NILAI JIHAD PERANG TABUK

 


بسم الله الرحمن الرحيم

DAUROH QUR’AN

“NILAI JIHAD DI PERANG TABUK”

(Bandung, 7 Mei 2023 M / 16 Syawwal 1444 H)

Oleh: Faqih Aulia (14.3887)

1. RAMADHAN: BULAN JIHAD.

Jihad Nabi saw. di bulan Ramadhan:

a) Sariyyah: Peperangan yang tidak diikuti Rasulullah.

Sariyyah Hamzah bin Abdul Muthalib Tahun 1 H.

b) Ghozwah: Peperangan yang diikuti Rasulullah.

Perang Badar Tahun 2 H.

Futuh Mekah Tahun 8 H.

Perang Tabuk Rajab-Ramadhan Tahun 9 H.

2. PERANG TABUK.

Tabuk adalah nama sebuah daerah di wilayah Jazirah Arab utara. Kini, wilayah itu berdekatan dengan perbatasan Arab Saudi-Yordania. Jaraknya dengan Madinah terbentang sejauh 778 km.

Pemicu Perang Tabuk adalah ancaman yang datang dari Syam waktu itu masuk wilayah Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium. Rasulullah SAW menerima berita bahwa gubernur Bizantium di Syam berencana mengerahkan pasukan untuk menyerang Madinah. Merespons kabar tersebut, beliau kemudian memerintahkan para sahabatnya untuk mempersiapkan pasukan. Ini terjadi pada tanggal 5 bulan Rajab tahun kesembilan Hijriyah.

Berbeda dengan perang-perang sebelumnya, Nabi SAW kali ini sengaja menampakkan rencana pertempuran kepada seluruh kaum Muslimin, termasuk mereka yang bertempat tinggal di luar Madinah. Orang-orang Arab badui pun diajaknya untuk turut serta dalam pasukan Islam.

Di Madinah, Rasul SAW mengumumkan kepada Muslimin mengenai rencana ekspedisi guna melawan bala tentara Romawi. Kemudian, beliau menganjurkan penggalangan dana. Abu Bakar ash-Shiddiq menyerahkan seluruh hartanya. Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan di rumahmu (untuk keluarga inti)?” Abu Bakar menjawab, “Kutinggalkan mereka bersama Allah dan Rasul-Nya.

Adapun Umar bin Khattab menyumbang separuh hartanya. Usman bin Affan membiayai perlengkapan untuk sepertiga pasukan Muslimin. Para sahabat Nabi SAW lainnya pun turut serta menyedekahkan harta benda mereka.

Untuk diketahui, Madinah al-Munawwarah kala itu sedang dilanda krisis ekonomi. Kebanyakan Muslimin sedang kesusahan. Bagaimanapun, di momen demikianlah iman dan keislaman mereka diuji. Ujian itu kian nyata ketika hari-hari menjelang keberangkatan pasukan Muslimin, saatnya panen tiba.

Dalam keadaan biasa, orang-orang Islam yang memiliki kebun-kebun kurma akan bersuka cita. Sebagian besar penduduk Madinah memang bergantung mata pencaharian pada bertanam kurma. Itulah jalan rezeki mereka selama setahun.

Karena didasari ketakwaan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasulullah SAW, Muslimin yang pemilik kebun rela meninggalkan masa panen demi dapat turut serta dalam pasukan Muslimin ke Tabuk. Mereka lebih memilih menyambut ajakan Nabi SAW untuk berjihad ketimbang memetik kurma-kurma hasil panen kebun mereka.

Di hari keberangkatan, yang tetap tinggal di Madinah hanyalah kaum perempuan, anak-anak, orang-orang sepuh, dan Muslimin yang memang beruzur syar’i sehingga tidak bisa membersamai Nabi SAW. Tentu saja, kaum munafik lebih memilih tetap berada di rumah-rumah mereka, daripada berperang melawan Romawi sebuah negeri adidaya kala itu.

Berbeda dengan orang-orang munafik, Muslimin yang tetap di Madinah karena memang tidak bisa turut serta dalam pasukan, menangis sedih. Melihat Rasulullah SAW dan rombongan pergi, hati mereka pilu. Allah mengabadikan momen ini dalam Alquran surah at-Taubah ayat ke-91 dan 92.

Secara total, jumlah pasukan Muslimin yang berarak dari Madinah menuju Tabuk mencapai 30 ribu orang. Inilah jumlah prajurit jihad terbesar yang pernah dipimpin Nabi SAW. Mereka dengan tabah mengikuti instruksi beliau.

Medan yang mereka tempuh sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, mereka harus menghadapi panasnya gurun pasir. Perang ini bahkan di juluki "Pasukan Jaisyul Usrah" yang artinya pasukan yang dalam keadaan sulit. Keadaan para sahabat sedang susah membuat seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang sahabat secara bergantian.

Sesampainya di Tabuk, Rasulullah SAW berdiri di hadapan pasukan dan menyampaikan pidato yang penuh semangat. Beliau dan para sahabat siap tempur. Namun, pasukan Romawi tak kunjung muncul. Ternyata, pasukan musuh itu tidak berani berperang. Mereka lebih suka berpencar di batas wilayah mereka masing-masing, dan berlindung di benteng-bentengnya di Syam. Kondisi demikian tetap mereka lakukan ketika sampai berita tentang kekuatan pasukan Muslimin.

Rasulullah menetap di Tabuk selama 20 hari, dan mengirim beberapa pasukan kecil ke sekitar daerah Tabuk. Tindakan ini ternyata menambah kekuatan dan wibawa Islam di wilayah utara jazirah Arab serta membuka jalan ke arah penaklukan daerah Syam.

Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziy dalam sebuah kitabnya menuturkan, ketika sampai di Tabuk, Rasulullah SAW didatangi penguasa negeri Ailah yang menawarkan perdamaian dan jizyah. Beliau juga didatangi penduduk Jarba dan Adzrah untuk memberikan jizyah.

3. IBRAH: TELADAN PARA SAHABAT NABI KALA PERANG TABUK.

Kepergian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menuju Tabuk menyelipkan begitu banyak hikmah. Perang ini dianggap sebagai ajang latihan fisik kaum Muslimin, di mana membutuhkan waktu 50 hari; 30 hari perjalanan pulang pergi dan 20 hari masa menaklukkan musuh di sekitar Tabuk.

Tujuan dari perang ini pun untuk mempersiapkan mereka dalam memikul risalah demi melindungi penyebaran Islam di luar semenanjung Arab. Kabilah-kabilah Arab saat itu pun terpengaruh oleh Rasulullah SAW dan dakwah Islam.

Perjalanan pasukan kaum Muslimin menuju Tabuk memakan waktu hingga 20 hari. Medan yang mereka tempuh sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, mereka harus menghadapi panasnya gurun pasir.

Perang ini bahkan di juluki "Pasukan Jaisyul Usrah" yang artinya pasukan yang dalam keadaan sulit. Keadaan para sahabat sedang susah membuat seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang sahabat secara bergantian.

4. TARIKH TASYRI:

Menyertai Perang ini turun beberapa syariat, antara lain syariat Masbuk berjamaah Ketika Rasul dan Al-Mughirah tertinggal oleh rombangan dalam satu perjalanan.

5. Sepanjang hayat hidup Nabi saw. di Madinah, kita temukan sejumlah fakta sejarah yang menunjukkan peristiwa penting sebagai jihad di bulan Ramadhan, kita mengenal jihad dalam 2 istilah:

a) Sariyyah: Jihad yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.

b) Ghazwah: Jihad yang diikuti oleh Rasulullah saw.

Selama bulan Ramadhan, diantara peristiwa penting sariyyah, yang disebut dengan sariyyah Hamzah bin Abdul Muthalib di tahun ke 1 Hijriyyah. Sedangkan ghazwah yaitu perang Badar di tahun ke 2 Hijriyyah, kemudian Fathu Makkah di tahun ke 8 Hijriyyah dan perang Tabuk yang dimulai di bulan Rajab dan berakhir di bulan Ramadhan (Hampir 3 bulan) di tahun 9 Hijriyyah itu kurang lebih bertepatan dengan tahun 630 Masehi.

6. MENGENAI ROMAWI:

Romawi itu ada dua: Romawi Barat dan Romawi Timur. Romawi Barat itu beribu kota di Italia (Tapi sudah hancur sebelum agama Islam datang). Jadi surat Ar-Rum dan hadits-hadits Nabi saw. tentang Romawi itu (yang dimaksud) adalah Romawi Timur yang ibu kotanya Byzantium semula berada di Syam. Dulu Syam sebelum dibagi meliputi 4 negara:

a) Yordania.

b) Syria.

c) Palestina.

d) Lebanon.

7. CATATAN PADA PERANG TABUK:

a) Strategi perang diberitahukan kepada yang lain, jangankan kaum muslimin yang dekat domisilinya tahu tentang strategi perang pada perang Tabuk, kaum muslimin yang jauh pun tahu mengenai strategi perang tersebut.

b) Di sini pun orang Arab Badui diajak untuk turun gunung di dalam peristiwa ini.

8. Puncak kemenangan Islam itu adalah tahun 8 (Fathu Makkah), bendera tauhid berkibar, penegakkan syariat itu mulai berpanglima, tetapi keadaan keimanan dan kemenangan ini tidak berbanding lurus dengan kekuatan secara ekonomi, karena pada saat tahun 9 terjadi perang Tabuk ini kondisi ekonomi Madinah sedang lesu. Jadi kalau berjihad, urang keur aya, teu istimewa. Tapi diajak berjihad keur teu boga (dalam keadaan papa) itulah perang Tabuk.

9. Abu Bakar adalah operator inisiatif adanya penggalangan dana (udunan). Para sahabat mah teu ngajukeun proposal, da kudu ka saha ngajukeun proposalna?

10. Tong sok loba mikir keur jeung Allah mah.

Tong sok balitungan, lamun jeung pangeran mah.

11. Bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar, tidak semata-mata pribadi, tapi menggambarkan kesuksesan yang namanya keluarga.

12. Bahwa pilar kesuksesan berdakwah itu bukan di luar, tapi pilar utama penopang itu di keluarga dulu. Naha? Da ludeung, karena keluarga siap.

13. KONDISI SAAT PERANG TABUK:

a) Terpuruk situasi ekonomi.

b) Saat panen tiba.

c) Upaya penggembosan dari dalam oleh kaum Munafik.

d) Medan yang ditempuh sangat sulit.

e) Perang mental.

14. Mental bisa sama, tapi kemampuan tidak sama.

15. Nilai kemuliaan berbanding lurus dengan ongkos pengorbanan.

16. Urang mah hayang mulia, tapi embung ngaluarkeun biaya.

17. Kesuksesan itu bukan karena punya, tapi keadaan yang terbatas tidak menjadikan surut semangat dan dijadikan alasan.

18. Memiliki segala hal tidak selalu berarti menjadi ukuran satu kesuksesan, memiliki kekayaan, memiliki berbagai fasilitas, tidak selalu menjadi ukuran kemenangan. Maka boleh jadi, orang yang tidak memiliki apa-apa secara material fisikal, saat dia memiliki keimanan dan tekad yang membaja serta taat kepada Rasulullah, maka bisa menjungkirbalikkan analisa pengamat militer, menjungkirbalikkan pihak musuh, padahal tidak bermodalkan materi, tidak dalam kondisi fisik yang prima, tapi mental yang membaja dan keimanan yang demikian tinggi yang menjadikan musuh menjadi gentar dan ciut padahal dalam keadaan serba kekurangan.

Wallahu A'lam, Al-Ustadz Faqih Aulia, Bidang Jam'iyyah PC Pemuda Persis Batununggal Kota Bandung.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama