PEMUJAAN DEWA TAHUN BARU BANGSA ROMAWI


 

Semula setahun dibagi dalam sepuluh bulan. Sebulan 35 hari dan setiap bulan dikuasai dewa masing-masing.

1.       Maret, bulan Dewa Mars, Dewa Perang. Pemujaan Dewa Mars biasanya dilakukan kaum bangsawan.

2.       April, Aprilia berarti berkembang atau terbuka. Pada bulan April terdapat pesta muda-mudi. Amor atau Aphrodite dipuja para pesta itu.

Pada tanggal 21 April ada pesta Palila yang ditujukan kepada Dewi Pales, Dewi penggembala dan pertanian. Para peternak beramai-ramai memohon perlindungan kepadanya agar semua ternak mereka bebas dari gangguan serigala. Pada masa itu kadang-kadang ternak dibersihkan, ternak dimandikan dengan upacara tertentu, lalu dinyalakan api pengurbanan yang terbuat dari campuran belerang, buah cemara kering, daun salam berikut ranting-rantingnya yang kering dan sari bunga mawar. Sajian khas untuk Pales adalah susu, anggur, dan arak. Selain Dewi Pales, dipula pula Terminus, Dewa Batas Ladang dan Pertanian. Pemujaan Terminus ini baru terkenal pada masa akhir agama kultur Romawi dan Yunani.

3.      Mai, bulan dari Dewi Maia anak Dewa Atlas. Maia adalah Dewi Musim Bunga, kekasih Dewa Jupiter. Untuk Maia dikurbankanlah seekor babi betina.

Pleiades adalah tujuh orang anak Atlas yang dijadikan bintang-bintang. Bintang-bintang ini tampak jelas pada bulan Mai. Pleiades dinamakan pula Vergiliae yang artinya bintang pohon-pohonan.

4.      Juni, bulan untuk Juno, Dewi Pelindung Kaum Lemah, terutama kaum perempuan.

5.      Quintilia, berarti bulan kelima. Menurut Sebagian kepercayaan rakyat Romawi, bulan ini dikuasai lima orang dewa penentu nasib.

6.      Sextilia, berarti bulan keenam.

7.      September, berarti bulan ketujuh.

8.      Oktober, berarti bulan kedelapan.

9.      Nopember, berarti bulan kesembilan.

10.   Desember, berarti bulan kesepuluh. Pada tanggal 25 Desember terdapat pesta besar yang ditujukan pada Jupiter sebagai pengganti Mithra.

Pada masa perubahan penanggalan Romawi, setahun dibaginya menjadi dua belas bulan.

1.        Maret atau Marat, bulan Dewa Mars. Ia adalah dewa panji-panji pahlawan bangsa dan dewa perang yang gagah berani. Dalam nyanyian pahlawan: “Hanya padamulah hai Dewa pelindung tanah air, sajian ini kupersembahkan. Hanya padamulah hai Dewa bulan kurban ini kusajikan. Kujaga namamu dengan percikan darahku. Kujaga panji-panji merahmu sepanjang masa…”

Tersebutlah dalam Sejarah Romawi, bahwa pada zaman Julius Caesar telah dikurbankan dua orang prajurit untuk Dewa Mars pada bulan Maret.

2.       April, bulan khas pemujaan Dewa Amor dan dewi nasib baik Fortuna.

3.      Mai, bulan untuk Maia anak Dewa Atlas.

4.      Juni, bulan untuk Juno.

5.      Juli, bulan yang dipersembahkan demi kemuliaan dan kebesaran Julius Caesar.

6.      Augustus, bulan yang dipersembahkan demi kemuliaan dan kebesaran Kaisar Augustus.

7.      September, berarti bulan ketujuh.

8.      Oktober, berarti bulan kedelapan.

9.      Nopember, berarti bulan kesembilan.

10.   Desember, berarti bulan kesepuluh.

11.     Januari atau Januarius. Januae berarti pintu. Nama bagi bulan pertama setelah bulan kesepuluh yang diberikan oleh Raja Numa Pompilius. Janus atau Janu adalah dewa khas Romawi yang konon semula berasal dari nama seorang dewa bangsa Skyth. Janu dianggap sebagai anak Apollo dari Dewi Creusa. Ia memerintah dengan adil di Latinus. Pada masa Saturnus terusir, Saturnus diterima Janus dengan tangan terbuka. Janus dipuja sebagai dewa perdamaian dan keamanan yang memerintah di langit dan bumi.

Janus yang kedudukannya disamakan dengan Juno, pada sebelah tangannya memegang kunci dan sebelah lagi memegang tongkat. Di lain pihak Dewa Janus dianggap sebagai dewa pembangkit perselisihan dan peperangan, sehingga ia diberi sebutan “dewi”, karena menurut pepatah Romawi: “Hanya perempuanlah pembangkit perselisihan dan peperangan itu.”

Karena Janus mempunyai sifat yang bertentangan itu, ia disebut: Janus Bifrons, yaitu Janus bermuka dua, sebelah menghadap ke Barat dan sebelah lagi menghadap ke Timur. Janus Quadifrons adalah Janus bermuka empat.

Raja Numa Pompilius mendirikan sebuah tempat pemujaan Dewa Janus yang pemujaannya dilakukan pada tanggal 1 Januari, tahun baru pintu tahun.

12.    Februari, berasal dari kata Februarius, yaitu pengampunan atau penebusan dosa. Banyak cerita tentang anak-anak dewa yang dilahirkan seorang ibu perawan, berjuang lalu mati terbunuh dan dengan darahnya ia menebus dosa umat. Kemudian bangkit Kembali dan naik kepada Jupiter.

Menurut dongeng pendeta: “Di dunia atas mengalirlah sungai Fiber. Sungai pengampunan yang dijaga oleh dewa-dewa langit setiap saat. Sungai Fiber itu berpintu tujuh lapis dari batu karang. Airnya mengalir dari sela-sela batu karang ke dalam sebuah danau pengampunan. Di tepinya berdirilah Dewa Fiber memegang tongkat dan bunga. Jika seorang hero penebus dosa mati, dimandikanlah hero itu dan ditaburkannya bunga, sehingga hero itu bangkit Kembali tepat pada pertengahan bulan Februari.” (Mitologi Grik dan Rum)

            Orang Romawi merayakan tanggal 15 Februari dengan pesta pengampunan atau Lupercalia, yaitu hari perlindungan terhadap serigala. Dalam arak-arakan itu para pemuda memakai topeng kulit binatang. Untuk pemujaan dua belas dewa pemegang dua belas bulan itu, di luar kota Roma didirikan dua belas tempat pemujaan.

            Pemujaan Dewa Hari: Minggu-Helios (Matahari), Senin-Luna (Bulan), Selasa-Mars, Rabu-Merkurius, Kamis-Jupiter, Jumat-Venus, dan Sabtu-Saturnus. Pada suku Jerman Purba, pemujaan dewa hari itu: Ahad-Sunandaeg (hari pemujaan Dewa Matahari), Senin-Monandaeg (hari pemujaan Dewi Mon/ Luna, Dewi Bulan), Selasa-Tiwesdaeg (hari pemujaan Dewa Tiw, Dewa Penerangan), Rabu-Wodendaeg (hari pemujaan Dewa Wodan), Kamis-Thordaeg (hari pemujaan Dewa Thor), Jumat-Friggdaeg (hari pemujaan Dewi Frigga) dan Sabtu-Saesternesdaeg (hari pemujaan Saturnus). (A.D. El. Marzdedeq, Parasit Akidah (Perkembangan Agama-agama Kultur dan Pengaruhnya terhadap Islam di Indonesia), Bandung: Syaamil, Desember 2005, hlm. 230-233)

 Wallaahu A’lam, abu akyas (kontributor).

ilustrator: Tim Syubbaanul Firdaus Remaja Masjid Al-Firdaus PPI 259 Firdaus Pangalengan.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama