TOLONG MENOLONG DALAM KEBAIKAN DAN KETAKWAAN

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَا لتَّقْوٰى

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 2)

 

يأمر تعالى عباده المؤمنين بالتعاون على الطاعات وترك المعاصي .

Allah memerintahkan para hamba-Nya yang Mukmin agar tolong-menolong dalam melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat.

 

• Kata "البر" artinya adalah kebaikan, tetapi kata  البر disana bukan hanya menunjukkan kepada kebaikan saja, tetapi juga menunjukkan kepada Bagaimana cara mewujudkan kebaikan tersebut. Kenapa? Karena banyak orang yang niatnya baik namun caranya yang salah. Jadi kalimat البر di sana itu menunjukkan bagaimana agar hasilnya baik juga caranya baik.

 

Rasul mengatakan "Al-Birru Husnul khuluq" kebaikan adalah akhlak Yang mulia (baik).

 

Apa itu akhlaq? Akhlak artinya itu bukan baik, tetapi akhlak adalah kata sifat yang artinya ketika pekerjaan dilakukan secara biasa maka itu disebut akhlak. Mau kebiasaan itu baik atau buruk. Dan biasa di sini adalah ketika pekerjaannya itu dilakukan tanpa harus disuruh.

 

Contoh, ketika kita memberi uang kepada seseorang apakah itu disebut akhlaq? Belum tentu! Tapi ketika kita sudah biasa memberi Nah itu baru bisa disebut sebagai akhlak. Akhlaq apa? Akhlak yang baik tentunya.

 

Contoh lain, ketika ada seorang anak yang kebiasaannya itu mencuri, mabuk-mabukan, tawuran dan lain sebagainya, apakah itu disebut akhlaq? Belum tentu juga! Tetapi ketika anak itu sudah terbiasa melakukan hal-hal itu, maka itu baru bisa disebut akhlak, Akhlaq apa? Akhlak yang jelek tentunya.

 

Jadi البر yang dimaksud ayat tadi adalah Akhlaq yang baik.

 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 

وَا لْعَصْرِ(١) اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ(٢) اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّۙوَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ(٣)

"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-'Asr 103: Ayat 1-3)

 

• Kenapa manusia disebut sedang dalam kerugian? Karena waktu itu terus berjalan dan tidak bisa diulang sedang tiap detik dan menit itu di akhirat akan dihisab.

 

• Ketika kita memiliki atau berbuat dosa di masa lalu, bisakah kita memperbaiki itu? Ya jelas tidak. Kenapa? kan udah terlewat masanya juga.

 

Lalu apa yang bisa lakukan? Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan masa sekarang untuk memperbanyak berbuat kebaikan dan ketakwaan agar kesalahan/dosa kita di masa lalu itu menjadi maghfirah (dihapus-Nya dosa karena amal).

 

قَالَ الإمام الشافعي - رَحِمَهُ الله - كلاماً معناه : إنَّ النَّاسَ أَوْ أكثرَهم في غفلة عن تدبر هذِهِ السورة .

• Imam Syafi'i menyampaikan suatu ungkapan yang isinya, "Sesungguhnya orang-orang atau mayoritas dari mereka lalai akan merenungkan surat ini."

 

شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب رحمه الله فقال : قال الشافعي رحمه الله تعالى : لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم.

• Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan ungkapan Imam Syaf'i ini, "Imam Syaf'i berkata, 'Seandainya Allah tidak menurunkan dalil kepada makhluk-Nya selain surat ini, pastilah surat ini sudah mencukupi."

 

يعني أنها تضمنت أحوال الناس ، فأخبر تعالى أنَّ الناس كلهم في خسار إلا مَنْ آمن وعمل صالحًا وصبر .

Artinya, surat ini mencakup semua tingkah laku manusia. Makanya, Allah menyampaikan bahwa manusia secara keseluruhan berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta bersabar."

 

وعن أَبي عبد الرحمن زيد بن خالد الجهني - رضي الله عنه - قَالَ : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : « مَنْ جَهَّزَ غَازِياً في سَبيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا ، وَمَنْ خَلَفَ غَازياً في أهْلِهِ بِخَيرٍ فَقَدْ غَزَا » . مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

1/177. Dari Abu Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid Al-Juhani berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barang siapa yang menyiapkan (perbekalan) kepada seseorang yang berperang di jalan Allah, maka sungguh ia juga ikut berperang. dan barang siapa menggantikan mengurus keluarga orang yang berperang dengan baik, sungguh ia juga (mendapat pahala) berperang." (Muttafaq 'alaih)

 

في هذا الحديث : أنَّ مَن أعان على فعل خير كان له مثل أجر عامله .

• Di dalam hadits ini terdapat pesan bahwa orang yang menolong melakukan kebaikan, maka baginya semisal pahala pelaku kebaikan tersebut, tanpa mengurangi pahala yang didapatkan oleh si yang mengerjakan.

 

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - : أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بعث بعثاً إِلَى بني لِحْيَان مِنْ هُذَيْلٍ ، فَقَالَ : « لِيَنْبَعِثْ مِنْ كُلِّ رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا وَالأجْرُ بَيْنَهُمَا » . رواه مسلم .

2/178. Dari Abu Said Al-Khudri & meriwayatkan bahwa Rasulullah mengutus suatu pasukan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda, "Hendaklah yang berangkat dari setiap dua orang hanya salah seorang dari keduanya saja, dan keduanya mendapatkan pahala." (HR Muslim)

 

في هذا الحديث : دلالة على أنَّ الغازي والخالف له بخير ، أجرهما سواء .

• Di dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa orang yang berperang dan orang yang menggantikannya (urusan keluarganya) dengan baik, pahalanya sama. Dan ini juga menunjukkan bahwa setiap orang saling menutupi kekurangan nya masing-masing.

 

وعن ابن عباس رضي الله عنهما : أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - لَقِيَ رَكْباً بالرَّوْحَاءِ ، فَقَالَ : « مَنِ القَوْمُ ؟ » قالوا : المسلمون ، فقالوا : من أنتَ ؟ قَالَ : « رَسُول الله » ، فرفعت إِلَيْه امرأةٌ صبياً ، فَقَالَتْ : ألِهَذَا حَجٌّ ؟ قَالَ : «نَعَمْ ، وَلَكِ أجْرٌ» . رواه مسلم .

3/180. Dari Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bertemu dengan sekelompok orang berkendaraan di Rawha', lalu beliau bertanya, "Siapakah kaum ini?" Mereka menjawab, "Kita kaum Muslimin." Kemudian mereka bertanya, "Anda ini siapa?" Beliau menjawab, "Saya Rasulullah." Kemudian ada seorang perempuan yang mengangkat seorang anak kecil lalu bertanya, "Apakah anak ini boleh melakukan ibadah haji?" Beliau menjawab, "Ya, dan kamu mendapat pahala " (HR.Muslim)

 

في هذا الحديث : دليل على صحة حج الصبي وثبوت أجر وليِّه ، ولا تجزيه عن حجة الإسلام .

• Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan keabsahan haji seorang anak kecil dan pahala bagi walinya dan haji tersebut tidak mencukupi untuk menggugurkan kewajiban haji.

 

وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - أنَّه قَالَ : « الخَازِنُ المُسْلِمُ الأمِينُ الَّذِي يُنفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ فيُعْطيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أحَدُ المُتَصَدِّقين » . مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

4/180. Dari Abu Musa Al-Asy'ari meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda, "Juru simpan muslim dan dapat dipercaya yang melaksanakan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan sempurna dan memenuhinya serta dengan hati yang baik, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka ia merupakan salah seorang dari dua orang yang bersedekah." (Muttafaq 'alaih)

وفي رواية : « الَّذِي يُعْطِي مَا أُمِرَ بِهِ » وضبطوا « المُتَصَدِّقَينِ » بفتح القاف مَعَ كسر النون عَلَى التثنية ، وعكسه عَلَى الجمعِ.

• Dalam riwayat lain disebutkan; "Yang memberikan apa saja yang diperintahkan kepadanya." Para ulama membatasi lafaz 'almutashaddiqain' dengan membaca fathah-nya qaf serta membaca kasrah-nya namun, sebagai isim tatsniyah atau sebaliknya sebagai jamak.

 

وكلاهما صحيح . نبّه - صلى الله عليه وسلم - بقوله : « كاملاً موفرًا طيبة بها نفسه » . على ما هو الغالب على خزان المال من الطمع والعبوس والحسد ، فمن فعل ذلك فهو أبخل البخلاء ، ومن دفعه كاملاً بغير تكدير فله أجر المعطي .

Kedua pendapat ini shahih. Nabi mengingatkan dengan sabdanya, "Dengan sempurna dan memenuhinya serta dengan hati yang baik" atas apa yang biasa dialami para juru simpan meliputi tamak, cemberut, dan iri hati. Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka dia termasuk orang yang paling kikir di antara orang-orang yang kikir. dan barang siapa yang menyerahkan harta tersebut secara sempurna tanpa ada kecurangan, maka ia mendapat pahala orang yang memberi.

 

• Melihat beberapa hadits di atas kesimpulan lain yang dapat kita ambil juga adalah, tidak ada orang yang diciptakan atau dihidupkan oleh Allah sampai AllAh tidak memberikan sedikitpun luang waktu kepada dia untuk melaksanakan amal sholeh. Tidak ada! Jadi semuanya pasti diberikan kesempatan untuk berbuat amal sholeh, sesibuk apapun dia, semiskin apapun dia, sesulit apapun kondisi dia.

 

Jadi intinya, ketika tidak ada amal yang tidak bisa kerjakan, maka carilah sampai dapat amalan yang bisa kita kerjakan yang sesuai dengan kondisi kita Jangan sampai kita banyak mambuat alasan agar tidak ibadah kepada Allah. Wallaahu A’lam.

 

Contributor: Aditya Rahman.

Illustrator: Aditya Rahman.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama