KEDUDUKAN NABI

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا. وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلا كَبِيرًا.

Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau jadi syahid, dan sebagai mubasysyir (pemberi kabar gembira), dan nadzir (pengancam), dan sebagai da’i (penyeru) kepada (agama) Allah dengan perintah-Nya. dan sebagai siroj (pelita) yang menerangi. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin, bahwa bagi mereka karunia yang besar dari Allah. QS. Al-Ahzab: 45-47.

Sebagian ulama mengatakan bahwa kata nabiyyun (نبي) berasal dari kata nubuwwatun (نبوة) artinya tinggi. Dinamakan nabiyyun (نبي) karena tinggi kedudukannya (di sisi Allah) daripada manusia yang lainnya. Dan ada juga yang mengatakan, kata nabiyyun (نبي) berasal dari kata nabaun (نبأ) yang artinya berita besar. Dinamakan nabiyyun (نبي) karena dia seorang pembawa berita besar (berita dari Allah).

Tingginya derajat para nabi itu bukan diukur oleh harta dan kedudukan sosial di mata Allah. Tetapi yang jadi ukuran itu adalah ketinggian akhlaknya (memiliki akhlak Karimah), sehingga layak diangkat oleh Allah dan ditempatkan pada tempat yang tinggi, seperti yang dikisahkan dalam Alquran.

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا. وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا. وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا.

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk mengerjakan salat dan menunaikan zakat; dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. Dan ceritakanlah (hai Muhammad, kepada mereka kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. QS. Maryam: 54-58.

Hal ini memang seharusnya seperti itu, yaitu yang pantas menjadi uswah dan ikutan bagi manusia lain adalah orang yang memiliki kedudukan yang tinggi yang ditunjang oleh sifat-sifatnya yang tinggi pula, yaitu sangat jujur dalam segala aspeknya, baik hati, lisan, dan perbuatannya. Siapapun yang mengikutinya dengan ikhlas, tentu akan beserta pula dengan yang diikutinya. Dan sebaliknya sungguh tidak layak jika yang menjadi ikutan itu orang yang hina dan rendah akhlaknya.

Andaikan ada yang mengikuti, tentu akan terbawa hina pula. Dan hal ini mustahil bagi Allah untuk mengangkatnya menjadi uswah bagi manusia lain.

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ.

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim berkata, "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman, "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim." QS. Al-Baqarah: 124.

Para nabi juga sebagai orang yang dipercaya oleh Allah untuk menyampaikan Khabar dari Allah, yaitu Khabar yang berfaidah, menjadi ilmu yang yakin akan menghilangkan keragu-raguan.

Khabar-khabar itu baik yang meliputi aturan yang menyangkut dengan akidah, ibadah, dan muamalah, maupun khabar-khabar tentang kejadian masa lalu, seperti penciptaan manusia pertama dan segala yang berkaitan dengannya dan Khabar tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, seperti mengenai alam kubur, alam Mahsyar, surga, neraka, dan yang lainnya. Karena itu segala hal yang berkaitan dengan aturan dan ketetapan Allah, jika tidak melalui nabi dan rasul-Nya, tentu itu termasuk kebatilan.

Dalam ayat di atas (QS al-Ahzab: 45-47) diterangkan pula fungsi dan tugas nabi, yaitu sebagai syahid, mubasyir, nadzir, da'i, dan siraj.

Syahid (saksi) atau tolok ukur atas segala perbuatan manusia, benar dan tidaknya perbuatan itu, maka sebagai ukurannya adalah apa yang dilakukan oleh nabi. Sebelum Nabi Muhammad diutus di tengah-tengah umat (zaman jahiliah), akidah umat itu beraneka ragam, begitu hadir di tengah umat, maka jelaslah kesalahan akidah dan cara ibadahnya, dan ternyata ibadah mereka semuanya bertumpu di atas kemusyrikan dan takhayul belaka.

Nabi sebagai mubasyir, yaitu pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu rahmat Allah akan menyertainya kapan pun dan di mana pun, dunia dan akhirat, dan tempat kembalinya surga yang penuh dengan kenikmatan.

Dan juga sebagai nadzir, yaitu pemberi ancaman bagi orang-orang yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu murka Allah baginya kapan pun dan di mana pun, dan tempat kembalinya adalah neraka yang penuh dengan adzab yang berat serta pedih.

Nabi-nabi juga sebagai da'i (penyeru) kepada kaumnya masing-masing, sedangkan Nabi Muhammad Saw. penyeru bagi seluruh manusia dari bangsa mana pun dan suku apapun dari zamannya sampai hari kiamat, seruannya terus berjalan. Sampai hari kiamat menyeru kepada agama Allah dengan perintah-Nya.

Nabi juga sebagai siraj (pelita) yang menerangi sepanjang perjalanan hidup manusia. Dengan hadirnya nabi di tengah-tengah umat, maka jelaslah jalan yang harus ditempuh oleh setiap umat manusia untuk keselamatan di dunia dan akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.

Setiap orang yang mengaku umat Nabi, tentu saja harus mengetahui fungsi dan tugas Nabi itu, agar terpimpin segala gerak dan tindak hidupnya. Karena itu siapa saja yang mengaku umat Nabi, tetapi tidak menjadikan Nabi sebagai syahid (tolok ukur) bagi hidupnya, tidak merasa gembira atau tertarik dengan tabsyir-nya (kabar gembira dari nabinya), atau tidak merasa takut dengan ancamannya dan tidak terpanggil oleh seruannya dan tidak merasa terang dengan ajaran yang disampaikannya, sesungguhnya pengakuannya itu bohong, atau kemungkinan lain karena ketidaktahuan atas fungsi dan kedudukan nabi.

Jamaah jumat rahimakumullah!

Mengaku umat nabi, tetapi dengan sengaja tidak menjadikannya sebagai syahid, malah sebaliknya, ia jadikan yang lain selain nabi sebagai tolok ukur, bergembira dengan tabsyir dari yang lain yang bersifat ghurur (tipuan). Takut dengan ancaman yang lain, bukan dengan ancaman dari Nabi. Menyambut seruan selain seruan Nabi dan merasa hidup tenang dan terang dengan ajaran dari selain Nabi (yang bersifat relatif dan batil), tidak ubahnya seperti sikap Bani Israil terhadap Nabinya. Seperti diterangkan dalam Alquran.

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ بِالرُّسُلِ ۖ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ اَفَكُلَّمَا جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰىٓ اَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۚ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ.

Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong. Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?. Qs. Al-Baqarah: 86-87.

Dan lebih jahat lagi mereka sengaja memurtadkan kembali umat Nabi yang telah benar-benar menaati Nabinya dengan berbagai cara. Atau merusak cara ibadah umat itu dengan cara memasukkan cara ibadah yang lain dan berupaya pula mempengaruhi pandangan umat itu terhadap Nabi sehingga memandang rendah dan merasa malu jika mengaku umat nabi.

وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Banyak di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah (biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs. Al-Baqarah: 109.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Oleh: KH. Zae Nandang (Ketua Dewan Hisbah PP PERSIS)

Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory

Sumber: Majalah al Qudwah No. 53 Jumadits Tsaniah 1425 H/ 2004 M hlm. 54-57.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama