SALAWAT ATAS NABI SAW. HARI JUMAT DAN JASAD PARA NABI A.S MASIH UTUH
oleh
KH Wawan Shofwan Shalehuddin (Anggota Dewan Hisbah PP Persis 2022-2027)
Meninggal
dunia itu ada tiga tahapan, ada tiga nasib. Pertama: Orang yang
meninggal dalam jihad fi sabilillah, Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Syahid di sini adalah
syahid yang pokok dari berbagai macam mati syahid.
Islam
adalah agama yang mendorong semangat dakwah untuk terus berkelanjutan melihat
situasi dan kondisi. Ketika dakwah belum diterima maka tidak ada ajaran dendam
di dalam Islam.
Terjadi
sebuah kejadian seorang ibu yang kurang berakhlak di masyarakat mendaftarkan
anaknya ke madrasah maghrib, maka asatidz madrasah tersebut sangat bergembira.
Dahulu
jadwal pengajian KH Usman Shalehuddin di Banjaran, berdatangan jama’ah dari
berbagai daerah termasuk dari Pangalengan. Dahulu Cimaung dan Cangkuang adalah
Banjaran. Suatu waktu ada dua orang tasykil yang saling bermuka masam, maka
keduanya dipanggil oleh ketua PC. “Malulah kita kepada umat, karena kita adalah
penyebar Islam yang menjadi harapan, berdamailah.”
Ternyata
keduanya malah berseteru Kembali, dipanggillah Kembali keduanya, menangis
Kembali. “Eta akhlak cigah kitu, boro-boro ka Persis, ka Islam wae oge acan
nepi!.” Nasihat Kembali datang dari Ketua PC.
Nasihat
tersebut mengingatkan bahwa menjadi anggota Jam’iyyah itu mesti
sungguh-sungguh. Menjadi anggota Persis itu tentunya mesti Islam dahulu, maka
menjadi anggota Persis itu berproses, tunjukkanlah keseriusan terhadap Islam,
maka layaklah ia menjadi anggota Persis.
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169)
Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Q.s
3/Ali Imran: 169 – 171.
Ruh-ruh
mujahid berdasarkan hadis-hadis shahih berada di tembolok-tembolok yang jika
mereka meminta izin untuk berkunjung ke surga, maka mereka pun diizinkan.
Jika
dibandingkan dengan manusia yang hidup di dunia hari ini yang penuh dengan
masalah, maka merekalah ruh-ruh mujahid yang penuh kebahagiaan. Itulah yang
digambarkan pada ayat selanjutnya:
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170)
mereka
dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Q.s
3/Ali Imran: 169 – 171.
Andaikan
jika diizinkan, ruh para mujahid itu ingin Kembali berjihad. Tetapi tidak bisa.
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ
اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171).
Mereka
bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. Q.s
3/Ali Imran: 169 – 171.
Pantaslah
jika para shahabat setiap ada pengumuman perang di jalan Allah, mereka senantiasa
mengorbankan segala dan semua orang dan benda yang mungkin dapat dipersembahkan
untuk perjuangan.
Adapun
jenis kematian kedua: Orang muslim yang tidak ada dendam, hasud kepada
orang lain. Mereka orang yang meninggal dunia di RS, di rumah, tenggelam di
laut, tertabrak kendaraan, juga yang tanpa ada kejadian yang membersamai
kematiannya. Dalam Riwayat Al-Hakim yang dishahihkan oleh Al-Albani dan
lainnya. Bahwa jika seorang muslim meninggal dunia, maka duduklah malaikat maut
pada kepala muslim tersebut, kemudian berkata, “Yaa ayyatuhannafsul
muthmainnah, ukhrujii…” maka ruh muslim itu keluar dari jasadnya berpindah ke
telapak tangan malaikat maut, bagaikan menetesnya air dari ujung teko.
Di
belakangnya telah berbaris para malaikat, beberapa pintu langit terlalui,
dijaga oleh ribuan malaikat. Para malaikat bertanya, ruh siapakah ini sehingga
menjadikan langit begitu wangi.
Melewati
beberapa pintu langit, sampai kepada sidratul muntaha. Lalu Allah Ta’ala
memerintahkan untuk mencatat amalnya di ‘illiyyin. Ruh pun diserahkan
Kembali dari para malaikat ke malaikat maut. Malaikat maut pun memasukkan
Kembali kepada jasad muslim tersebut.
Datanglah
malaikat Munkar dan Nakir mendudukkan muslim tersebut kemudian melontarkan
berbagai pertanyaan. “Man Robbuka…dst.”
Setelah
semua terjawab, muslim tersebut disuruh tidur nyenyak. Suatu saat muslim
tersebut dibangunkan di alam kubur, lantas dibukakan pintu surga. Muslim itu
pun melihat surga dengan segala isinya. Pintu surga pun ditutup Kembali.
Menjelang
sore, muslim itu dibangunkan Kembali untuk melihat surga lagi, kemudian ditutup
lagi.
Jadilah
orang-orang yang shaleh, karena dicabut nyawa itu sakit, yang paling ringan
adalah bagaikan kain surta yang menimpal batang penuh duri kemudian ditarik
sekencang-kencangnya; maka setiap ruh itu berpegangan pada setiap persendian
dan dicabut satu persatu dengan paksaan. Demikian pada hadis shahih Riwayat
Muslim.
Selanjutnya,
jenis kematian Ketiga: Kematian Para Nabi as.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « أَتَيْتُ - وَفِى رِوَايَةِ هَدَّابٍ مَرَرْتُ
- عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِى عِنْدَ الْكَثِيبِ الأَحْمَرِ وَهُوَ
قَائِمٌ يُصَلِّى فِى قَبْرِهِ.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku mendatangi -dan pada
riwayat Haddab- Aku melewati Musa pada malam aku di isra'kan, yaitu di samping
bukit merah
sedang shalat di dalam kuburannya.” Sahih
Muslim, VII: 102:6306.
عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِمَا السَّلَام فَلَمَّا
جَاءَهُ صَكَّهُ فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا
يُرِيدُ الْمَوْتَ قَالَ ارْجِعْ إِلَيْهِ فَقُلْ لَهُ يَضَعُ يَدَهُ عَلَى مَتْنِ
ثَوْرٍ فَلَهُ بِمَا غَطَّتْ يَدُهُ بِكُلِّ شَعَرَةٍ سَنَةٌ قَالَ أَيْ رَبِّ
ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ الْمَوْتُ قَالَ فَالْآنَ قَالَ فَسَأَلَ اللَّهَ أَنْ
يُدْنِيَهُ مِنْ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ قَالَ أَبُو
هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم لَوْ كُنْتُ ثَمَّ لَأَرَيْتُكُمْ
قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ تَحْتَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ.
Dari
Abu Hurairah r.a berkata, “Suatu hari malaikat maut diutus kepada Musa
'alaihissalam. Ketika menemuinya, (Nabi Musa) memukul matanya. Maka malaikat
maut kembali kepada Rabbnya dan berkata: "Engkau mengutusku kepada hamba
yang tidak menginginkan mati". Maka Allah membalikkan matanya kepadanya
seraya berfirman: “Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan
tangannya di atas punggung seekor lembu jantan, yang pengertiannya setiap bulu
lembu yang ditutupi oleh tangannya berarti umurnya satu tahun”. Nabi Musa
'alaihissalam bertanya: "Wahai Rabb, setelah itu apa?" Allah
berfirman: "Kematian". Maka Nabi Musa 'alaihissalam berkata:
"Sekaranglah waktunya". Kemudian Nabi Musa 'alaihissalam memohon
kepada Allah agar mendekatkannya dengan tanah yang suci (Al Muqaddas) dalam jarak
sejauh lemparan batu". Abu Hurairah berkata: Kemudian Rasulullah saw.
bersabda: "Seandainya aku kesana, pasti akan aku tunjukkan kepada kalian
keberadaan kuburnya yang ada di pinggir jalan dibawah tumpukan pasir merah.” Sahih
Al-Bukhari, VIII: 501: 3407.
عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ
أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ
وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ
فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَىَّ ». قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَقُولُونَ
بَلِيتَ. فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَجْسَادَ
الأَنْبِيَاءِ.
Dari Aus bin Aus dia berkata: Rasulullah
saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara hari-harimu yang paling utama adalah
hari Jum'at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau wafat, pada
hari itu juga ditiup (sangkakala) dan pada hari itu juga mereka pingsan. Maka
perbanyaklah shalawat kepadaku karena shalawat kalian akan disampaikan
kepadaku,” Aus bin Aus berkata: para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimana mungkin shalawat kami bisa disampaikan kepadamu, sementara anda telah
tiada (meninggal)? -atau mereka berkata: "Telah hancur (menjadi
tulang)"- Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah azza wa jalla
mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” Sunan Abu Daud, I: 405:
1049. Sunan Ibnu Majah, II: 186: 1085, Sunan An-Nasai: III: 91: 1374, Sunan Ad-Darimi,
I: 445: 1572, Sahih Ibnu Hiban, III:190: 910, Sahih Ibnu Khuzaimah, III: 118: 1733.
Al-Hakim, Almustadrak ‘ala al-Shahihain, XX: 92: 8831.
Demikian
diantara yang disampaikan oleh al-Ustadz KH Wawan Shofwan Shalehuddin pada
Pengajian Rutin Bulanan PR Persis Margamulya bertempat di Masjid Al-Muttaqin
Pasirmulya pada Rabu, 9 Nopember 2022 ba’da Ashar.
Contributor:
Abu Akyas.
Illustrator:
Aditya Rahman dan Tim Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan.
Media Partner: At-Tahrik Media PC Pemuda Persis Pangalengan (Septian Abu Bakar, dkk.)
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan