KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji kepunyaan Allah, tidak satu puja dan puji pun
yang berhak dimiliki oleh makhluk-Nya, kita memuji kepada-Nya, kita memohon
ampunan-Nya, kita memohon pertolongan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari
kejahatan hawa nafsu - hawa nafsu kita, dan dari kejelekan amal-amal kita. Kita
meyakini sepenuh ilmu bahwa tidak ada yang bisa memberi petunjuk apabila
seseorang bersikukuh dalam kesesatan, dan tidak ada yang bisa menyesatkan
apabila Allah telah memberi petunjuk kepada seseorang. Saat ini adalah saat
yang tepat bagi kita untuk bermunajat, agar Allah senantiasa memberi petunjuk,
hidayah dan taufiq-Nya kepada kita sekalian.
Hadirin sidang Jum'at undangan Allah SWT,
Iman kepada Nabi Saw adalah wasilah berimannya seseorang
kepada Allah Swt.
Tanpa beriman kepada Nabi Saw bagaimana mungkin seseorang
dapat meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Beriman kepada Nabi Saw
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari iman kepada Allah SWT.
Jumhur ulama mengatakan bahwa tidak ada seorang rasul
(utusan) Allah pun yang bukan dari kelompok manusia, terlebih khusus dikisahkan
dalam Alquran bahwa utusan Allah itu adalah kaum laki-laki, sebagaimana
firman-Nya.
وَمَا أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى.
Dan tidak Kami utus sebelummu, melainkan laki-laki dari
ahli negeri-negeri yang Kami beri wahyu kepada mereka.
(QS. Yusuf [12]: 109).
Sebelum Nabi Saw menyatakan kenabian, tidak ada seorang
pun dari kalangan bangsa Arab yang mengaku-ngaku nabi. Akan tetapi setelah Nabi
Saw menyatakan kenabian dan menyebarluaskannya ke seluruh jazirah Arab, maka
muncullah beberapa orang yang mengaku diturunkan wahyu kepada dirinya, seperti
Thulaihah Al-Asadi di Bani Asad, Al-Aswad Al-'Ansa di negeri Yaman, dan di
Yamamah adalah seseorang yang bernama Musailamah. Dengan kronologis seperti itu
dapat diperoleh gambaran secara jelas siapa sebetulnya Nabi palsu itu. Allah
SWT berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ
مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ
إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya,
" padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang
berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”
QS. Al-An'am (6): 93.
Hadirin sidang Jum'at undangan Allah SWT,
Sungguh Allah SWT telah mencela orang kafir Quraisy yang
tidak beriman akan risalah Muhammad Saw, padahal telah cukup bukti dari
ayat-ayat yang menunjukkan nubuwwah (kenabian)-nya, melalui pengakuan ulama
Bani Israil, sebagaimana firman Allah SWT:
أَوَلَمْ يَكُنْ
لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ.
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa
para ulama Bani Israil mengetahuinya? . QS.
Asy-Syu'ara (26): 197.
A. Hassan berkomentar dalam kitab tafsirnya:
"Ulama-ulama Bani Israil tahu akan kedatangan Nabi Muhammad dari
kitab-kitab agama mereka. Apakah yang demikian tidak cukup buat kebenaran Nabi
Muhammad?
بارك الله لي ولكم.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ
كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.
Hadirin sidang Jum’at undangan
Allah swt,
Yahudi dan Nashrani mengetahui
nubuwwah Muhammad saw seperti seorang bapak mengenal beluk anaknya. Mereka tidak
beriman kepada risalah dan nubuwwah itu karena mereka sengaja
menyembunyikannya, sebagaimana Allah berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا
يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ
وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
Orang-orang
yang telah Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi
Muhammad)42) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya
sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka
mengetahui(-nya). Qs. Al-Baqarah [2]: 146.
Hadirin sidang
Jum’at undangan Allah swt,
Di dalam
al-Qur’an diterangkan bahwa engkau (Muhammad) akan menemukan orang yang paling
keras permusuhannya terhadap orang yang beriman ialah orang Yahudi dan yang
menyekutukan Allah. Adapun sedekat-dekat percintaan terhadap orang yang beriman
adalah Nashara, karena di sana ada pendeta-pendeta dan rahib-rahib yang tidak
sombong.
Apabila mereka
mendengar apa yang diturunkan kepada Rasul, engkau akan melihat air matanya menetes,
karena kebenaran yang mereka tahu sambil berkata “Wahai Tuhan kami, catatlah
kami bersama golongan yang menyaksikan, karena tidak layak bagi kami untuk
tidak beriman kepada kebenaran, sedangkan kami ingin dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang yang shaleh.”
Ahli tafsir
mengatakan bahwa ayat yang bertalian dengan hal di atas adalah turun berkenaan
dengan Ashamah (raja Najasyi) seorang raja di negeri Habasyah, sehingga beliau
mengirim surat kepada Nabi mengenai keislamannya dan menerima akan penjelasan tentang
Isa dalam al-Qur’an.
Hadirin sidang
Jum’at undangan Allah swt,
Orang Yahudi
mestinya cukup mengikuti pengakuan tokohnya yang bernama Abdullah bin Salam,
pada masa Jahiliyyah Namanya Al-Hushain, lalu Nabi saw menggantinya dengan nama
Abdullah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Abdullah bin Salam adalah
seorang Yahudi Bani Qainuqa, ia menguji nubuwwah Muhammad hanya dengan tiga
pertanyaan yang ia Yakini bahwa hal itu tidak akan terjawab, kecualu harus
melalui wahyu. Imam Al-Bukhari meriwayatkan secara lengkap pada kitab Ahaditsil
Anbiya dan Manaqibil Anshar.
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ بَلَغَهُ مَقْدَمُ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَتَاهُ يَسْأَلُهُ
عَنْ أَشْيَاءَ فَقَالَ إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ ثَلَاثٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا
نَبِيٌّ مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ وَمَا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ
أَهْلُ الْجَنَّةِ وَمَا بَالُ الْوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ أَوْ إِلَى
أُمِّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي بِهِ جِبْرِيلُ آنِفًا قَالَ ابْنُ سَلَامٍ ذَاكَ
عَدُوُّ الْيَهُودِ مِنْ الْمَلَائِكَةِ قَالَ أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ
السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحْشُرُهُمْ مِنْ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ وَأَمَّا
أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ
وَأَمَّا الْوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ نَزَعَ
الْوَلَدَ وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتْ الْوَلَدَ
قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ.
Sesungguhnya telah sampai berita
kepada Abdullah bin Salam tentang kedatangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
di Madinah, lalu dia menanyakan beberapa perkara kepada beliau. Katanya;
"Aku akan bertanya kepada anda tiga perkara yang tidak akan dapat
diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Apakah tanda-tanda pertama hari qiyamat?,
dan apa makanan pertama yang akan dimakan oleh penghuni surga dan bagaimana
seorang anak bisa mirip dengan ayahnya dan bagaimana ia mirip dengan ibunya?.
Beliau menjawab: "Jibril baru saja memberitahuku." Abdullah bin Salam
berkata; "Dia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi."
Beliau bersabda: "Adapun tanda pertama hari qiyamat adalah api yang muncul
dan akan menggiring orang-orang dari timur menuju barat. Dan makanan pertama
penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan (miripnya) seorang anak, apabila
sang suami mendatangi istrinya dan air maninya mendahului air mani istrinya,
berarti akan lahir anak yang menyerupai bapaknya, namun bila air mani istrinya
mendahului air mani suaminya, maka akan lahir anak yang mirip dengan
ibunya." Mendengar itu Abdullah bin Salam berkata; "Aku bersaksi
tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah."
(Hr. al-Bukhari)
Dengan keterangan tersebut tentu
Abdullah bin Salam bukan seorang Yahudi biasa, akan tetapi dia adalah orang
yang cukup mengerti persoalan, sehingga ia mampu memilah dan memilih pertanyaan
yang diajukan kepada seorang yang jawabannya tidak dapat dikemukakan oleh orang
yang mengaku Nabi. Andai Allah tidak mengutus Jibril untuk membantu menuturkan
jawaban pasti kepada Nabi saw, tentu Abdullah bin Salam tidak dapat membuktikan
nubuwwahnya.
Semoga Allah senantiasa memberi
kekuatan untuk mengikuti sunnah Nabi saw sebagai perwujudan iman kepada
nubuwwahnya.
رَبَّنَآ
ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
ٱلنَّارِ.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Oleh: KH. Drs.
Uus Muhammad Ruhiat (Anggota Dewan Hisbah PP PERSIS)
Ditulis ulang
oleh: Hanafi Anshory
Sumber: Majalah Risalah No. 3 Th. 50 Juni 2012.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan