HARI INI BUKAN HARI ESOK

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ.

Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir dan mereka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kemunkaran, dan mereka bersegera dalam kebaikan. Mereka itu orang-orang yang shalih. QS. Ali Imran: 114.

Jamaah Jumat Rahimakumullah!

Kesempatan untuk melakukan amal saleh, setiap saat selalu ada dan bisa dilakukan oleh setiap mukallaf, karena semuanya diberi kemampuan untuk beramal shaleh. Semuanya diperintahkan untuk berlomba melakukan kebaikan, dan semuanya hendaklah berniat menjadi orang yang paling dahulu melakukan kebaikan. Sebaliknya, dilarang menjadi orang yang selalu dengan sengaja mengakhirkan amal saleh, dalam arti melalaikan atau menganggap kecil dan menghinakan kebaikan.

Ta’hir dan taswif, yaitu menangguhkan amal baik yang seharusnya dilakukan hari ini dengan harapan bisa melakukannya hari esok atau lusa dan seterusnya. Sikap seperti itu bukanlah perbuatan yang baik, karena itu bisa saja merupakan bukti kemalasan, sedang malas adalah sifat yang jelek. Dan merupakan penyakit yang harus dihindari. Rasulullah Saw. beliau berlindung dari sifat malas. Dengan sifat malas, berbagai kesempatan yang baik terlewatkan dengan percuma. Sedangkan waktu terus berputar tidak ada yang berulang, artinya, kesempatan hari ini bukanlah kesempatan hari esok dan juga bukan kesempatan yang kemarin.

Kata hikmah menasihatkan: ‘Janganlah kamu tangguhkan apa yang kamu bisa lakukan hari ini, sebab jika engkau tangguhkan, maka bertumpuklah pekerjaan dua hari pada pundakmu, lalu kamu akan merasa berat untuk memikulnya.’ Memang tidaklah mudah untuk memanfaatkan kesempatan itu, sebab di balik itu kesempatan dan dorongan untuk melakukan kejahatan pun selalu ada. Karena itu dasar keimanan yang kuat dan kesadaran akan pentingnya amal shaleh serta harapan mendapatkan pahala dari Allah Swt. yang harus selalu dipertahankan agar dorongan untuk bersegera melakukan kebaikan selalu ada. Dengan demikian, hanya orang-orang yang beriman yang selalu memiliki semangat untuk memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kebaikan. Sungguh beruntung orang yang selalu bisa memanfaatkan kesempatan itu. Sabda Rasulullah Saw.,

إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ، مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ.

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia ada yang diberi kunci-kunci (pembuka) kebaikan dan kunci-kunci (penutup) kejahatan, dan ada manusia yang diberi kunci pembuka kejahatan dan kunci penutup kebaikan. Alangkah baiknya orang yang Allah jadikan kunci-kunci pembuka kebaikan pada tangannya, dan celakalah orang yang Allah berikan kepadanya kunci pembuka kejahatan atas tangannya.” Hr. Ibnu Majah.

Kiranya perlu kita renungkan, kita fikirkan dalam-dalam tentang apa yang kita harapkan dalam hidup ini? Hari-hari kita jalani, waktu-waktu kita lalui, senang dan susah kita rasakan, suka tidak suka terpaksa kita terima, kita tidak bisa menolak Sunnatullah yang berlaku bagi seluruh makhluk-Nya. Lalu apakah yang kita harapkan? Apakah yang kita tunggu? Tidak ada yang diharapkan, kecuali ridha dan maghfirah Allah Swt.

Hanya mereka yang mendapatkan ridha dan maghfirah Allah yang beruntung dalam hidupnya dunia dan akhirat. Untuk mendapatkan itu semua tidak lain, kecuali dengan memanfaatkan setiap kesempatan dengan melakukan amal saleh. Jika buka ridha dan maghfirah-Nya yang kita harap dan kita nanti, maka tidak ada lagi yang kita tunggu kecuali tujuh perkara.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidziy diterangkan: “Tidak ada yang ditunggu, kecuali tujuh perkara, yaitu: 1Kefaqiran yang melupakan, 2kekayaan yang membuat togho, 3sakit yang merusakan (jasad), 4tua yang menjadikannya pikun, 5maut yang mematikan, 6dajjal yang jahat atau 7kehancuran (qiyamat) yang dahsyat dan berbahaya.”

Kemudian apa saja akibat buruknya dari masing-masing yang tujuh itu? Mari kita ungkap satu persatu. 1Kefakiran, bisa menyebabkan seorang lupa kepada aturan, karena perut lapar, tangisan anak istri yang perutnya keroncongan menjadikan ia gelap mata, lupa hukum, diri merasa paling sibuk dengan kesulitan dan kesusahan, lupa kepada kesempatan beramal shalih, lupa untuk memperhatikan waktu, yang jadi perhatian hanyalah bagaimana mendapatkan sesuap nasi untuk menghilangkan lapar. Keluh kesah dan merasa terhina selamanya. Kemiskinan belum tentu teratasi dengan mudah sementara kesempatan kebaikan berlalu dengan begitu saja. Rugilah orang miskin seperti ini.

2Kekayaan, bisa membuat orang lupa diri, lupa kepada Allah yang Maha Pemberi, ia jadi sombong, merasa diri paling kuasa, segala keinginan harus terpenuhi, diri dikuasai oleh nafsu kebanggaan, nafsu sanjungan dan pujian, setiap saat hanya sibuk memikul beban rasa ketakaburan, sedang tenaga untuk memikulnya sangat kurang, lupa kepada diri untuk beramal shalih.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah jumat rahimakumullah!

Allah Swt. berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu memuliakannya dan memberikan ni’mat kepadanya, ia berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Dan jika Tuhan mengujinya, lalu ia kurangkan rizkinya, ia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku’. Tidak demikian, tapi kamu tidak memuliakan anak yatim, dan tidak mau mengajak memberi makan kepada orang miskin dan kamu (mengambil) waris dengan loba (mencampurbaurkan yang halal dan yang batil) dan mencintai harta yang berlebihan.” Qs. Al-Fajr: 15-20.

3Sakit, merupakan bagian yang harus dialami oleh manusia yang hidup di dunia ini, apakah sakit yang ringan atau yang berat, namun yang jelas keadaan jasad kekuatannya berkurang, apalagi jika terserang penyakit yang berat, kekuatan jasad seakan hilang, dengan demikian ia hanya sibuk merasakan sakit dan dengan berbagai keluhan dan rintihan, yang terpikir hanyalah bagaimana agar bisa sembuh, bukan berfikir bagaimana beramal saleh.

4Tua, itulah sebutan bagi yang lanjut usia, kemampuan mengingat sudah berkurang, ada kalanya lupa waktu, lupa tugas yang harus dilakukan pada waktu itu, dan lebih jauh lagi jika sudah sampai pada tingkatan yang disebut pikun, lepas dari segala taklif, dan lepas pula dari segala penilaian sebagai mukallaf dan sudah tidak ada lagi baginya kesempatan beramal shaleh.

5Maut, adalah sesuatu yang pasti akan dirasakan oleh setiap orang, tidak ada yang bisa menghindar darinya dan tidak bisa ditangguhkan apabila sudah datang saatnya. Saat sakaratul maut sudah tiba, nyawa sudah sampai tenggorokan, segala upaya dan usaha untuk menghindari kematian tidak ada gunanya, segala jampi-jampi dari dukun-dukun ataupun doa-doa dari para ajengan atau tokoh keagamaan sebagai penolak maut tidak ada artinya. Hilang semua kesempatan untuk beramal shalih, yang ada hanya tinggal menerima balasan dari setiap amal yang telah dilakukan. Penyesalan tidak ada gunanya. Yang faqir ada harapan untuk kaya, yang kaya ada kemungkinan menjadi miskin, yang sakit ada harapan sembuh. Tetapi yang tua renta mustahil kembali muda dan yang mati mustahil kembali hidup di dunia.

وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفّٰىكُمْ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ .

Dan Allah yang telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang rendah (pikun), agar kamu tahu setelah kamu tahu sesuatu (kembali tidak berilmu). Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dan Maha Kuasa. Qs. An-Nahl: 70.

6Dajjal, munculnya adalah merupakan kejahatan besar, mengusap dan membutakan manusia dari kebenaran, menutup mata penglihatan kepada akhirat, mata hanya terbuka untuk dunia saja. Jika sudah diusap Dajjal, ia akan berfikir lebih baik dunia yang yakin sudah terasa daripada akhirat yang belum terasa, lebih baik dunia yang jelas nyata daripada akhirat yang belum nampak.

Rasulullah Saw. bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ... حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ.

Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan berdiri qiyamah…, sehingga dibangkitkan dajjal pendusta hampir tiga puluh dajjal, semuanya mereka mengaku dirinya Rasulullah…” Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy.

7Hari qiyamat yang pasti terjadi, sungguh dahsyat dan menakutkan, segalanya hancur binasa, langit terbelah, bumi rata, tidak ada lagi hari-hari berganti seperti sebelumnya, kesempatan beramal sudah habis, hanya tinggal menerima balasan dari setiap amal yang telah diamalkan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Oleh: KH. Zae Nandang (Ketua Dewan Hisbah PP PERSIS)

Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory

Sumber: Majalah al Qudwah No. 57 Dzulhijjah 1425 H/ 2005 M hlm. 53-56.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama