Ibadah shaum Ramadhan tidak hanya
menuntut untuk meninggalkan makanan dan minum saja, tetapi lebih dari itu ada
target yang harus dicapai setelah melaksanakan shaum Ramadhan, yaitu meningkatkan
kualitas ketaqwaan pasca Ramadhan. Shaum Ramadhan merupakan penataran tipe 720
jam selama satu bulan penuh. Tentu saja diharapkan dengan penataran itu dapat
merealisasikannya pasca Ramadhan.
Di antara target dari ibadah
shaum itu ialah;
1.
La’allakum tataqun, لعلكم تتقون
Untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan semaksimal mungkin (100%, haqqo tuqotihi, حقّ تقاته), tetapi kenyataan kualitas ketaqwaan umat
Islam Indonesia masih sangat rendah, jangankan 100 %, 50 % saja masih dipertanyakan.
Baik dilihat dari pelaksanaan ibadah ritual seperti shalat, zakat dan infaq
atau dari segi ibadah sosial, seperti kepedulian terhadap faqir miskin dan yang
lainnya.
Demikian juga
pelanggaran-pelanggaran dan kemaksiatan begitu marak seperti prostitusi,
korupsi, pencurian dan minuman keras serta yang lainnya. Semua itu menunjukkan
lemahnya iman dan ketaqwaan.
Inilah bencana nasional yang
sedang melanda bangsa Indonesia, yaitu rusaknya akhlaq dan maraknya berbagai
kejahatan, bahkan seorang anggota DPR saja yang gajinya sudah lebih dari cukup,
fasilitasnya lengkap masih saja mau korupsi.
Sementara di zaman Nabi sampai
ada yang infaqnya ditolak karena terlalu besar seperti halnya Sa’ad bin Abi
Waqqash, dia menawarkan kepada Nabi untuk menginfaqkan 2/3 hartanya, tetapi
Nabi menolaknya karena terlalu besar, kemudian Sa’ad menawarkan lagi ½ nya,
Nabipun menolaknya karena masih terlalu besar. Akhirnya Nabi berkata: “Cukup
1/3 nya saja.”
Demikian juga yang suka tahajjud
setiap malam dan jarang tidur, Nabi menegur dengan sabdanya, “Kami juga
orang yang paling bertaqwa dan paling takut kepada Allah, suka shalat dan suka
tidur.” Dengan kata lain, musim shalat ya shalat, musim tidur ya tidur.
Seorang penggembala dibujuk oleh
‘Umar untuk menjual kambingnya karena ‘Umar kehabisan bekal, kata ‘Umar:
“Bilang sama majikanmu, kambingnya dimakan srigala.” Si penggembala menjawab,
“Fa aynaLlah?, فأين الله؟”, mau
dikemanakan Allah jika saya berbuat seperti itu, majikanku bisa ditipu dan
dikelabui tetapi Allah tidak bisa dibohongi. Itulah dengan modal Fa Aina Allah
seorang penggembala saja yang tentu saja gajinya tidak akan sebesar anggota DPR
bisa berlaku jujur.
Demikian juga setelah Allah
menegaskan haramnya khamr dan judi, di akhir ayat Allah menggugah dengan nada
bertanya: “فهل أنتم منتهون, fa hal
antum muntahun?” Apakah kamu menghentikan perbuatanmu itu? Para sahabat
menjawab: “in tahaynaa yaa Robbunaa, إنتهينا يا ربنا”, Ya Allah, kami akan hentikan perbuatan itu.
Sampai saat itu yang masih punya
sisa-sisa minuman keras langsung ditumpahkan sampai seperti banjir. Itulah kekuatan
iman dan taqwa yang mampu mendorong untuk berbuat hal-hal yang dianggap berat
dan mampu meninggalkan apa yang dilarang oleh agama sekalipun yang tadinya
sudah mengakar dan membudaya di kalangan masyarakat.
Kriteria Taqwa
Adapun kriteria taqwa sebagaimana
tercantum dalam awal surat al-Baqarah ialah:
a.
Iman terhadap hal-hal yang ghaib
b.
Mendirikan shalat
c.
Sadar untuk berinfaq.
2.
Target dari ibadah shaum ialah meyakini bahwa semua
perintah agama itu baik kalau kamu mengerti (wa an tashuumuu khoiron lakum in kuntum ta’lamuun,
وأن تصوموا خير لكم إن كنتم تعلمون).
Berarti ayat ini mendorong untuk
meningkatkan keilmuan karena hanya dengan ilmu akan mampu menilai mana yang
baik mana yang buruk, mana yang akan menyelamatkan mana yang akan mencelakakan
diri. Alquran yang menjamin memberikan keselamatan dunia dan akhirat.
Alquran sebagai pedoman hidup
menuntut kita untuk memahami isi dan kandungannya untuk kita realisasikan dalam
kehidupan keseharian kita. Alquran adalah kurikulum untuk seumur hidup,
sebodoh-bodoh umat Islam dituntut untuk memahami isi dan kandungannya. Alquran sebanyak
30 juz pas untuk dijadikan kurikulum seumur hidup. Dari usia 6 sampai 15 tahun
programkan untuk belajar membaca Panjang pendeknya, tajwidnya dan tahsinnya. Alquran
itu 30 juz, programkan saja untuk 30 tahun, berarti 1 juz 1 tahun, jadi nanti
di usia 45 tahun Alquran telah tamat kita baca sekaligus tahu isi dan artinya. Dari
usia 45 sampai 60 tahun selama 15 tahun untuk kaji ulang sebanyak 2 juz
setahun.
Satu juz itu terdiri dari 10
lembar untuk 12 bulan. Programkan saja 10 lembar untuk 10 bulan, 1 lembar 1
bulan dan dua bulan untuk libur semester. 1 lembar itu sebanyak 30 baris,
berarti cukup 1 hari itu 1 baris. Jadi jika seseorang mampu menyisihkan waktu
untuk belajar 1 baris perhari insya Allah di usia 45 tahun Alquran kita akan
tamat kita baca sekaligus tahu isi dan artinya, kemudian di usia 45 tahun
tinggal mengulang dengan program 2 juz satu tahun. Jadi sangat pas sekali,
Alquran kita jadikan kurikulum seumur hidup.
3.
Target ibadah shaum itu ialah untuk meningkatkan
syukur kita kepada Allah (La’allakum
tasykurun, لعلكم تشكرون)
Allah yang telah begitu banyak
menganugerahkan kenikmatan terhadap manusia yang kalau kita hitung kita tidak
akan mampu menghitungnya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: “wa in ta’udduu
ni’mataLloohu laa tuhshuuhaa, وإن تعدوا نعمة الله لا تخصوها”, sedangkan syukur kita kepada-Nya masih sangat minim sekali
baik kuantitas orangnya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya: “wa
qoliilun min ‘ibaadiyasy-syakuur, وقليل من عبادي الشكور” (Sedikit sekali hamba Kami
yang bersyukur). Demikian juga
kualitas syukurnya, sampai Allah menggugah dengan firman-Nya: “qoliilan maa
tasykuruun, قليلا ما تشكرون” (Sedikit
sekali syukur kamu kepada Allah).
Ada dua macam nikmat yang Allah
berikan kepada kita, yaitu:
1)
Nikmat hissi, berupa materi seperti sandang, pangan,
papan, perumahan dan kendaraan.
2)
Nikmat ma’nawi, berupa ajaran dan pedoman hidup yaitu
Alquran.
Dalam Alquran diungkapkan dalam
dua ayat yang sama tetapi beda penulisannya, yang satu ditulis dengan ta
maftuhah (ni’mata, نعمت) dan yang
satu lagi ditulis dengan ta marbuthah (ni’mata, نعمة). Para ahli tafsir mengomentarinya bahwa
nikmat yang ditulis dengan ta maftuhah menunjukkan nikmat hissi,
sedangkan nikmat yang ditulis dengan ta marbuthah menunjukkan nikmat ma’nawi,
yaitu nikmat agama untuk kesempurnaan dan kebahagiaan hidup manusia Allah
memberikan jaminan;
Fa man tabi’a hudaayaa, fa laa
khoufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun.
فمن تبع هداي فلا
خوف عليهم ولا هم يحزنون.
(Barangsiapa
yang mengikuti petunjuk-Ku [Alquran], maka dijamin tidak akan takut dan tidak
akan bersedih hati).
Dalam surat ar-Rahman (surat yang
mengungkapkan bukti-bukti kasih sayang Allah), maka nikmat yang pertama
disinggung Allah ialah nikmat diturunkannya Alquran (arRohmaanu ‘allamal-Quraan,
الرحمن علّم القرآن), kemudian
Allah merinci nikmat-nikmat yang Allah berikan dan langsung menyinggungnya
dengan bentuk pertanyaan;
فبأيّ ألاء ربكما
تكذبان.
(Nikmat yang
mana yang akan kamu dustakan wahai jin dan manusia?), sampai 31 kali Allah mengulang ayat tersebut.
Sungguh tidak tahu diri orang
yang berani menentang ajaran Islam, nikmat materi mereka cari, kekayaan malam
mereka gali, emas dan perak mereka kuasai, tetapi agama Islam mereka musuhi,
padahal ajaran Islam yang membawa kebahagiaan hidup, ketentraman batin dan
ketenangan jiwa.
4.
Target dari ibadah shaum itu ialah (La’allahum yarsyuduun, لعلهم يرشدون) agar mereka hidup dengan petunjuk yang
pasti membawa kebenaran.
Islam penuh dengan seperangkat
aturan sebagai pedoman hidup manusia untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Alquran bukan hanya petunjuk ibadah shalat, shaum dan
haji saja, tetapi dalam segala aspek kehidupan telah diatur dalam Alquran, baik
masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan yang lainnya. Tentu saja setiap
muslim harus siap menerima dan mengamalkan petunjuku-petunjuk Alquran.
Sebagai kriteria orang yang (yarsyuduun,
يرشدون) Allah
menegaskan dalam ayat lain, yaitu:
...وَلٰكِنَّ
اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ
اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَۙ.
…(Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasiqan dan kedurhakaan, mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus). Qs. Al-Hujurat: 7.
Dari ayat tersebut terkandung
pesan bahwa ciri-ciri al-Rasyidin itu adalah;
1.
Cinta tuhan
2.
Iman menjadi penghias hati yang selalu mengarahkan ke
jalan yang lurus
3.
Benci akan kekufuran, kefasiqan dan kedurhakaan yang
pasti akan membawa kehancuran.
Itulah target dari ibadah shaum
Ramadhan, jika setiap orang dapat mencapai target-target shaum tersebut pasti
akan membawa ketentraman dan kebahagiaan kepada umat dan masyarakat. Mudah-mudahan
ibadah shaum kita diterima di sisi Allah Swt.
Oleh: KH ACENG ZAKARIA Allaahu
Yarham
Ditulis ulang oleh: Hanafi
Anshory
Bersumber dari: Majalah Risalah No. 02 Th. 57 Mei 2019 hlm 56-59.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan