HUKUM FIDYAH
BAGI ORANG TUA YANG PIKUN
Pertanyaan:
Apakah fidyah yang pikun harus
dibayarkan oleh keluarganya? Adakah Batasan mengeluarkan fidyah? Bolehkah fidyah
dikeluarkan sekaligus di lebaran?. Jamaah via WhatsApp.
Jawaban:
Pikun ialah kelainan tingkah laku
(sering lupa dan sebagainya) yang biasa terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut;
linglung; pelupa. (KBBI). Pikun merupakan salah satu dari ketetapan Allah dalam
siklus kondisi yang dialami manusia. Dalam hal ini Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ
فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ
مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ
فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا
ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ
يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ
وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ
وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ.
Wahai manusia,
jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan
(orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai keturunannya
Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging,
baik kejadiannya sempurna maupun tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu
(tanda kekuasaan Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan dalam rahim apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian, Kami
mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu) hingga kamu mencapai usia
dewasa. Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke
umur yang sangat tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya (pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air
(hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai
jenis (tetumbuhan) yang indah. Qs. Al-Hajj [22]: 5.
Pikun pada
umumnya terjadi pada usia 75 tahun, sebagaimana diterangkan oleh Ali bin Abi
Thalib ra.,
وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَلِيِّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فِيْ
أَرْذَلِ العُمُرِ قَالَ: خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ سَنَةً. وَفِيْ هذَا السِّنِّ يَحْصُلُ
لَهُ ضَعْفُ القُوَى وَالْخَرَفُ وَسُوْءُ الْحِفْظِ وَقِلَّةُ العِلْمِ.
Telah diriwayatkan
dari Ali ra., ia berkata tentang usia yang paling lemah atau usia pikun
ialah tujuh puluh lima tahun. Dalam usia ini seseorang akan memudar kekuatannya
dan menjadi lemah, tubuhnya rapuh, hafalannya buruk (pelupa), dan pengetahuannya
berkurang. (Tafsir Ibnu Katsir, IV: 585)
Orang yang
sudah pikun termasuk ghair mukallaf (tidak terkenai kewajiban syariat). Dalam
syariat Islam seseorang tidak dibebani suatu kewajiban kecuali ia mempunyai
kemampuan untuk melakukannya, termasuk di dalamnya kesempurnaan akal, juga harus
dilakukan dalam keadaan sadar. Dalam hadis diterangkan:
عَنْ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلاَم ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ : عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ ،
وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ.
Dari Ali
ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Pena catatan amal diangkat dari tiga
golongan: 1Orang yang tidur hingga ia terbangun, 2anak
kecil hingga ia baligh dan 3orang gila hingga ia berakal.” (Hr. Abu
Dawud)
Oleh karena
orang yang pikun termasuk ghair mukallaf, maka ia tidak wajib shaum dan
tidak ada fidyah baginya.
Mengenai Batasan
mengeluarkan fidyah, pada hadis tersebut: “memberi makan setiap hari satu
orang miskin.”
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: "وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ
مِسْكِيْنٍ." قَالَ كَانَتْ رُخْصَةٌ لِلشَّيْخِ الكَبِيْرِ وَالْمَرْأَةِ
الكَبِيْرَةِ وَهُمَا يُطِيْقَانِ الصِّيَامَ: أَنْ يُفْطِرَا وَيُطْعِمَا مَكَانَ
كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا وَالْحُبْلَى وَالْمُرْضِعَ إِذَا خَافَتَا. قَالَ أَبُوْ
دَاوُدَ يَعْنِي عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَأَطْعَمَتَا.
Dari Ibnu
Abbas ra., “Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah,
yaitu memberi makan seorang miskin.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 184) ia berkata: “Hal
tersebut merupakan keringanan bagi laki-laki tua dan Wanita tua, -sementara
mereka mampu melakukan shaum dengan susah payah- agar berbuka dan memberi makan
setiap hari satu orang miskin, dan keringanan bagi orang yang hamil dan
menyusui apabila merasa khawatir.” Abu Dawud berkata: “Yaitu khawatir kepada
anak mereka berdua, maka mereka berbuka dan memberi makan.” (Sunan Abu Dawud,
I: 537, NO. 2318, ‘Aun al-Ma’bud, VI: 308-309).
Adapun
teknis mengeluarkannya, kami tidak menemukan ketentuan khusus terkait hal itu. Akan
tetapi disegerakan dengan tidak menunda-nundanya akan lebih baik.
Kesimpulan:
1.
Orang yang pikun tidak terkenai
kewajiban shaum, sehingga tidak ada fidyah.
2.
Tidak ada Batasan mengeluarkan
fidyah, namun lebih baik disegerakan.
3.
Fidyah lebih utama dibayarkan
pada bulan Ramadhan meski diluar itupun tetap sah.
Oleh: THAIFAH
MUTAFAQQIHINA FIDDIN (Ust. H. Zae Nandang, Ust. H. U. Jalaluddin, Ust. H. M.
Rahmat Najieb, Ust. H. Uus M. Ruhiat, Ust. H. Wawan Shofwan S., Ust. H. Wawa
Suryana, Ust. H. Agus Ridwan, Ust. Amin Muchtar, Ust. H. M. Nurdin, Ust.
Ginanjar Nugraha, Ust. H. Dede Tasmara, Ust. Latief Awaludin, Ust. Hamdan Abu
Nabhan, Ust. Gungun Abdul Basith)
Ditulis ulang
oleh: Hanafi Anshory
Bersumber dari: Majalah Risalah No. 1 Thn. 62 April 2024: Rubrik ISTIFTA, hlm. 34-36.
Hatur nuhun ustad, jazzakalooh khoiron katsiroo
BalasHapussami-sami, aamiin wa iyyaakum.
HapusPosting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan