SHALAT SHUBUH TANPA QUNUT



 Soal     :  Shahkah shalat dengan tidak pakai qunut pada shalat Shubuh?

Jawab : Sebelum menerangkan shah tidaknya shalat shubuh yang tiada dengan do’a Qunut, saya akan menerangkan lebih dahulu, darihal duduknya do’a Qunut.

            Ketahuilah, bahwa di fashal yang tersebut, ‘ulama’-‘ulama’ fiqih telah mufakat, bahwa do’a Qunut itu tiada boleh dikerjakan di shalat: Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya, melainkan di waktu ada kecelakaan.

            Adapun Qunut di shalat Shubuh, maka mereka itu ada berlawanan pendapat.

            Firqah yang pertama berpendapat, bahwa do’a Qunut itu boleh dikerjakan di masa shalat Shubuh, walaupun bukan di waktu kecelakaan.

            Firqah yang kedua pendapatnya berlawanan dari yang tersebut itu.

 

Berkata firqah pertama:

            Menurut pendapat kami, bahwa do’a Qunut itu tiada boleh dikerjakan di shalat fardlu, jikalau tidak di masa kecelakaan, melainkan di masa shalat Shubuh saja, oleh karena Nabi saw. Tak putus-putus mengerjakan yang sedemikian itu sehingga beliau meninggal dunia.

            Inilah alasan kami:

 

قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: إِنَّ النَّبِيَّ ص. قَنَتَ شَهْرٍا يَدْعُوْ عَلَى قَاتِلِيْ أَصْحَابِهِ بِبِؤْرِ مَعُوْنَةَ ثُمَّ تَرَكَ فَاَمّا فِيْ الصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

Telah berkata Anas bin Malik: Bahwa Nabi Saw pernah mendoa qunut selama sebulan, yaitu mendoakan (kecelakaan) atas orang-orang yang membunuh shahabat-shahabatnya di Bi'ir Ma'unah, kemudian beliau berhenti. Adapun shalat shubuh maka beliau tak putus berqunut, sehingga beliau meninggal dunia. (H.R. Ahmad, Daraquthnie, Abdurrazzaq, Abu Nu'aim, Baihaqi, dan Hakim) Hadis ini telah disahkan oleh Imam Hakim.

 

قَالَ الرَّبِيْعُ قَالَ رَجُلٌ لِأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَقَنَتَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ص شَهْرًا يَدْعُوْ عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ العَرَبِ؟ قَالَ: فَزَجَرَهُ أَنَسٌ وَقَالَ: مَا زَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ص يَقْنُتُ فِيْ الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

Telah berkata Rabi': Seorang lelaki pernah bertanya kepada Anas bin Malik: Betulkah Rasulullah Saw pernah berqunut selama sebulan, yaitu mendoakan (kecelakaan) atas satu puak daripada bangsa Arab? Berkata Rabi': Lalu Anas tegor dia dengan keras sambil berkata: Tidak putus-putus Rasulullah Saw berqunut di shalat shubuh sehingga meninggal dunia. (HR. Ishaq bin Rahawaih)

 

Ada lagi riwayat:

قَالَ أَنَسٌ بن مالك رضي الله عنه: صَلَّيڜْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِيْ صَلَاةِ الغَدَاةُ حَتَّى فَارَقْتُهُ وَ خَلْفَ أَبِيْ بَكْرٍ كَذٰلِكَ وَلْفَ عُمَرَ كَذٰلِكَ.

Telah berkata Anas: Saya biasa shalat beserta Rasulullah Saw maka beliau itu tak putus-putus berqunut di shalat pagi sehingga saya pisah dari beliau, dan (berma'mum saya) di belakang Abu Bakar, ia begitu pula, dan di belakang Umar, ia sebegitu pula. (H.r. Al-Hasan bin Sufyan)

 

Ada lagi riwayat:

قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: «كَانَ رسولُ الله صلّى الله عليه وسلم إذَا رَفَع رَأْسَه مِن الرُّكوعِ مِن صَلاةِ الصُّبحِ في الرَّكْعةِ الثانية، رفَع يَدَيْه، فيَدعُو بِهذا الدعاءِ: اللّٰهُم اهْدِنِيْ فِيمَن هَدَيْتَ وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ.

Telah berkata Abu Hurairah: Adalah Rasulullah Saw apabila mengangkat kepalanya dari ruku'shalat Shubuh pada raka'at yang kedua, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu mendoa dengan do'a ini: Allaahummahdini ... (HR. Hakim) Imam Hakim berkata: Hadis ini shahih.

 

Ada lagi riwayat:

قال بُرَيْدُ بْنُ أَبِيْ مَرْيَمَ: سَمِعْتُ ابْنَ الحَنَفِيَّةِ وَابْنَ عَبَّاسٍ يَقُوْلَانِ: كَانَ النَّبِيُّ صلّى الله عليه وسلم يَقْنُتُ فِيْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَفِيْ وِتْرِ اللَّيْلِ بِهٰؤُلَاءِ الكَلِمَاتِ.

Telah berkata Buraid bin Abi Maryam: Saya pernah dengar dari Ibnul-Hanafiyah dan Ibnu Abbas, keduanya itu berkata: Adalah Nabi Saw itu selamanya berqunut pada Shalat shubuh, dan pada shalat witir pada waktu malam dengan do'a itu. (HR. Baihaqi)

 

Dengan keterangan lima riwayat dari hal perbuatan Nabi Saw itu, kita bisa mengetahui, bahwa do'a qunut di shalat shubuh itu hukumnya, ialah Sunnah, oleh karena Rasulullah tak pernah meninggalkannya, maupun di waktu tak ada apa-apa; dan qunut ini telah dijalankan pula oleh Khulafa' yang empat dengan tak putus-putus pula. Demikian menurut perkataan Imam Rafi'i.

 

Adapun dalam riwayatnya tersebut begini:

قال العَوَّامُ بنُ حمزةَ: سألتُ أبا عثمانَ عن القُنوتِ في الصبحِ، فقال: بعدَ الركوعِ، قلتُ: عمَّن؟ فقال: عن أبي بكرٍ وعمرَ وعثمانَ.

Telah berkata 'Awwam bin Hamzah: Saya pernah tanya kepada Abu 'Utsman darihal qunut shubuh. Ia berkata: (Qunut itu) tempatnya sesudah ruku', lalu saya bertanya: Dari siapakah (tuan dapat keterangan)? Jawabnya: Dari Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. (HR. Baihaqi)

 

Ada lagi riwayat:

قَالَ الأَسْوَدُ: صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ فِي الحَضَرِ وَالسَّفَرِ فَمَا كَانَ يَقْنُتُ إِلَّا فِي صَلَاةِ الفَجْرِ.

Telah berkata Aswad: Saya pernah shalat (berma'mum) di belakang Umar tidak safar dan dalam safar, maka adalah dia itu tak pernah berqunut, melainkan pada shalat Shubuh. (HR. Baihaqi)

 

Ada lagi riwayat:

قَالَ عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ مَعْقِلٍ: قَنَتَ عَلِيٌّ فِيْ الفَجْرِ.

Telah berkata Abdullah bin Ma'qil: Telah berqunut Ali pada (shalat) shubuh. (HR. Syafi'i dan Baihaqi)

 

Dan ada lagi riwayat yang menerangkan, bahwa selain dari Khulafa' empat itu ada pula shahabat yang menjalankan do'a qunut pada masa shalat shubuh.

 

Ini keterangannya:

قال الحَسَنُ بنُ البَصْرِيُّ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِيْنَ بَدَرِيًّا كُلُّهُمْ يَقْنُتُ فِي الصُّبحِ بَعدَ الرُّكُوْعِ.

Telah berkata Al-Hasan Al-Bashri: Saya pernah shalat di belakang dia puluh delapan shahabat yang pernah turut perang Badar, semuanya itu adalah berqunut pada shubuh sesudah ruku'. (HR. Hakim dan Abu Ahmad)

 

Dengan keterangan ini semuanya kita bisa mengetahui kekeliruan ulama yang membid'ahkan bacaan Do'a Qunut pada shalat Shubuh waktu tak ada kecelakaan. Oleh karena perkataan mereka itu tak sesuai dengan kenyataan yang telah termuat pada riwayat-riwayat yang tersebut di atas itu. Sekianlah keterangan kami (firqah pertama).

 

Berkata firqah kedua:

Telah terkenal dengan terang sekali di antara ulama-ulama hadis, bahwa menurut keterangan hadis-hadis yang shahih, sesungguhnya qunut itu tak pernah dijalankan oleh Nabi kita saw. Melainkan di waktu ada nazilah (kecelakaan), dan Nabi saw. Tak menggunakan do’a qunut itu di dalam shalat lima waktu. Melainkan selama satu bulan saja, kemudian sesudah itu tak pernah beliau menjalankannya.

Dan Adapun alasan bagi qunut yang dimasyru’kan di waktu ada kesusahan dan bahaya, maka keterangannya sebagaimana yang tersebut di bawah ini:

 

قال أَنَس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ النَّبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا حِينَ قُتِلَ الْقُرَّاءُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَزِنَ حُزْنًا قَطُّ أَشَدَّ مِنْهُ.

Telah berkata Anas: Bahwa Nabi saw. Pernah berqunut selama sebulan, yaitu diketika terbunuh shahabatnya yang hafal al-Qur’an, dan saya tak pernah lihat sama sekali beliau berduka cita melebihi daripada itu.

 

Ada lagi Riwayat:

قال أَنَسٌ: إِنَّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ.

Telah berkata Anas: Bahwa Nabi saw. Pernah berqunut selama sebulan, yaitu beliau mendo’akan (kecelakaan) atas puak-puak dari bangsa Arab, kemudian ditinggalkannya. (H.S.R. Ahmad dan Muslim)

 

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ، إِذَا قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ ، يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ ، عَلَى رِعْلٍ ، وَذَكْوَانَ ، وَعُصَيَّةَ ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ.

Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah saw. Pernah berqunut selama sebulan berturut-turut, di Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh, di akhir tiap-tiap shalat sesudah berkata: “sami’ Allahu liman-hamidah” yaitu di raka’at yang akhir, ia do’akan kecelakaan atas puak-puak dari pada Bani Sulaim, yaitu Ri’l, Dzakwan, Ushaiyah, dan Ma’mum yang di belakangnya mengaminkan dia. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)

 

Dengan keterangan tiga Riwayat ini, kitab isa mengetahui kesalahan sebahagian ulama yang menganggap, bahwa qunut di dalam shalat shubuh itu sunnah, dan Adapun alasan-alasan firqah pertama yang menyunatkan qunut yang tersebut itu kami tolak semuanya lantaran lemahnya, dan penolakan kami itu, dengan pakai keterangan begini:

 

A.     Hadis yang di Nomor 1 dan 2 itu, tak ada yang mengesahkannya, melainkan Imam Hakim saja, dan Adapun ulama-ulama ahlulhadis yang lainnya ittifaq (setuju) melemahkannya, lantaran terdapat pada isnadnya seorang yang Bernama Abu Ja’far ar-Razi.

Dia itu telah dilemahkan oleh mereka, dan dituduh sebagai tukang memalsu hadis oleh Syaikhul Islam, Imam Ibnu Taimiyah, maka dengan keterangan yang semacam ini, jatuhlah derajatnya kedua hadis itu, dan tak boleh lagi digunakan buat alasan.

Dan lebih-lebih kedua hadis yang dinisbatkan kepada Anas itu, dia sendiri tiada mengaku meriwayatkannya, bahkan dia sendiri telah mendustakannya.

Inilah keterangannya:

 

قال عَاصِمُ بْنُ سُلَيْمَانَ لِأَنَسٍ إنَّ قَوْمًا مَا يَزْعُمُونَ أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ فَقَالَ : كَذَبُوا إنَّمَا قَنَتَ شَهْرًا وَاحِدًا يَدْعُو عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْمُشْرِكِينَ.

Telah berkata ‘Ashim bin Sulaiman kepada Anas: Bahwa orang-orang ada menganggap Nabi saw. Itu tak putus-putus berqunut di (shalat) shubuh, maka ia jawab: Mereka itu dusta, oleh karena beliau tak berqunut, melainkan satu bulan, yaitu mendo’akan (kecelakaan) satu puak daripada puak-puak kaum musyrikin. (H.R. Khathib)

 

B.      Hadis yang ke-3 yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hasan bin Sufyan itu tidak kami terima, lantaran telah terdapat pada isnadnya seorang yang bernama ‘Amr bin Ubaid, sedang dia itu kepala Madzhab Qadariyah, yang tukang dusta, dan tukang memalsu hadis, dan telah dilemahkan pula oleh pengajur-penganjur ulama-ulama ahlulhadis, seperti Imam Ahmad, Ibnu ‘Aun, Ibnu Ma’in, Nasai, Aiyub, Yunus, Hamid, Ibnu Hibban, Fallas, dan lain-lainnya.

 

C.      Hadis yang ke-4, yang diriwayatkan oleh Imam Hakim yang mana maksudnya itu, bahwa Nabi saw. Ditiap-tiap mengangkat kepalanya dari ruku’ shalat shubuh pada raka’at yang kedua sambil mengangkat kedua tangannya, lalu ia mendoa qunut, maka kami berkata: Bahwa hadis ini lemah, lantaran terdapat pada isnadnya seorang yang Bernama Abdullah bin Sa’id al-Maqbari, dan dia itu telah dilemahkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Ma’in, Fallas, Yahya bin Sa’id, Daraquthni dan lain-lainnya; dan Adapun pengesahan Imam Hakim akan hadis yang tersebut, tidak boleh dianggap, oleh karena dia itu sering kali mengesahkan hadis yang lemah dan palsu pula.

 

D.     Hadis yang ke-5 yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi itu, kami tolak pula, lantaran terdapat pada isnadnya seorang yang Bernama Abdurrahman bin Hirmaz (Hurmuz?), sedang dia itu telah dilemahkan oleh Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar di kitabnya Bulughul Maram.

 

E.      Riwayat yang ke-6 sampai ke-8 yang mana maksudnya, bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali ada menjalankan do’a qunut di dalam shalat shubuh itu, umpamanya shahih, belum boleh dibuat alasan, oleh karena Riwayat itu berlawanan dengan Riwayat yang telah nyata shahnya. Inilah riwayatnya:

 

قال أَبُو مَالِكٍ اَلأَشْجَعِيُّ لِأَبِيْهِ: يَا أَبَتِ إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ هَاهُنَا بِالْكُوفَةِ قَرِيبًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ أَكَانُوا يَقْنُتُونَ قَالَ أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ.

Telah berkata Abu Malik Al-Asyja’iy kepada ayahnya: Ya Ayahanda, bahwa ayah pernah shalat di belakang Rasulullah saw., dan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan di belakang Ali di (negeri) Kufah itu, kira-kira ada lima tahun, adakah mereka itu berdo’a qunut pada (shalat) shubuh? Maka ia berkata: Hai anakku, (perbuatan itu) bid’ah. (H.S.R. Turmudzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Maka menurut kaidah, bahwa tiap-tiap alasan yang berlawanan satu dengan lainnya, jatuhlah, ya’ni tiada boleh dibuat alasan.

 

F.      Riwayat yang ke-9 yang diriwayatkan oleh Imam Hakim, Abu Ahmad telah dilemahkan oleh Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani sebagaimana yang tersebut di kitabnya Talkhishul-Habir.

 

Sekarang ini, sudah terang kelemahan alasan-alasan firqah yang pertama, maka kami mengambil keputusan, bahwa qunut yang diakui kebenarannya oleh sunnah Nabi saw. Yaitu qunut yang pada masa kecelakaan.

Lihatlah dalilnya lagi sebagaimana yang berikut di bawah ini:

 

قَالَ أَنَسٌ رضي الله عنه إِنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - لَمْ يَقْنُتْ إلَّا إذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ دَعَا عَلَى قَوْمٍ.

Telah berkata Anas: Bahwa Nabi saw. Itu tak pernah berqunut, melainkan hanya apabila mendoakan (kebaikan) bagi suatu kaum, atau mendoakan (kecelakaan) atas suatu kaum. (H.R. Ibnu Khuzaimah)

 

Ada lagi Riwayat:

قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه إِنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم -كَانَ لَمْ يَقْنُتُ فِيْ صَلَاةِ الفَجْرِ إلَّا إذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ دَعَا عَلَى قَوْمٍ.

Telah berkata Abu Hurairah: Bahwa Nabi saw. Tak pernah berqunut pada shalat shubuh melainkan apabila ia mendo’akan (kebaikan) atas suatu kaum, atau mendo’akan (kecelakaan) atas suatu kaum. (H.R. Sa’id bin Manshur)

 

Ada lagi Riwayat:

قال الشَّعْبِيُّ، لَمَّا قَنَتَ عَلِيٌّ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ أَنْكَرَ ذَلِكَ النَّاسُ، فَقَالَ علِيٌّ: إنَّمَا اسْتَنْصَرْنَا عَلَى عَدُوِّنَا.

Telah berkata Sya’biy: Ketika Ali berqunut pada shalat Shubuh, menegorlah akan yang sedemikian itu, orang-orang ramai, maka dia berkata: Sesungguhnya lain tidak melainkan kami hanya minta pertolongan (kepada Allah), (buat mencelakakan) musuh kami. (R. Sa’id bin Manshur)

 

Adapun qunut yang dibaca bukan di tempatnya, ya’ni dibaca bukan di waktu ada kecelakaan, maka hukumnya sebagaimana yang berikut di bawah ini:

 

قال ابو مالك الاشجعي قال ابي: صَلَّيْت خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمْ يَقْنُتْ ، وَصَلَّيْت خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَلَمْ يَقْنُتْ، وَصَلَّيْت خَلْفَ عُمَرَ فَلَمْ يَقْنُتْ ، وَصَلَّيْت خَلْفَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَقْنُتْ ، وَصَلَّيْت خَلْفَ عَلِيٍّ فَلَمْ يَقْنُتْ ، ثُمَّ قَالَ : يَا بُنَيَّ بِدْعَةٌ .

Telah berkata Abu Malik al-Asyja’iy: Pernah berkata ayah saya: Aku pernah shalat di belakang Rasulullah saw. Maka beliau itu tidak berqunut, dan aku pernah shalat di belakang Abu Bakar, maka ia tidak berqunut, dan aku pernah shalat di belakang Umar, ia tidak berqunut, dan aku pernah shalat di belakang Utsman, ia tidak berqunut, dan aku pernah shalat di belakang Ali, ia tidak berqunut kemudian dia (ayah saya) berkata: Hai anakku (qunut) itu bid’ah. (H.S.R. Nasai)

 

Ada lagi Riwayat:

قَالَ سَعِيْدُ بْنُ جُبَيْرٍ: أَشْهَدُ أَنِّيْ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُوْلُ: "إِنَّ القُنُوْتَ فِيْ صَلَاةِ الفَجْرِ بِدْعَةٌ". رواه الدارقطني.

Telah berkata Sa’id bin Jubair: Saya telah menyaksikan sendiri, bahwa saya pernah mendengar Ibnu Abbas berkata: Sesungguhnya qunut pada shalat Shubuh itu bid’ah. (Daraquthni)

 

Ada lagi Riwayat:

قَالَ أَبُو مِجْلَزٍ : صَلَّيْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمْ يَقْنُتْ ، فَقُلْتُ لاِبْنِ عُمَرَ : لاَ أَرَاكَ تَقْنُتُ. قَالَ : لاَ أَحْفَظْهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا.

Telah berkata Abu Mijlaz: Saya pernah shalat beserta Ibnu Umar pada shalat shubuh, maka ia tiada berqunut, lalu saya bertanya kepadanya: Mengapakah saya tidak lihat tuan berqunut? Maka ia jawab: Saya tidak dapat khabar darihal itu dari seorangpun dari shahabat kami. (R. Baihaqi)

 

Sekianlah keterangan kami. Maka barangsiapa yang kurang setuju dengan pendapat ini, maka kami mengharap dengan hormat, supaya sudi membantah atau melanjutkan keterangan. Md. Mm.

Sumber: A. Hassan, dkk., SOAL-JAWAB PERMASALAHAN AGAMA.

Kontributor: abu akyas

Ilustrator: Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan

Media Partner: At-Tahrik Media.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama