QUNUT
1.
Hukum dan Tempat Qunut
Qunut hukumnya sunnat, dan dilakukan hanya pada waktu adanya nazilah
[musibah yang menimpa kaum muslimin] sehingga disebut qunut nazilah. Qunut
Nazilah ini dilakukan pada raka’at terakhir setelah bangkit dari ruku’, sesudah
membaca ‘Sami’Allahu liman hamidah’, pada setiap shalat fardhu.
قَالَ أَنَسٌ رضي
الله عنه إِنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - لَمْ يَقْنُتْ إلَّا إذَا دَعَا
لِقَوْمٍ أَوْ دَعَا عَلَى قَوْمٍ.
Anas ra. Berkata, “Nabi saw. Tidak qunut
melainkan apabila hendak mendo’akan kebaikan bagi satu kaum atau kecelakaan
atas satu kaum.” (Shahih Ibnu Khuzaimah 1: 314 no. 620)
قَالَ أَبُوْ
سَلَمَةَ: قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ لَأُقَرِّبَنَّ صَلَاةَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَقْنُتُ فِي رَكْعَةِ الاُخْرَى مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ وَصَلَاةِ
الْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ.
Abu Salamah berkata, Abu Hurairah ra. berkata,
“Sesungguhnya aku tunjukkan kepadamu shalat Rasulullah.” Abu Hurairah itu biasa
qunut pada raka’at yang akhir dari shalat Zhuhur, ‘Isya, dan Shubuh. Setelah
mengucapkan, ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH’, ia mendo’akan keselamatan kaum
mu’minin dan ia mela’nat kaum kafirin. (Shahih Al-Bukhari 1: 275 no. 764,
Shahih Muslim 1: 468 no. 676, Sunan ad-Daraquthniy 2: 38 no. 8, Sunan
al-Baihaqiy al-Kubra 2: 198 no. 2910, Musnad Ahmad ibnu Hanbal 2: 337 no. 8426)
قَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِى الظُّهْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ فِى
دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ :« سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ». مِنَ
الرَّكْعَةِ الأَخِيرَةِ يَدْعُو عَلَيْهِمْ عَلَى حَىٍّ مِنْ بَنِى سُلَيْمٍ
عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ.
Ibnu ‘Abbas ra. berkata, “Rasulullah saw. Pernah
qunut satu bulan berturut-turut pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya’ dan
Shubuh pada akhir tiap-tiap shalat sesudah mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN
HAMIDAH’, yaitu pada raka’at yang akhir. Ia mendo’akan kecelakaan atas satu
kaum yang Bernama Ra’lin, Dzakwan, dan ‘Ushayyah dari Kaum Bani Sulaim;
sementara ma’mum yang di belakannya meng-aminkannya.” (Shahih Ibnu Khuzaimah
1: 313 no. 618, Sunan al-Baihaqiy al-Kubra 2: 200 no. 2919, Sunan Abi Dawud 2:
68 no. 1443, Musnad Ahmad ibnu Hanbal 1: 301 no. 2746, al-Muntaqa li Ibni
al-Jarud 1: 60 no. 198)
قَالَ أَبُوْ
هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَرَادَ
أَنْ يَدْعُوَ عَلى أَحَدٍ، أَوْ يَدْعُوْ لِأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوْعِ.
Abu Hurairah ra. berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah saw. Apabila hendak mendo’akan kecelakaan atas seseorang atau
kebaikan bagi seseorang, Nabi qunut sesudah ruku’.” (Shahih al-Bukhariy 4:
1661 no. 4284, Sunan ad-Darimiy 1: 453 no. 1595, Musnad Ahmad ibnu Hanbal 2:
255 no. 7458)
2.
Do’a Qunut
Nabi saw. melakukan qunut tidak dengan do’a tertentu. Beliau
memang tidak memerintahkan untuk membaca do’a tertentu. Dengan demikian, do’a
qunut itu disesuaikan dengan keperluan kita. Adapun do’a qunut yang pernah
diucapkan oleh beliau di antaranya adalah sebagaimana disebutkan dalam
keterangan berikut:
قَالَ أَبُوْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي الْعِشَاءَ إِذْ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ
قَالَ قَبْلَ أَنْ يَسْجُدَ اللَّهُمَّ نَجِّ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ
اللَّهُمَّ نَجِّ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ نَجِّ الْوَلِيدَ بْنَ
الْوَلِيدِ اللَّهُمَّ نَجِّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ
اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ.
Abu Hurairah ra. berkata, “Nabi saw. Shalat
‘Isya, ia berkata, ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH’. Kemudian ia berkata
sebelum sujud, ‘ALLAHUMMA NAJJI ‘AYYASY IBNA ABI RABI’AH, ALLAHUMMA
NAJJI SALAMATA IBN HISYAM, ALLAHUMMA NAJJI AL-WALID IBNAL WALID, ALLAHUMMA
NAJJI AL-MUSTADL’AFINA MINAL MU’MININA, ALLAHUMMASYDAD WATH-ATAKA ‘ALA MUDLORO,
ALLAHUMMAJ’ALHA SININA KA SINIY YUSUF’. [Ya Allah, selamatkanlah ‘Ayyasy bin
Abi Rabi’ah, Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyam, Ya Allah, selamatkanlah
Al-Walid bin Walid, Ya Allah, selamatkanlah orang-orang yang lemah dari
golongan mu’minin. Ya Allah, jadikanlah tindasan-Mu atas mereka itu tahun-tahun
(kepayahan) sebagaimana tahun-tahun (kepayahan Nabi) Yusuf].” (Shahih
Muslim 1: 467 no. 675, Shahih Ibnu Hibban 5: 323 no. 1986, Sunan Abu Dawud 2:
68 no. 1442, Musnad Ahmad bin Hanbal 2: 255 no. 7455, 2: 271 no. 7656)
Kesimpulan:
1.
Lafadz qunut itu mempunyai
beberapa arti di antaranya ta’at, ibadah, tekun, khusyu’, doa dan lain-lain.
2.
Qunut Nazilah ialah qunut yang
dilakukan karena ada musibah yang menimpa ummat Islam.
3.
Qunut Nazilah dilakukan pada
raka’at akhir setiap shalat fardlu, setelah ‘sami’Allahu liman hamidah’.
Dilakukan sementara waktu dengan do’a yang sesuai dengan tuntunan situasinya.
4. Qunut Shubuh dengan do’a “Allahumma ihdini fi man hadait… dst.” Tidak terdapat dalil yang kuat yang dapat dijadikan hujjah. (Dewan Hisbah Persatuan Islam, Risalah Shalat. Bandung: Persis Press, cetakan ke-7 Februari 2019, hlm. 227-229)
Kontributor: Abu Akyas
Ilustrator: Aditya Rahman & Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan (Raka & Nazib)
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan