari Aisyah dia berkata, "Aku pernah minum ketika aku sedang haid, kemudian aku memberikannya kepada Nabi saw, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat mulutku (ketika minum)". Aku juga pernah makan daging yang nempel pada tulang kemudian aku sodorkan kepada Nabi saw. lalu beliau pun meletakan mulutnya pada tempat mulutku ketika aku makan daging tersebut”. H.R. Muslim no.453.

2) Mengusap Air Mata Istri.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. beliau berkata:

»كَانَتْ صَفِيَّةُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَفِيْ سَفَرٌ وَكَانَ ذَلِكَ يَوْمُهَا فَأَبَطَتْ فِي الْمَسِيْرِ فَاسْتَقْبَلَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ تَبْكِيْ وَتَقُوْلُ حَمَلَتْنِيْ عَلَيَّ بَعِيْرٌ بُطْئ ٌفَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ بِيَدَيْهِ عَيْنَيْهَا».

“Suatu ketika Shofiyah bersama Rasulullah saw. dalam perjalanan sedangkan hari itu adalah bagiannya akan tetapi Shofiyah sangat lambat sekali jalannya, lantas Rasulullah saw menghadap kepadanya sedangkan ia menangis dan berkata: “Engkau membawaku di atas unta yang lamban.” Kemudian Rasulullah saw menghapus air mata Shofiyah dengan kedua tangannya.” H.R. Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (no. 9162).

3) Ciuman Mesra.

Diriwayatkan Sayyidah Aisyah r.a. bahwasanya beliau berkata:

»إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ مَصَّ لِسَانَهُ».

“Sesungguhnya Nabi saw ketika mencium salah satu istrinya, beliau mengecup lidahnya.” H.R. Maqdisi dalam Dzakhirah Al-Huffadz (no. 1568).

4) Mandi Bersama.

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata:

»كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ مِنْ الْجَنَابَةِ». رواه البخاري ومسلم وزاد ابن حبان «وَتَلْتَقِيْ أَيْدِيْنَا ».

“Dahulu aku mandi dari junub bersama Rasulullah saw dari satu bejana di mana tangan kami bergantian (mengambil air) di dalamnya.” H.R. Bukhari (no. 253) & Muslim (no. 484), Ibn Hibban (no. 1118) menambahkan: “Sedangkan tangan kami saling bertemu (bersentuhan).”

5) Tiduran Di Pangkuan Istri.

Sayyidah Aisyah r.a. meriwayatkan:

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ وَأَنَا حَائِضٌ».

“Dahulu Rasulullah saw. meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (Al-Qurán) sedangkan aku dalam keadaan haid.” H.R. Abu Daud (no. 227), Bukhari (no. 288), Muslim (no. 454), Ahmad (no. 24442) & Ibnu Majah (no. 626).

6) Disisir Istri.

Sayyidah Aisyah r.a. berkata:

 «كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا حَائِضٌ».

“Dahulu aku menyisir rambut Rasulullah saw sedangkan aku dalam keadaan haid.” H.R. Bukhari (no. 286) & Muslim (no. 710).

 

 

 

 

7) Membelai Istri.

Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair r.a. beliau meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a., beliau berkata:

قَلَّمَا كَانَ يَوْمٌ -أَوْ قَالَتْ قَلَّ يَوْمٌ- إِلَّا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَدْخُلُ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُوْ مِنْ كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ فيِ مَجْلِسِهِ فَيُقَبِّلُ وَيَمَسُّ مِنْ غَيْرِ مَسِيْسٍ وَلَا مُبَاشَرَةٍ» قَالَتْ «ثُمَّ يَبِيْتُ عِنْدَ الَّتِي هُوَ يَوْمُهَا».

“Hampir setiap hari Rasulullah saw mengunjungi semua istrinya, lantas mendekati satu persatu di tempatnya (rumah), kemudian Rasulullah saw mencium dan membelainya tanpa bersetubuh atau berpelukan.” Aisyah berkata: “Lantas beliau menginap di (rumah) istri yang mendapat gilirannya.” H.R. Daruquthni (no. 3781), Hadits senada juga diriwayatkan oleh Ahmad (no. 24809), Hakim (no. 2710), Abu Daud (no. 1823) & Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (no. 19577).

8) Ladies First.

Ladies First adalah istilah pelayanan optimal untuk seorang wanita, di mana suami membukakan pintu, mendahulukan, mempersilahkan dan sejenisnya. Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah saw. kepada istrinya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. dalam sebuah hadits perjalanan pulang dari penaklukan Khaibar:

«خَرَجْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ قَالَ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَوِّي لَهَا وَرَاءَهُ بِعَبَاءَةٍ ثُمَّ يَجْلِسُ عِنْدَ بَعِيرِهِ فَيَضَعُ رُكْبَتَهُ فَتَضَعُ صَفِيَّةُ رِجْلَهَا عَلَى رُكْبَتِهِ حَتَّى تَرْكَبَ».

“Kami keluar menuju Madinah.” Anas berkata: “Aku melihat Rasulullah saw. menyiapkan tempat duduk Shafiyah di belakangnya dengan kain, kemudian beliau duduk di dekat untanya dan memposisikan lututnya, lantas Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta).”  H.R. Bukhari (no. 2679).

9) Panggilan Khusus.

Rasulullah saw. suka memanggil Sayyidah Aisyah dengan panggilan kecil:

«يَا عَائِشَ»

«يَا عُوَيْش»

“Ya Aisy” (H.R. Bukhari no. 3768 & Muslim no. 4480).

“Ya Uwaisy” (H.R. Ibn As-Sunni no. 454).

Keterangan:

Panggilan yang pertama merupakan pemenggalan huruf akhir, sedangkan yang kedua adalah pemenggalan huruf akhir sekaligus panggilan kecil. Dalam kultur Arab pemenggalan huruf akhir dan panggilan kecil menunjukkan panggilan manja/tanda sayang.

Bukan hanya memenggal huruf akhir atau panggilan kecil, akan tetapi Rasulullah saw mempunyai panggilan khusus untuk Sayyidah Aisyah r.a. sebagaimana dalam banyak riwayat hadits (Ibn Majah no. 2465, Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 8951, Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 18433, Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no. 3675, Hakim no. 4587 dll) Rasulullah saw memanggil Sayyidah Aisyah dengan Humaira’ (حميراء) yang artinya adalah putih kemerah-merahan.

Ibnul Atsir menyebutkan dalam An-Nihayah (1/1044):

)كان يقول لها أحيانا يا حُمَيْراء تَصْغير الحَمْراء يريد البَيْضاء(

“Beliau (Rasulullah saw) sering memanggilnya (Aisyah) “Ya Humaira” yang merupakan bentuk Tasghir (panggilan kecil) dari “Hamra” (merah) sedangkan yang dimaksud adalah putih.”

Ibnul Jauzi menyebutkan dalam Kasyful Musyukil (1/1202):

)والعرب تقول امرأة حمراء أي بيضاء(

“Orang Arab berkata : “Wanita yang merah,” artinya putih.”

Qodhi Iyadh menyebutkan dalam Masyariq Al-Anwar (1/702):

)قوله لعائشة يا حميراء تصغير إشفاق ورحمة ومحبة(

“Perkataan beliau kepada Aisyah “Ya Humaira” adalah bentuk Tasghir (panggilan kecil) kasih sayang dan cinta.”

10) Mengantar Istri.

Diriwayatkan dari Ali bin Husein r.a., beliau berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ وَعِنْدَهُ أَزْوَاجُهُ فَرُحْنَ فَقَالَ لِصَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ لَا تَعْجَلِي حَتَّى أَنْصَرِفَ مَعَكِ».

“Suatu ketika Nabi saw berada di Masjid (Nabawi), sedangkan istri-istri beliau ada di dekatnya kemudian mereka pulang. Rasulullah bersabda kepada Shafiyah Binti Huyay: “Jangan buru-buru agar aku bisa pulang bersamamu.” H.R. Bukhari (no. 1897).

Dalam riwayat lain disebutkan:

«أَنَّ صَفِيَّةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهَا يَقْلِبُهَا».

“Sesungguhnya Shafiyah istri Nabi saw mengkhabarkannya (Husein bin Ali) bahwa ia mendatangi Rasulullah saw. yang sedang i’tikaf di Masjid (Nabawi) pada 10 hari terakhir Ramadhan. Kemudian ia berbincang dengan Nabi beberapa waktu lantas berdiri untuk pulang. Kemudian Nabi saw berdiri dan pulang bersamanya.” H.R. Bukhari (no. 1894).

11) Mengajak Istri Keluar Kota.

Kebiasaan Rasulullah saw ketika bepergian keluar kota adalah selalu membawa salah satu istrinya dengan cara diundi, sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ» .

“Rasulullah saw itu ketika hendak bepergian, beliau akan mengundi diantara istri-istrinya. Siapapun undiannya yang keluar, maka beliau akan pergi bersamanya.” H.R. Bukhari (no. 2404) & Muslim (no. 4974).

12) Berbincang Bersama Istri Di Luar.

Jalan malam-malam bersama istri, lantas membincangkan banyak hal. Bicara dari hati ke hati. Bukankah itu sangat mesra sekali? Sayyidah Aisyah r.a. meriwayatkan dalam sebuah Hadits panjang tentang kebiasaan Rasulullah saw keluar kota membawa istri:

«وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ بِاللَّيْلِ سَارَ مَعَ عَائِشَةَ يَتَحَدَّثُ» .

“Dan Nabi saw ketika malam hari berjalan bersama Aisyah, berbincang dengannya.” H.R. Bukhari (no. 4810) & Muslim (no. 4477).

13) Mengajak Istri Makan Di Luar.

Diriwayatkan dari Anas r.a. beliau berkata:

«أَنَّ رَجُلًا فَارِسِيًّا كَانَ جَارًا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ مَرَقَتُهُ أَطْيَبَ شَيٍّ رِيْحًا فَصَنَعَ طَعَامًا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ أَنْ تَعَالَ وَعَائِشَةُ جَنْبِهِ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَهَذِهِ مَعِيْ" وَأَشَارَ إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَ لَا قَالَ ثُمَّ أَشَارَ إِلَيْهِ فَقَالَ: "وَهَذِهَ مَعِيْ" قَالَ لَا ثُمَّ أَشَارَ إِلَيْهِ الثَّالِثَةَ فَقَالَ وَهَذِهِ مَعِيْ وَأَشَارَ إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَ نَعَمْ» .

“Seorang lelaki persia yang merupakan tetangga Nabi saw. mempunyai kuah kaldu paling sedap, kemudian dia membuat makanan dan mendatangi Nabi saw. lantas mengundangnya untuk makan, sedangkan Aisyah berada di samping Nabi. Kemudian Nabi saw bersabda: “Yang ini bagaimana?”-beliau menunjuk kepada Aisyah- maka dia berkata: “Tidak” Kemudian memberi isyarat kepadanya: “Bagaimana dengan ini?” dia berkata: “Tidak”, kemudian Nabi memberi isyarat yang ketiga kalinya dan bersabda: “Ini bersamaku?” kemudian dia berkata: “Ia.” H.R. Ibnu Hibban (no. 5301), Abu Ya’la (no. 3261), Darimi (no. 2119).

14) Menenangkan Amarah Istri Dengan Cara Unik.

Ibnus Sunni dalam Amal Al-Yaum Wa Al-Lailah (no. 454) meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah r.a.:

«كَانَ إِذَا غَضَبَتْ عَائِشَةُ عَرَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْفِهَا وَقَالَ: يَا عُوَيْشُ قُوْلِيْ: اللَّهُمَّ رَبَّ مُحَمَّدٍ اِغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ، وَأَجِرْنِيْ مِنْ مُضِلَّات ِالْفِتَنِ» .

“Ketika Aisyah marah maka Nabi saw mencubit hidungnya dan bersabda: “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah: “Ya Allah, Tuhannya Muhammad ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah Aku dari fitnah yang menyesatkan.”

Kesimpulan:

Dari kumpulan beberapa hadits di atas, bisa kita simpulkan bahwa Rasulullah saw. adalah pribadi yang romantis, mesra dan sangat pengertian kepada istrinya.


Penulis : Al-Ustadz Faqih Aulia

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama