ANAK KECIL MENJADI IMAM SHALAT


Bagaimana hukum anak kecil menjadi imam? Anak tersebut sudah hafal cara shalat dan suaranya bagus. Jamaah Pengajian.

Jawaban:

Syariat telah menetapkan bahwa seseorang menjadi imam dalam salat berjamaah itu memiliki ketentuan-ketentuan., sebagaimana diterangkan dalam hadis-hadis berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم ، قَالَ : إِذَا كَانُوا ثَلاَثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ.

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Jika keadaan mereka bertiga, hendaklah salah seorang di antara mereka menjadi imam, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling banyak hapalan al-Qur’annya.” (Hr. Muslim)

عَنْ أَبِيْ مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيَّ الْبَدْرِيَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً فَإِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانَ هِجْرَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا يُؤَمُّ الرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ وَلَا فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يُجْلَسُ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا أَنْ يَأْذَنَ لَكَ أَوْ إِلَّا بِإِذْنِهِ.

Dari Abu Mas’ud al-Anshariy al-Badriy, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaannya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam pemahaman terhadap sunnah (hadis) sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami orang lain di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah orang lain di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya.” (Hr. Muslim)

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَى رَجُلَانِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدَانِ السَّفَرَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَنْتُمَا خَرَجْتُمَا فَأَذِّنَا ثُمَّ أَقِيمَا ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا.

Dari Malik bin al-Huwairits ra. berkata, “Dua orang laki-laki datang menemui Nabi saw., keduanya bermaksud melakukan suatu perjalanan. Maka Nabi saw bersabda, ‘Jika kalian berdua sudah keluar, maka [bila hendak salat] adzan dan iqamatlah. Dan yang menjadi imam hendaklah yang paling tua di antara kalian’.” (Hr. al-Bukhariy)

Berdasarkan hadis-hadis di atas dapat disimpulkan bahwa seorang imam salat hendaklah orang yang paling banyak hafalan Al-Quran dan bagus bacaannya, orang yang paling banyak hafalan hadis, orang yang paling tua, orang yang paling dahulu hijrah dan orang yang paling dahulu masuk Islam.

Selain itu secara adabiyah, seseorang tidak boleh menjadi imam di tempat orang lain tanpa seizin imam setempat.

Adapun seorang anak kecil yang boleh menjadi imam salat adalah yang sudah tamyiz, mengerti tentang bagaimana salat yang benar dan memiliki hafalan Alquran yang banyak serta bagus dalam bacaannya. Hal ini sebagaimana dikisahkan pada zaman Nabi Saw sebagaimana hadis tersebut:

عَنْ عَمْرِو بْنْ سَلَمَةَ: ... فَقَالَ صَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا وَصَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّي لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنْ الرُّكْبَانِ فَقَدَّمُونِي بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ وَكَانَتْ عَلَيَّ بُرْدَةٌ كُنْتُ إِذَا سَجَدْتُ تَقَلَّصَتْ عَنِّي فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْ الْحَيِّ أَلَا تُغَطُّوا عَنَّا اسْتَ قَارِئِكُمْ فَاشْتَزَوْا فَقَطَعُوا لِي قَمِيصًا فَمَا فَرِحْتُ بِشَيْءٍ فَرَحِي بِذَلِكَ الْقَمِيصِ.

Dari Amr bin Salamah katanya, … Nabi Saw bersabda, “Shalatlah kalian salat ini di waktu, dan shalatlah kalian salat ini di waktu ini. Jika waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan, dan yang mengimami kalian yang banyak hafalan al-Qurannya. Lantas mereka saling mencermati, dan tidak ada yang lebih banyak hafalan al-Qurannya selain diriku disebabkan aku bertemu dengan para pengendara, maka kemudian mereka menyuruhku maju (memimpin shalat di depan mereka), padahal umurku ketika itu baru enam atau tujuh tahun, ketika itu aku memakai kain apabila aku bersujud, kain itu tersingkap dariku. Maka salah seorang Wanita kampung mengajukan saran; ‘Tidak sebaiknya kalian tutup dubur ahli-ahli qira’ah kalian?’ maka mereka langsung membeli dan memotong gamis untukku, sehingga tak ada yang menandingi kegembiraanku daripada kegembiraanku terhadap gamis itu.” (Hr. al-Bukhariy)

Kesimpulan:

Seorang anak kecil yang sudah mumayyiz boleh menjadi imam salat apabila yang lebih berhak mengizinkannya.

Oleh: THAIFAH MUTAFAQQIHINA FIDDIN (Ust. H. Zae Nandang, Ust. H. U. Jalaluddin, Ust. H. M. Rahmat Najieb, Ust. H. Uus M. Ruhiat, Ust. H. Wawan Shofwan S., Ust. H. Wawa Suryana, Ust. H. Agus Ridwan, Ust. Amin Muchtar, Ust. H. M. Nurdin, Ust. Ginanjar Nugraha, Ust. H. Dede Tasmara, Ust. Latief Awaludin, Ust. Hamdan Abu Nabhan, Ust. Gungun Abdul Basith)

Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory

Bersumber dari: Majalah Risalah No. 12 Thn. 61 Maret 2024: Rubrik ISTIFTA, hlm. 42-43.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama