MUQADDIMAH:
Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menetapkan usia seseorang
sebelum ia dilahirkan. Dengan usia (umur hidup di dunia) itu, manusia
diberi kesempatan untuk mempersiapkan bekal menuju kehidupan abadi di akhirat.
Sungguh beruntung jika seorang hamba mampu menggunakan usianya untuk beramal
kebajikan. Akan tetapi sungguh merugi dan celaka seseorang jika ia tidak mampu
menggunakan nikmat waktu dalam usianya untuk beribadah.
عن أبي بَرْزَةَ نَضْلَةَ بن عبيد الأسلمي -رضي الله عنه-
مرفوعاً: لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَومَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ
عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ فِيهِ؟ وَعَنْ مَالِهِ
مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ؟ وفِيمَ أَنْفَقَهُ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ؟
Dari Abu Barzah Naḍlah bin Ubaid Al-Aslami -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Kedua kaki seorang hamba tidak
akan bergeser pada hari kiamat kelak hingga ditanya tentang umurnya, untuk apa
ia habiskan? Tentang ilmunya, untuk apa ia pergunakan? Tentang hartanya, dari mana
ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan? Dan tentang tubuhnya, untuk apa ia
pergunakan?"
Keterangan:
Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari tempatnya
untuk dihisab (perhitungan), ke surga atau ke neraka, hingga ia ditanya
mengenai hidupnya, untuk apa ia habiskan? Apakah dalam ketaatan atau
kemaksiatan? Tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengannya? Apakah dia
mengamalkan apa yang diketahuinya atau tidak? Tentang hartanya, dari mana dia
memperolehnya? Apakah dari (sumber) yang halal atau haram? Untuk apa ia
belanjakan? Dalam ketaatan kepada Allah atau dalam kemaksiatan kepada-Nya?
Tentang tubuhnya, untuk apa ia pergunakan? Dalam ketaatan kepada Allah atau
dalam kemaksiatan kepada-Nya?
Al-Quran sebagai pedoman hidup orang beriman telah memberi
panduan agar kita dapat mempergunakan usia kita dengan ibadah dan beramal
kebajikan. Al-Quran juga memberi hikmah dan penjelasan yang lengkap tentang
tanda-tanda fisik yang ada pada tubuh kita dalam rentang usia kita agar manusia
mampu mengambil pelajaran dan menambah iman.
Inilah beberapa penjelasan terkait usia manusia dalam
Al-Quran:
PERTAMA: SEMAKIN BERTAMBAH USIA SEMAKIN LEMAH TANGAN
MENGGENGGAM, KARENA ALLAH SEDANG MENDIDIK KITA AGAR MELEPASKAN CINTA DUNIA.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan. (Q.S. Hud {11}: 15-16)
Keterangan:
Ayat 15: Setelah menjelaskan tentang bukti-bukti kebenaran ajaran
Islam dan kebenaran Al-Qur'an, maka ayat berikut ini menerangkan bahwa penyebab
orang musyrik mendustakan Al-Qur'an adalah karena dorongan hawa nafsu yang
cenderung mengutamakan urusan duniawi. Barang siapa menghendaki kehidupan dunia
dengan pangkat, kemewahan, serta kenikmatan hidup, dan menginginkan pula
perhiasannya seperti harta kekayaan yang melimpah, fasilitas hidup yang lengkap
dan mewah, pasti Kami akan berikan balasan penuh atas pekerjaan dan jerih payah
mereka selama di dunia dengan sempurna. Itulah ketetapan Allah yang berlaku
bagi siapa saja yang bekerja akan mendapatkan hasil dari jerih payahnya, dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan oleh hasil usaha mereka sendiri.
Barang siapa yang menginginkan
kesenangan hidup di dunia seperti makanan, minuman, perhiasan, pakaian, perabot
rumah tangga, binatang ternak, dan anak-anak tanpa mengadakan persiapan untuk
kehidupan di akhirat, seperti beramal kebajikan, membersihkan diri dari
berbagai sifat yang tercela, maka Allah akan memberikan kepada mereka apa yang
mereka inginkan sesuai dengan sunnatullah atau ketentuan Allah. Dia tidak akan
mengurangi sedikit pun dari hasil usaha mereka itu, karena untuk memperoleh
rezeki tersebut terkait dengan usaha seseorang.
Hasil usaha mereka di dunia
itu tergantung kepada usaha mereka dan sunnatullah dalam kehidupan, sedang
amal-amal keakhiratan, balasannya ditentukan oleh Allah Taala sendiri tanpa perantara
seorang pun.
Ayat 16: Orang-orang yang amal perbuatannya hanya berorientasi
duniawi semata, itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat
kecuali neraka. Mereka berusaha di dunia bukan atas dorongan iman, taat,
pendekatan diri kepada Allah, dan membersihkan diri dari dosa, maka sia-sialah
di akhirat sana apa yang telah mereka usahakan berupa harta kekayaan dan
pangkat selama di dunia. Dan oleh karenanya, terhapuslah apa yang telah mereka
kerjakan selama hidup di dunia. Bagi orang yang bekerja hanya untuk mencari
kebahagiaan dan kemewahan dunia, Allah pasti akan berikan sesuai dengan apa
yang mereka usahakan.
Orang-orang yang amalnya hanya
diniatkan sekadar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan tidak diniatkan
sebagai persiapan untuk menghadapi akhirat, tidak memperoleh apa pun kecuali
neraka. Mereka berusaha di dunia bukan karena dorongan iman pada Allah dan
bukan untuk membersihkan diri dari dosa dan kejahatan dan bukan pula untuk
mengejar keutamaan dan takwa, akan tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan
hawa nafsu sepuas-puasnya. Itulah sebabnya Allah menjadikan apa yang telah
mereka kerjakan di dunia sia-sia belaka.
Allah berfirman: Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka
Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang
Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa
menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh,
sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan
baik. (al-Isra/17: 18-19)
KEDUA: SEMAKIN BERTAMBAH USIA
SEMAKIN KABUR MATA KITA, KARENA ALLAH SEDANG MENCERAHKAN MATA HATI UNTUK
MELIHAT AKHIRAT.
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى
وَأَضَلُّ سَبِيلا (72)
Dan barang siapa yang
buta (hatinya) di dunia
ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan
lebih tersesat dari jalan (yang benar). (Q.S. Al-Israa’ {17}: 72)
Keterangan:
Dan barang siapa
buta hatinya di dunia ini, menempuh jalan yang sesat dan durhaka
kepada Tuhan, maka di akhirat dia akan buta pula hatinya dan
tersesat jauh dari jalan yang benar. Tidak ada waktu lagi untuk bertobat
dan mencari keselamatan dari azab Tuhan. Kepada mereka diberikan catatan
amalnya di tangan kirinya. Mereka itulah orang-orang yang celaka disebabkan
karena kesesatan dan kedurhakaannya kepada Tuhan.
Kemudian dijelaskan bahwa
barang siapa yang buta hatinya di dunia, yakni yang tidak mau melihat kebenaran
petunjuk Allah, dan tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya, niscaya
di akhirat nanti ia lebih buta dan tidak dapat mencari jalan untuk
menyelamatkan dirinya dari siksaan neraka. Bahkan, mereka lebih sesat lagi dari
keadaannya di dunia, karena roh mereka pada waktu itu ialah roh pada waktu di
dunia juga. Roh yang dibangkitkan Allah swt di akhirat ialah roh yang keluar
dari jasadnya ketika meninggal dunia seperti buah-buahan yang muncul dari
batangnya. Buah dan batang mempunyai sifat yang sama. Demikian pula roh manusia
pada waktu itu, dia bangkit dengan membawa seluruh sifat, akhlak, dan amalnya.
Ia mengetahui keadaan dirinya. Ia merasa bahagia ataupun celaka sesuai dengan
keadaan dirinya. Apabila keadaan roh manusia itu lalai di dunia, di akhirat pun
akan lalai karena ia telah mengabaikan berbagai sarana dan alat untuk menguasai
ilmu, dan terbiasa malas mengamalkan perintah Allah. Ia pun akan
mengumpat-umpat dan mencerca dirinya sendiri.
KETIGA: SEMAKIN BERTAMBAH USIA SEMAKIN SENSITIF PERASAAN
KITA, KARENA ALLAH SEDANG MENGAJARKAN BAHWA PAUTAN HATI DENGAN MAKHLUK
SENANTIASA MENGHAMPAKAN. NAMUN HATI YANG BERPAUT KEPADA ALLAH, TIADA PERNAH
MENGECEWAKAN.
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ
اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ (22)
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala
urusan. (Q.S. Lukman {31}: 22)
Keterangan:
Sungguh mengherankan jika
seseorang mengingkari wujud dan keesaan-Nya, apalagi hal itu hanya didasarkan
pada taklid buta. Ia tidak memiliki pegangan, berbeda halnya dengan orang yang
berserah diri kepada Allah. Siapa saja yang berserah diri kepada Allah dengan
penuh keikhlasan, sedang dia orang yang berbuat kebaikan dengan menebarkan
kebajikan kepada siapa pun dan di mana pun, maka sesungguhnya dia telah
berpegang kepada buhul tali yang kukuh. Di akhirat ia akan memperoleh
balasannya karena hanya kepada Allah kesudahan segala urusan untuk diputuskan
dan dibalas dengan sangat adil.
Ayat ini menerangkan bahwa
orang-orang yang menyembah Allah, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya,
ikhlas dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan
meninggalkan semua perbuatan maksiat dan mungkar, berarti telah berpegang pada
buhul tali yang kukuh.
Maksud perkataan
"ihsan" dalam ayat ini ialah beribadah kepada Allah dengan
sungguh-sungguh, sehingga merasakan seolah-olah berhadapan langsung dengan-Nya,
sebagaimana yang diterangkan oleh hadis, bahwa Nabi saw ditanya Jibril: Terangkanlah
kepadaku tentang ihsan, Nabi saw menjawab, "Bahwa engkau menyembah Allah,
seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Dia melihat engkau." (Riwayat Muslim dari 'Umar)
Allah mengibaratkan orang yang
melakukan "ihsan" yang benar-benar beriman kepada-Nya, taat
melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya
adalah sebagai pendaki gunung, yang menggunakan tali yang dibundelkan pada
tempat berpegang. Ia tidak usah khawatir karena ia menggunakan tali dengan
buhul-buhul yang kuat dan kukuh tempat berpegang. Tidak ada kekhawatiran
sedikit pun dalam hatinya akan jatuh.
Pada akhir ayat ini
diterangkan bahwa semua makhluk kembali kepada Allah saja. Oleh karena itu,
hanya Dialah yang memberikan penghargaan yang baik kepada orang yang bertawakal
dengan memberikan pembalasan yang baik pula.
KEEMPAT: SEMAKIN BERTAMBAH
USIA SEMAKIN GUGUR GIGI-GIGI KITA, KARENA ALLAH SEDANG MENGINGATKAN BAHWA SUATU
HARI KITA AKAN GUGUR KEDALAM TANAH SELAMANYA.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ
يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (145)
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin
Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu,
dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. (Q.S. Ali-Imran {3}: 145)
Keterangan:
Sebagian pasukan muslim lari
dari medan Perang Uhud karena takut mati. Mereka lupa bahwa setiap yang
bernyawa tidak akan mati dengan sebab apa pun kecuali dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya sehingga tidak bisa disegerakan
dengan tetap bertahan dalam medan pertempuran atau ditunda dengan meninggalkan
medan perang. Barang siapa berperang dan berusaha karena menghendaki pahala
dunia, niscaya Kami berikan kepadanya sebagian pahala dunia itu bagi siapa yang
Kami kehendaki, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula
kepadanya pahala akhirat itu sebagai anugerah Kami atas syukur mereka yang
telah menggunakan nikmat Kami sebagaimana seharusnya, dan pasti Kami akan
memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur (Lihat: Surah
al-Isra '/17: 18-19)
Allah menyatakan, "Semua
yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin-Nya, tepat pada waktunya
sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya." Artinya: persoalan mati itu
hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang
ditakuti. Ini merupakan teguran kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan
Perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat
Islam yang sedang berjuang di jalan Allah. Seterusnya Allah memberikan
bimbingan kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan Allah dengan
firman-Nya: Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala (dunia) itu. (Ali 'Imran/3:145).
Ini berarti setiap orang Islam
harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan.
Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar
bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat
dunia saja. Dan barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka
Allah akan membalasnya dengan pahala akhirat. Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya dan
selalu mendampingi Nabi-Nya.
KELIMA: SEMAKIN BERTAMBAH USIA
SEMAKIN DITARIK NIKMAT KEKUATAN TULANG & SENDI KITA, KARENA ALLAH SEDANG
MENGINGATKAN BAHWA TAK LAMA LAGI NYAWANYA AKAN DIAMBIL.
أَيْنَما تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي
بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هذِهِ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمالِ هؤُلاءِ الْقَوْمِ لَا يَكادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثاً (78)
Di mana saja kalian berada,
kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh." Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah." Dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana, mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah."
Maka mengapa orang-orang itu (munafikin) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun? (Q.S. An-Nisa {4}: 78)
Keterangan:
Di mana pun kamu berada, wahai
orang-orang yang enggan berperang di jalan Allah, kematian itu pasti akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada pada persembunyian di dalam benteng
yang tinggi dan kukuh yang tidak terdapat celah sedikit pun untuk menembusnya.
Jika mereka, orang-orang yang enggan itu, memperoleh kebaikan, yakni sesuatu
yang menyenangkan dan menggembirakan, mereka mengatakan," Ini dari sisi
Allah,"dan jika mereka ditimpa suatu keburukan atau kondisi yang tidak
menyenangkan, mereka akan mengatakan, "Ini dari engkau, yakni disebabkan
olehmu, wahai Muhammad. " Katakanlah, Semuanya datang dari sisi Allah dan
karena izin-Nya." Maka mengapa orang-orang yang mengucapkan kata-kata
seperti itu, yakni orang-orang munafik, hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan dan penjelasan seperti itu sedikit pun?"
Maut (mati) adalah suatu hal
yang pasti datangnya. Tidak seorang pun yang dapat lepas dari padanya di
manapun dia berada meskipun berlindung di dalam benteng yang kokoh kuat. Karena
itu tidaklah wajar manusia takut mati meskipun ia berada di dalam kancah
peperangan. Jika sampai ajalnya, tentulah ia mati, meskipun ia hidup mewah di
dalam istana atau bertahan di dalam benteng yang kokoh.
Ayat ini merupakan kecaman
Allah terhadap segolongan kaum Muslimin yang tidak mempunyai semangat juang
untuk membela kebenaran, mereka tak mau berperang karena takut mati. Sikap
pengecut dan kemunafikan mereka itu tidak lain disebabkan kelemahan iman dan
piciknya pikiran mereka.
Selanjutnya digambarkan
kepicikan akal mereka yang tidak mau berperang karena takut mati. Sikap
pengecut mereka anggap sebagai karunia dari Allah sedang malapetaka yang
menimpa mereka adalah karena datangnya Muhammad ke Medinah, sehingga musim
kemarau yang menimpa kota Medinah mereka anggap sebagai musibah yang
ditimbulkan oleh kedatangan Nabi Muhammad dan kesialannya. Adapun orang yang
beriman ia tetap berpendirian bahwa baik dan buruk adalah datangnya dari Allah.
Pendirian seperti inilah yang Allah perintahkan kepada Muhammad agar
disampaikan kepada mereka. Sekiranya mereka tidak dapat memahaminya, mereka
akan tetap sepanjang masa di dalam kegelapan. Jika mereka dapat memahaminya
tentulah mereka tidak akan mengatakan bahwa hal yang buruk itu dikarenakan
celanya seseorang, tetapi baik dan buruk itu akan mereka ketahui erat
hubungannya dengan sebab musabab yang telah menjadi sunah Allah.
KEENAM: SEMAKIN BERTAMBAH USIA
SEMAKIN PUTIH RAMBUT KITA, KARENA ALLAH SEDANG INGATKAN KAIN KAFAN YANG PUTIH.
كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّما تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فازَ وَمَا الْحَياةُ الدُّنْيا إِلاَّ مَتاعُ الْغُرُورِ (185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala
kalian. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan. (Q.S. Ali-Imran {3}: 185).
Keterangan:
Pada ayat lalu dijelaskan
sikap orang-orang munafik yang menduga bahwa mereka dapat menghindar dari
kematian. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa kematian dialami oleh setiap
makhluk dan bisa terjadi kapan saja. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati
tanpa terkecuali. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna
balasan kamu dari amal perbuatan baik dan buruk yang kamu lakukan selama di
dunia. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kebahagiaan hakiki bukanlah berupa
kedudukan dan pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, rumah dan istana yang
mewah. Semua itu akan musnah. Karena itu, jangan jadikan seluruh perhatian kamu
pada kehidupan kini dan sekarang, karena kehidupan dunia hanyalah kesenangan
yang memperdaya setiap orang yang hanya mementingkan kebahagiaan sementara.
Setiap yang bernyawa akan
merasakan mati dan di hari kiamat nanti disempurnakan balasan masing-masing
yang baik dibalas dengan yang baik, yaitu surga dan yang buruk akan dibalas
dengan yang buruk pula yaitu neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah saw: Kubur
itu merupakan taman dari taman-taman surga, atau merupakan jurang dari
jurang-jurang neraka. (Riwayat at-Tirmidzi dan at-thabrani).
Siapa yang dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, dialah yang berbahagia. Untuk mencapai
kebahagiaan di atas, baiklah kita perhatikan sabda Rasulullah saw sebagai
berikut: "Siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, hendaklah ia mati di dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari
akhirat, dan agar ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai diperbuat
orang kepadanya." (Riwayat Imam Ahmad).
Kehidupan di dunia ini tiada lain kecuali kesenangan yang memperdayakan.
Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman, pangkat,
kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Disangkanya
itulah kebahagiaan, maka tenggelamlah ia dan asyik dengan kenikmatan dunia.
Padahal kalau manusia kurang pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan
menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di dunia dan di akhirat kelak
mendapat azab yang pedih.
KETUJUH: BEGITU JUGA HATI
KITA, SEMAKIN BERTAMBAH USIA SEMAKIN SEPI DAN INGIN BERSENDIRIAN. KARENA ALLAH
SEDANG MENDIDIK KITA UNTUK MELEPASKAN CINTA MANUSIA DAN DUNIA.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (32)
Dan tiadalah kehidupan dunia
ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat
itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian
memahaminya? (Q.S. Al-An’am {6}: 32)
Keterangan:
Dan sebenarnya kalau mereka
menggunakan nalar dan nurani yang jernih dalam menyikapi ajaran Al-Qur'an,
mereka akan memahami bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda
gurau yang hanya akan bermanfaat jika digunakan untuk kehidupan di akhirat.
Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa, yaitu mereka yang beriman dan melindungi dirinya dari malapetaka
dunia dan akhirat. Apakah kamu tidak memikirkan-nya secara mendalam?
Ayat ini menegaskan gambaran
kehidupan duniawi dan ukhrawi. Kehidupan dunia sesungguhnya tidak lain hanyalah
permainan dan hiburan. Bagi mereka yang mengingkari hari kebangkitan sehingga
mereka sangat mencintai hidup duniawi, seperti anak-anak bermain-main, mereka memperoleh
kesenangan dan kepuasan sewaktu dalam permainan itu. Semakin pandai mereka
mempergunakan waktu bermain semakin banyak kesenangan dan kepuasan yang mereka
peroleh. Sehabis bermain itu, mereka tidak memperoleh apa-apa. Atau seperti
pecandu narkotik, dia mendapatkan perasaan yang amat menyenangkan sewaktu dia
tenggelam dalam kemabukan narkotika itu. Hilanglah segala gangguan pikiran yang
tidak menyenangkan, lenyaplah kelelahan dan kelesuan rohaniah dan jasmaniah
pada waktu itu. Tetapi itu hanya sebentar, bila pengaruh narkotik itu sudah
tidak ada lagi, perasaan yang menyenangkan itupun lenyap dan dia menderita
kelelahan lebih berat dari sebelum menggunakan narkotik. Begitulah keadaan
orang-orang yang ingkar terhadap hari kebangkitan dan hidup sesudah mati.
Mereka membatasi diri mereka dalam kesempatan yang pendek itu. Hidup bagi
mereka adalah permainan dan hiburan.
Orang-orang beriman dan
bertakwa tidak berpikir seperti orang-orang yang ingkar. Tidaklah patut mereka
membatasi diri pada garis kehidupan duniawi. Apakah arti kesenangan dan
kenikmatan yang hanya sementara, untuk kemudian menderita dengan tidak
memperoleh apa-apa. Oleh karena itu, hendaknya orang-orang beriman memilih
kehidupan yang kekal yakni kehidupan ukhrawi, sebab itulah kehidupan yang
paling baik. Untuk menghadapi kehidupan yang panjang ini hendaklah
mempersiapkan diri dengan amal kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Kehidupan
dunia hanyalah perantara bagi kehidupan akhirat. Orang-orang beriman lebih
memilih kehidupan yang abadi daripada kehidupan sementara.
Banyak orang yang melewati
hari-harinya dengan hura-hura, berfoya-foya, dan perbuatan sia-sia. Bahkan
tidak jarang dari mereka yang tenggelam dalam dosa. Tidaklah mereka melakukan
ketaatan sebagai bekal di hari kemudian dan tidak pula mengisi dengan kegiatan
positif yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia.
Seolah keadaannya mengatakan
bahwa hidup hanyalah di dunia ini saja. Tiada yang terbayang di benaknya
kecuali terpenuhi syahwat dan nafsunya. Orang yang seperti ini tidak jauh dari
binatang bahkan lebih jelek keadaannya.
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه
وسلم- قال: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فيهما كثيرٌ من الناس: الصحةُ، والفراغُ.
Dari Abdullah bin Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Dua nikmat yang dilalaikan oleh banyak manusia, yaitu kesehatan dan waktu
luang."
Keterangan:
Ada dua nikmat di antara
nikmat-nikmat Allah yang diberikan pada manusia, di mana ia tidak mengetahui
nilai keduanya dan merugi besar terkait keduanya, yaitu kesehatan tubuh dan
kesenggangan diri (atau waktu). Pasalnya, manusia itu tidak akan konsentrasi
pada amalan ketaatan kecuali bila hidupnya tercukupi dan berbadan sehat. Bisa
jadi ia berkecukupan namun tidak sehat atau ia sehat namun tidak berkecukupan
sehingga iapun tidak dapat berkonsentrasi menuntut ilmu dan beramal karena
disibukkan oleh kerja mencari rezeki. Siapa yang memperoleh dua perkara ini
namun malas melakukan ketaatan pada Allah berarti ia laksana "magbūn"
yakni orang yang rugi dalam perniagaannya.
Sesungguhnya Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan untuk serius dalam memanfaatkan
kesempatan sebelum datangnya penghalang. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
kepada seseorang dengan menasihatinya:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ
صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ
شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima
perkara:
(1) Waktu mudamu
sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim
mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya
tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim.
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Ghonim bin Qois berkata:
كنا نتواعظُ في أوَّل الإسلام : ابنَ آدم ، اعمل في فراغك قبل شُغلك
، وفي شبابك لكبرك ، وفي صحتك لمرضك ، وفي دنياك لآخرتك . وفي حياتك لموتك
“Di awal-awal Islam, kami juga saling menasehati: wahai
manusia, beramallah di waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu,
beramallah di waktu mudamu untuk masa tuamu, beramallah di kala sehatmu sebelum
datang sakitmu, beramallah di dunia untuk akhiratmu, dan beramallah ketika
hidup sebelum datang matimu.” (Disebutkan dalam Hilyatul
Auliya’. Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam,
2: 387-388).
Semua itu kata Ibnu Rajab Al Hambali merintangi kita dalam
beramal dan sebagiannya melalaikan kita seperti pada sebagian orang. Lihat saja
ketika seseorang fakir dibanding ketika ia kaya, lihat pula ketika ia sakit,
sudah menginjak masa tua atau bahkan mati yang tidak mungkin lagi beramal.
(Lihat Idem, 2: 388).
JIKA WAKTU MUDA SUDAH MALAS IBADAH, JANGAN
HARAP WAKTU TUA BISA GIAT.
JIKA WAKTU SEHAT SAJA SUDAH MALAS SHALAT,
JANGAN HARAP KETIKA SUSAH SAAT SAKIT BISA SEMANGAT.
JIKA SAAT KAYA SUDAH MALAS SEDEKAH, JANGAN
HARAP KETIKA MISKIN BISA KELUARKAN HARTA UNTUK JALAN KEBAIKAN.
JIKA ADA WAKTU LUANG ENGGAN MEMPELAJARI ILMU
AGAMA, JANGAN HARAP SAAT SIBUK BISA DUDUK ATAU MENYEMPATKAN DIRI UNTUK MERAIH
ILMU.
JIKA HIDUP SUDAH ENGGAN BERTAKWA DAN
MENGENAKAN JILBAB, APA SEKARANG MAU TUNGGU MATI?
SAUDARA KU…
PESAN KU UNTUK MU, JIKA KELAK KAU TIDAK MENDAPATI
KU DI DALAM SURGA ALLAH, MAKA CARI AKU DI NERAKA ALLAH, KEMUDIAN TARIK TANGAN
KU DAN AJAK AKU MEMASUKI SURGA ALLAH. SESUNGGUHNYA TANGAN ITU TELAH MENJADI
SAKSI DI HADAPAN ALLAH, BAHWA DAHULU TANGAN ITU PERNAH IKUT ANDIL DALAM MEMBELA
AGAMA ALLAH (MELALUI TULISAN YANG BERMANFAAT).
Penulis : Al-Ustadz Faqih Aulia
Jazakamullah khairan katsiiran ilmunya, teruslah menjadi pemuda yang mencerahkan dan bermanfaat untuk umat
BalasHapusPosting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan