PENTINGNYA HIDUP BERJAM'IYYAH

 

Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un. Terjadi Gempa bumi magnitudo (M 5.6) yang menimpa saudara-saudara kita yang ada di Cianjur, Jawa Barat. Gempa terjadi pada Senin (21/11/2022), gempa terjadi pada pukul 13.21.

 

Gempa mengakibatkan kerusakan parah pada banyak bangunan yang ada. Seperti rumah warga, pesantren, masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan, jalan dan toko-toko. Akibat gempa bumi ini juga menimbulkan korban jiwa, banyak yang terluka parah hingga meninggal dunia, serta terjadi longsor di beberapa tempat.

 

Maka dari itu kita selaku umat muslim, khususnya kita selaku jam'iyyah kita harus "ta'aawanuu 'alal-birri wat-taqwa", yang artinya kita harus ada kepedulian terhadap penderitaan saudara kita di Cianjur, karena ini termasuk ke dalam rangka mewujudkan jihad dijalan Allah.

 

Sesuai judul, didalam jihad akan selalu muncul halangan rintangan yang akan selalu ada sebagai ujian dalam hidup kita menuju ketakwaan, terutama didalam jihad Jam'iyyah. Baik rintangan itu akan muncul dari orang lain ataupun dari kita sendiri.

 

Imam Ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan, "Jihad adalah mengeluarkan segala hal kemampuan kita dalam mengahadapi musuh-musuh didepan mata."

 

Salah satu bentuk dari musuh kita didalam jihad adalah hawa nafsu kita. Umpamanya hendak tahajjud, berat antara bangun atau menarik kembali selimut.

 

Itulah bukti jihad melawan hawa nafsu itu berat. Hawa nafsu akan lari dari ibadah, demikian menurut Ibnu Qudamah.

 

Ujian demi ujian akan selalu datang, baik dari diri sendiri ataupun harta benda. Berbagai halangan dan rintangan akan selalu ada sebagai ujian bagi kita semua.

 

Al-Ustadz Nazhan juga menginformasikan akan dibagikan Qaidah Asasi dan Kaidah Dakhili serta pedoman lainnya akan dibagikan Ahad, 27 Nopember 2022 oleh PD Pemuda Persis Kabupaten Bandung kepada seluruh pimpinan Cabang.

 

Program jihad menjadi ciri perjuangan jam'iyyah, tidak dikatakan program kerja ataupun masa bakti.

 

Akan ada rintangan yang dihadapi dalam jihad jam'iyyah. Terutama dari dalam diri sebagai bentuk hawa nafsu yang menjadikan diri kita menjadi malas dalam berjihad dan lain sebagainya.

 

Terkadang pula rintangan Dalam mewujudkan jihad fisabilillah, ujian juga akan muncul dari yang namanya keluarga kita atau dari orang lain untuk melemahkan kita dalam berjuang. Contoh, ketika ingin berangkat untuk jihad, ngantor, kajian ditahan!

 

Allah SWT berfirman,

 

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقَا لُوْا لِاِ خْوَا نِهِمْ اِذَا ضَرَبُوْا فِى الْاَ رْضِ اَوْ كَا نُوْا غُزًّى لَّوْ كَا نُوْا عِنْدَنَا مَا مَا تُوْا وَمَا قُتِلُوْا

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, "Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 156)

 

Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berkeyakinan seperti di atas seperti mereka orang kafir, yaitu dalam hal keyakinan mereka yang salah, bahwa kematian umat Islam karena ketaatan, jihad, perang di jalan Allah Ta'ala.

 

Ucapan orang kafir dan munafik itu, mereka sampaikan kepada saudaranya yang meninggal dunia dari umat Islam.

 

Seolah-olah mereka orang munafik menyalahkan Allah dan perintah-Nya. Orang-orang munafik memiliki keyakinan bahwa binasa nya Umat Islam itu disebabkan jihad, perang, dan ketaatan mereka kepada Allah. Padahal sebagaimana Allah SWT berfirman,

 

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 145)

 

Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat diatas adalah jihad ataupun tidak, mati itu pasti. Taat ataupun tidak, meninggal dunia itu nyata.

 

Pengajian ataupun tidak, kematian pasti datang. Yang menjadi pertanyaan besar adalah: sedang bagaimana kita saat dicabut nyawa?

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 

وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

"Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 102)

 

Kita harus mati dalam keadaan sedang Ibadah dijalan Allah, dalam kedaan ketakwaan kepada Allah, kita harus mati didalam jihad fisabilillah.

 

Sebagai mana dalam selogan kita semua "Hayaatunaa kulluhaa ibaadah" (Semua hidupku adalah ibadah). Mari kita buktikan bahwa selogan kita semua ini benar-benar ada didalam diri kita.

 

PC Pemuda Persis Kutawaringin sengaja mengadakan kegiatan kajian sabtu malam Ahad kesatu dan ketiga yang mana dulu waktu itu ada jadwal pertandingan PERSIB. Pengisi kajian tersebut bergilir, dimulai KH Muhammad Romli, anggota Dewan Hisbah PP Persis, juga penasihat PC Pemuda Persis Kutawaringin (Ustadz Hamdan Abu Nabhan) dan penasihat PC Pemuda Persis Kutawaringin lainnya, agar dapat membedakan antara Pemuda Persis dengan Pemuda Persib.

 

Kita harus mendorong anak muda (pemuda) untuk menjadi kader pelanjut guru-guru (ulama) kita. Karena jika bukan mereka, siapa? Jika tidak dari sekarang, kapan?

 

Dengan meninggal dunianya KH Aceng Zakaria perlu menjadi nasihat kita semua, jika bukan oleh kita, maka oleh siapa akan dijaganya Jam'iyyah ini?

 

Jika Pemuda Persisnya ada, namun pengajiannya tidak ada, maka dipertanyakan Kejam'iyyahannya.

 

Tidak usahlah malu atau gengsi ketika kita diperbincangkan oleh orang-orang atas kebiasaan pengajian kita, karena kita hanya berharap digaji oleh Allah Ta'ala. Dan harus percaya bahwa itu lebih baik dari pada apa yang mereka kerjakan. Jangan gengsi! Justru kita harus bangga! Jangan sampai hilang ciri khas Pemuda Persis dalam hal kajian.

 

Tafsir Fathul Qadir menjelaskan bahwa safar dan perang bukanlah penyebab kematian, tetapi apabila terjadi saat safar dan perang dalam rangka taat kepada Allah SWT itu adalah ketentuan-Nya.

 

Jika meninggal dunia saat jihad, maka matinya istimewa. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

 

وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ

"Dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati, sungguh, pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu)." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 157)

 

Demikian diantara yang disampaikan oleh Al-Ustadz Nazhan (Wakil Sekretaris PD Pemuda Persis Kabupaten Bandung) pada kajian rutin utusan Pimpinan Daerah ke PC Pemuda Persis Pangalengan setiap dua bulan sekali hari Jum'at keempat ba'da Ashar.

 

Semoga ini menjadi penguat dan penyemangat bagi kita semua, khususnya bagi para pemuda dalam berjihad dijalan Allah. Sebagai mana dalam selogan kita semua "Hayatuna kulluha ibadah" (Semua hidupku adalah ibadah).

 

Jum'at, 25 Nopember 2022 bertempat di Masjid As-Salam (Diniyah Ula Persis Baitussalam) Rancamanyar Desa Margamukti Cabang Pangalengan Kabupaten Bandung.

 

POINT-POINT PENTING

1.       Halangan rintangan akan selalu ada sebagai ujian dalam hidup kita, terutama didalam jihad Jam'iyyah.

2.       Kita adalah makhluk yang lemah, yang sangat membutuhkan bantuan Allah.

3.      Jihad menurut Imam al-‘Asqolani adalah mengeluarkan segala hal kemampuan kita dalam mengahadapi musuh-musuh di depan mata.

4.      Dalam mewujudkan jihad fisabilillah muncul dari yang namanya keluarga kita semua untuk melemahkan. Contoh, ketika ingin berangkat untuk jihad, ngantor, kajian ditahan. Intinya “kudu pakuat-kuat dina kaimanan!”.

5.      Allah melarang orang-orang beriman untuk mendekati kebiasaan orang orang kafir (Keyakinan). Ketika kita sedang safar dijalan Allah, itu disebut jihad. Maka jika kita meninggalkan didalam safar dijalan Allah maka Insya Allah syahid. Ini harus menjadi penggerak pemuda persis untuk lebih semangat lagi didalam berjihad. Tong loba alesan nalika ngantor!

6.      Orang-orang munafik selalu menjadikan segala sesuatu yang sepele seperti (hujan, keluarga, kesehatan, kendaraan, jauh, dll) untuk dijadikan alasan agar dia bisa lari/menjauh dari berjihad.

7.      Jangan takut mati dalam berjihad, karena mati Allah sudah mengatur. Yang namanya mati pasti akan datang kepada siapapun, kapanpun, dimanapun. Yang membedakan ceritanya! Jadi kita sebagai pemuda persis mau mati didalam keadaan Apa! Dimana! Dan bagaimana!

8.      Harus menjadi ketakutan bagi orang tua ketika para ulama sudah diangkat oleh Allah 1/1 sedang para pemuda lebih tertarik kepada hal lain, mereka lebih memilih bermain dari pada ikut pengajian.

9.      Kita harus mendorong anak muda (pemuda) untuk menjadi kader pelanjut guru-guru (ulama) kita. Karena jika bukan mereka, siapa? Jika tidak dari sekarang, kapan?

10.   Untuk para pemuda jangan gengsi ketika  orang lain sibuk main, jalan-jalan, pacaran, dll. Kita hanya sibuk kajian, karena sungguh itu lebih baik dari pada apa yang mereka kerjakan. Jangan gengsi! Justru kita harus bangga!

11.     Sungguh jihad di jalan Allah (Safar dan Petang) itu bukan penyebab kematianmu, jika ada yang meninggal dalam keadaan tersebut, sungguh itu adalah ketentuan dari Allah untuk dia. Jangan takut mati dalam keadaan jihad, karena sungguh itu adalah cara mati yang paling mulia. Untuk para pemuda harus yakin bahwa Allah lah yang telah menghidupkan kita dan yang akan mematikan kita. Wallaahu A’lam.

 

Kontributor: abu akyas & Aditya Rahman

 

Illustrator: Aditya Rahman & Kominfo PC Pemuda Persis Pangalengan

 

Media Partner: Tim At-Tahrik Media.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama