MASYARAKAT TAKHAYUL LAHAN SUBUR DUKUN


KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَۙ وَمَا لَا تُبْصِرُوْنَۙ اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ وَّمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍۗ قَلِيْلًا مَّا تُؤْمِنُوْنَۙ وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ.

Maka sungguh Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan yang kamu tidak melihatnya. Sesungguhnya (quran) itu adalah wahyu yang disampaikan kepada utusan yang mulia. Dan bukanlah ucapan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukanlah ucapan kahin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. (Quran) itu diturunkan dari Tuhan semesta alam. QS. Al-Haqqah: 38-43.

Jamaah Jumat Rahimakumullah!

Banyak orang yang pandai menyusun kata-kata, sehingga menarik untuk didengar dan diperhatikan, dan dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Umpamanya untuk mengobarkan semangat berperang, semangat berjuang atau sebaliknya melemahkan semangat berjuang. Juga dengan kata-kata bisa mempengaruhi seseorang dan merubah sikap dari cinta menjadi benci atau sebaliknya terhadap seseorang, barang, keadaan dan yang lainnya.

Keindahan kata-kata yang disusun oleh orang yang pandai atau oleh orang bijak sungguh mengagumkan sehingga disebut sebagai kata hikmah atau kata Mutiara, namun seindah apapun kata-kata itu, jika tidak merujuk kepada Alquran, tetap saja tidak bisa menjadi pedoman dan petunjuk yang mutlak, sebab semua itu hanya sebatas dunia saja tidak bisa menjadi tuntunan hidup sampai ke akhirat.

Allah menyatakan dengan sumpahnya, bahwa Alquran itu bukanlah kata-kata yang disusun oleh manusia termasuk Muhammad, tetapi benar-benar dari Allah yang Maha Kuasa yang isinya sebagai petunjuk jalan kehidupan dunia sampai akhirat. Akan tetapi mengapakah masih saja ragu-ragu terhadapnya, sementara kepada yang lainnya percaya. Dan sungguh aneh sekali jika ada umat Islam, yaitu umat yang mengaku berkitabkan Alquran, tetapi lebih mengidolakan yang lain daripada Alquran.

Ada yang lebih aneh dari itu malah termasuk suatu kesesatan yang nyata apabila umat Islam lebih percaya kepada omongan Kahin atau Arraf (dukun) daripada kepada keterangan dari Alquran.

Kiranya perlu kita ungkapkan di sini tentang Kahin dan Arraf ini, mudah-mudahan bisa memberikan cahaya bagi yang sedang dalam kegelapan.

اَلكَاهِنُ: هُوَ الَّذِيْ يُخْبِرُ بِالأَخْبَارِ الْمَاضِيَّةِ الخَفِيَّةِ بِضَرْبِ مِنَ الظَّنِّ.

Kahin adalah orang yang mengabarkan kabar-kabar yang telah lalu yang tersembunyi dengan membuatnya dari sangkaan semata.

وَالعَرَّافُ الَّذِيْ يُخْبِرُ بِالأَخْبَارِ الْمُسْتَقْبِلَةِ عَلَى نَحْوِ ذَالِكَ.

Dan Adapun al-‘Arraff itu adalah: Orang yang mengabarkan kabar pada masa yang akan datang atas cara yang sama.

وَلِكَوْنِ هَاتَيْنِ الصَّنَاعَتَيْنِ مَبْنِيَّتَيْنِ عَلَى الظَّنِّ الَّذِيْ يُخْطِئُ وَيُصِيْبُ.

Dikarenakan kedua perbuatan itu terbentuk dari sangkaan, yang terkadang benar dan terkadang salah.

قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم. (المفردات في غريب القرآن للراغب الأصفهاني).

Karenanya Nabi Saw. menyatakan: “Barangsiapa yang mendatangi Kahin atau Arrafan (dukun), lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Saw.” (al-mufradat fi Gharib al-Quran li ar-Raghib al-Ashfahaniy, 1: 442) dan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Mengabarkan kejadian di masa yang telah lalu atau memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang bukanlah sesuatu yang terlarang, seperti tentang kehidupan manusia zaman dahulu atau binatang purbakala yang keberadaannya pada zaman ribuan tahun yang silam. Atau sebaliknya memperkirakan yang akan terjadi hari esok dan seterusnya, selama semua itu berdasarkan ilmu yang berhubungan dengan itu dan dilakukan oleh ahlinya, dan itu pun bukan merupakan kepastian, semua itu hanya bersifat perkiraan saja.

Adapun Kahin atau Arraf (dukun) dia mengabarkan kejadian yang telah lalu atau memperkirakan yang akan terjadi di masa yang akan datang, hanya berdasarkan perkiraan semata, tidak disertai dengan penelitian secara ilmu dan bukan ahlinya dalam bidang itu. Karena itu semuanya hanya sekedar khayalan saja yang tidak layak untuk dipercaya.

Dan lebih jelek lagi dukun-dukun itu seringkali mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib dan bisa berhubungan dengan yang ghaib, sehingga bisa menentukan nasib seseorang dan bisa berhubungan dengan yang ghaib, sehingga bisa menentukan nasib seseorang dengan pasti. Kiranya pengakuan itu hanya sekedar untuk menutupi kebohongannya saja agar leluasa membodohi orang lain, dengan demikian orang menjadi percaya kepadanya bahwa ia bisa menentukan nasib seseorang pada hari esok, baik yang berhubungan dengan jodoh, pangkat, kekayaan, keselamatan dan yang lainnya. Itu semua adalah takhayul, kebohongan besar yang wajib diingkari.

Lebih tegas lagi Nabi Saw. menyatakan:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.

“Barangsiapa yang datang kepada dukun, lalu ia bertanya kepadanya tentang sesuatu (perkara ghaib), maka ia membenarkannya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (Hr. Muslim)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah jumat rahimakumullah!

Kenyataan sampai hari ini praktik perdukunan masih marak dan laku dipasarkan, karena masih banyak yang percaya atas kebohongannya, ada yang datang karena ingin kaya, naik pangkat, ingin segera dapat jodoh atau karena supaya terhindar dari bahaya dan lain sebagainya. Karena itulah para dukun itu dengan leluasa membodohi mereka, dan korban pun terus berjatuhan ada yang korban harta dan ada juga yang korban kehormatan.

Untuk menanggulangi hal ini tiada lain yaitu dengan terus menerus upaya peningkatan pemahaman umat terhadap Alquran, karena hanya Alquran-lah yang berfungsi sebagai pemisah antara tauhid dan syirik, antara jujur dan dusta dalam omongan dan antara shahih dan thalih dalam amal.

Dan tidak kurang pula pentingnya himbauan terhadap seluruh media cetak maupun elektronik hendaknya tidak menayangkan hal-hal yang bersifat mistik yang dapat mendorong masyarakat kepada takhayul. Seperti paranormal yang mendagangkan jampi-jampi, pemburu hantu, pengobatan jarak jauh, pengobatan melalui makhluk ghaib, atau oknum-oknum ustadz yang mengaku bisa menangkap jin, dan juga tayangan-tayangan seperti azab kubur, sebenarnya itu hanya hayalan yang akan menguburkan dalam tahayul.

Kembali kepada ayat di atas (al-Haqqah: 38-43) dengan tegas menyatakan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah Tuhan semesta alam, bukan omongan kahin dan bukan pula ucapan seorang tukang sya’ir. Oleh karena itu hendaklah yakin terhadap isinya dan jadikanlah sebagai pedoman hidup dalam setiap langkah. Dan tinggalkanlah takhayul, jangan percaya kepada omongan para dukun yang nyata-nyata menyesatkan dan merugikan. Dan janganlah pula berpegang teguh kepada omongan manusia yang tidak merujuk kepada tuntunan ilahi walaupun dianggap Mutiara, karena sebaik-baik omongan manusia, bukan pedoman hidup dunia dan akhirat.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Oleh: KH. Zae Nandang (Ketua Dewan Hisbah PP PERSIS)

Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory

Sumber: Majalah al Qudwah No. 64 Rajab 1426 H/ 2005 M hlm. 53-56. 

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama