MEMILIH WAKIL UMAT ISLAM



Oleh: Ust. Tito Irawan, S.Ag

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضاءُ مِنْ أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآياتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi sahabat kepercayaan selain dari kalanganmu. Karena mereka tak henti-hentinya berusaha mencelakakanmu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, bahkan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah terangkan tanda-tanda kepada kamu, jika kamu mau berfikir. Q.s. Ali-Imran: 118

TAFSIR MUFRADAT:
اَلْبِطَانَةُ makna asalnya adalah bagian dalam, sebalik dari اَلظِّهَارَةُ bagian luar. بَطَنْتُ ثَوْبِي بِأَخَرَ artinya bagi orang yang dipercaya mengetahui suatu urusan. Ar-Raghib: 49

TAFSIR AYAT:
Pada ayat di atas, Allah swt. melarang kaum mukminin menjadikan orang-orang kafir, Yahudi, Nasrani, dan Munafiqin sahabat terpercaya tempat berbagi rahasia, bertukar fikiran, dan mengadukan segala persoalan.

Ada perkataan bijak, “Setiap orang bersebrangan pemikiran dan berbeda agama denganmu, tidak pantas dijadikan tempatmu mengadu.” Seorang penyair berkata, “Tentang seseorang jangan engkau bertanya mengenai dirinya, tetapi tanyalah tentang seseorang siapakah sahabatnya. Karena setiap orang dengan sahabatnya saling meniru.” Al-Qurthubi, IV: 178-179

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. bersabda:

اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
Seseorang ada pada agama sahabat terkasihnya, oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kamu cermat memilih siapa yang menjadi sahabat terkasihnya. H.r. Abu Daud

Diriwayatkan bahwasanya Abu Musa Al-Asy’ari mengangkat sekretaris (katib) seorang Nasrani. Kemudian Umar bin Khattab menulis surat kepadanya menegur dengan keras dan membacakan ayat ini (Q.s. Ali-Imran: 118). Kemudian Abu Musa Al-Asy’ari mendatangi Umar bin Khattab dengan membawa catatan-catatan hisab untuk diperlihatkan kepadanya supaya ia mengaguminya. Umar bertanya kepada Abu Musa, “Mana sekretarismu yang biasa membacakan tulisan ini kepada orang-orang?”. Abu Musa menjawab, “Ia tidak masuk masjid”. Kata Umar, “Kenapa, apakah ia junub?”. Abu Musa menjawab, “Ia seorang Nasrani”. Maka Umar pun membentaknya dan berkata, “Janganlah engkau memuliakan mereka, karena sesungguhnya Allah telah menghinakan mereka dan janganlah engkau menitipkan amanah kepada mereka (rahasia kaum muslimin) kepada mereka, karena sesungguhnya Allah telah membuktikan pengkhianatan pada diri mereka”. Pada kesempatan lain Umar berkata, “Janganlah kamu memberi kepercayaan kepada ahli kitab dengan mempercayakan mereka, karena mereka itu menghalalkan suap menyuap. Tetapi pintalah bantuan untuk menyelesaikan urusan kamu dan rakyat kamu kepada orang-orang yang takut kepada Allah swt. (Al-Qurthubi, IV: 179). Oleh karena itu ketika Umar bin Khattab ditanya, “Sesungguhnya di sini ada seorang Nasrani yang ahli menulis, bagaimana jika anda menjadikannya sekretaris?”. Umar menjawab, “Kalau begitu saya telah menjadikan bithanah (sahabat terpercaya) selain dari mukminin”. H.r. Ibnu Abi Hatim

Keterangan-keterangan di atas menunjukkan tidak bolehnya orang-orang non muslim dijadikan sahabat terpercaya atau dipilih untuk menempati tempat-tempat strategis yang mengatur urusan-urusan kaum mukminin. Karena kalau hal ini terjadi, dikhawatirkan rahasia-rahasia kaum muslimin jatuh ke tangan musuh-musuh Islam.

Pada ayat lain Allah swt. memperingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكافِرِينَ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطاناً مُبِيناً 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin-pemimpin, padahal mereka bukan dari mukminin. Apakah kamu ingin mengadakan suatu alasan yang nyata bagi Allah untuk menghukum kamu?”. Q.s. An-Nisa: 144

Di antara alasan Allah swt. melarang kaum mukminin menjadikan mereka sahabat terpercaya adalah sifat-sifat buruk mereka terhadap kaum mukminin yang diterangkan pada ayat di atas. Pertama, mereka tak henti-hentinya berusaha mencelakakan mukminin. Kedua, mereka selalu menginginkan kesusahan menimpa mukminin. Dan ketiga, kebencian terbit dari mulut mereka bahkan lebih besar lagi kebencian yang disembunyikan dalam hati mereka.

Pada ayat di atas, ketika Allah swt. menerangkan kebencian mereka disebutkan terbitnya dari أفواه mulut, tidak menggunakan kata الألسنة lidah, ini menunjukkan betapa besar mulut dan omongan mereka ketika menyatakan kebencian ini. Mereka lebih dari sekedar yang menampakkan kebencian pada dua sorot matanya. Al-Qurthubi, IV: 181

Begitulah Allah swt. menerangkan ayat-ayat-Nya, supaya menjadi bahan pemikiran. Hanya ironisnya kebanyakan kaum muslimin sudah tidak memperhatikan lagi peringatan-peringatan dari Allah swt. mereka malah menjadikan orang-orang non muslim sahabat terpercaya, tempat menyimpan segala rahasia, malah mengangkat dan memilih mereka menjadi pemimpin. Padahal haram hukumnya bagi umat Islam memilih wakil-wakil mereka yang non muslim atau tidak jelas agamanya, karena setiap tindakan tidak akan lepas dari pertanggungjawaban di akhirat.

Oleh: Ustadz Faqih Aulia LITKA PC Pemuda PERSIS Batununggal Kota Bandung.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama