oleh: Ust. Tito Irawan, S.Ag
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ.
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepadanyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal saleh diangkat-Nya… Q.s. Fatir: 10.
TAFSIR MUFRADAT:
اَلْعِزَّةُ yang sering diartikan kegagahan atau kemuliaan, makna asalnya adalah suatu keadaan yang menjaga seseorang dikalahkan yang lainnya. Ar-Raghib: 344.
يَصْعَدُ makna asalnya adalah naik ke tempat yang tinggi. Pada ayat di atas kata ini dijadikan kiasan bagi diterimanya doa seseorang hamba Allah swt. karena tempat pahala adalah di tempat yang paling tinggi, dan tempat azab adalah di tempat yang paling rendah. Ar-Raghib: 288-289, Al-Qurthubi, XIV: 329.
TAFSIR AYAT:
Ketika orang-orang kafir mencari kegagahan dan kemuliaan dengan sembahan-sembahan mereka, dan kaum mukminin pun dengan tanpa disadari mengharapkan kemuliaan dengan mengangkat kafirin sebagai wali-wali mereka, maka pada ayat di atas Allah swt. menerangkan bahwa kemuliaan itu semuanya milik Allah, oleh karena itu siapa yang menghendaki kemuliaan di dunia dan akhirat hendaklah mentaati Allah Yang Maha Mulia. Karena sesuatu yang dicari tidak mungkin bisa didapatkan kecuali dari si pemiliknya.
Kemuliaan Allah, rasul-Nya, dan kaum mukminin adalah kemuliaan yang abadi kemuliaan yang hakiki, sedangkan kemuliaan yang dimiliki kaum kafirin hanyalah kemuliaan semu yang hakikatnya kehinaan. Rasulullah saw. bersabda:
كُلُّ عِزٍّ لَيْسَ بِاللهِ فَهُوَ ذِلٌّ.
Segala kemuliaan yang bukan berasal dari Allah adalah kehinaan. Ar-Raghib: 345.
Merupakan suatu kesesatan yang nyata apabila mencari kemuliaan dari sembahan-sembahan selain Allah walau patung seorang nabi sekalipun. Sesungguhnya semua kemuliaan itu milik Allah di dunia dan akhirat, sesuatu yang dapat menggapainya adalah iman dan amal shaleh.
Oleh karena itu setelah menerangkan kemuliaan yang abadi dan hakiki, ayat di atas menerangkan bahwa Allah swt. akan menerima perkataan-perkataan yang baik dan mengangkat amal saleh.
Perkataan-perkataan yang baik adalah zikir kepada Allah swt. merupakan takbir, tasbih, tahlil, qiraatul qur’an, doa, istighfar, dan lainnya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata, “Apabila kami menceritakan kepada kamu suatu perkara, maka kami bawakan kepada kamu untuk membuktikan kebenarannya dari kitabullah. Sesungguhnya seorang muslim apabila mengucapkan subhanallah, al hamdulillah, la ilaha illallah, Allahu akbar, terhadap kalimat-kalimat itu malaikat mengepalnya, mengumpulkannya di bawah sayapnya, kemudian membawanya naik ke langit. Tidaklah melewati para malaikat kecuali mereka memohon ampun bagi pengucap kalimat-kalimat itu sampai mereka datang membawanya menghadap Allah.” Kemudian Ibnu Mas’ud membaca ayat ini. H.r. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani.
Kesalehan suatu amal adalah dengan keikhlasan ketika melakukannya, jika keikhlasan sudah terpenuhi maka akan diterima oleh Allah dan disediakan pahalanya, akan tetapi jika ada keikhlasan maka tidak tersedia baginya pahala malah sebaliknya siksa. Salat, zakat dan amal-amal lainnya apabila dilakukan dengan ria, maka Allah tidak akan menerimanya. Al-Maraghi, XXII: 112.
Beramal saleh merupakan syarat diterimanya doa. Sebesar apa doa dan harapan kita akan diijabah oleh Allah swt. sebesar itu pula amal saleh yang harus dilakukan. Karena Allah tidak akan menerima suatu ucapan tanpa amal, amal tanpa niat yang ikhlas, dan niat yang ikhlas tanpa cocok dengan sunnah.
Al-Hasan r.a. berkata:
لَيْسَ الْإِيْمَانُ بِالتَّمَنِّي وَلَا بِالتَّخَلِّي وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقُلُوْبِ وَصَدَّقَهُ الْعَمَلُ. مَنْ قَالَ حَسَنًا، وَعَمِلَ غَيْرَ صَالِحٍ، رَدَّهُ اللهُ عَلَى قَوْلِهِ. وَمَنْ قَالَ حَسَنًا، وَعَمِلَ صَالِحًا، رَفَعَهُ الْعَمَلَ ذَلِكَ.
Bukankah keimanan yang sempurna hanya berharap-harap dan berdiam diri. Akan tetapi iman itu apa yang ada di dalam hati dan dibenarkannya dengan amal saleh. Siapa yang berkata dengan perkataan baik tetapi beramal tidak saleh, maka Allah akan menolak perkataannya itu. Dan siapa yang berkata baik dan beramal saleh, maka amal saleh itu akan mengangkat perkataan itu kepada-Nya. H.r. Abd bin Humaed dan Al-Baihaqi.
Ucapan seseorang dengan berdzikir kepada Allah, jika tidak dibarengi dengan amal saleh tentu tidak akan bermanfaat, karena merupakan suatu kecelakaan bagi orang yang ucapannya selalu bertentangan dengan amalnya.
Ibnu Muqaffa pernah berkata, “Ucapan tanpa amal bagaikan kuah tanpa lemak, mega tanpa hujan dan busur tanpa tali.” Al-Kasyaf, III: 302.
Kekuatan amal saleh dalam mengiring doa, cita-cita dan harapan manusia merupakan kekuatan yang amat sangat dahsyat, sehingga tidak ada kekuatan lain yang dapat menghalanginya. Ibnu Abbas pernah ditanya, “Apakah membatalkan salat apabila dilewati oleh wanita, anjing dan keledai?” Beliau membacakan ayat di atas lalu berkata, “Tidak membatalkan, akan tetapi makruh.” H.r. Abdurrazaq, Ibnu Abi Syaebah dan Al-Baihaqi.
Patut untuk direnungkan, kepada doa, cita-cita, dan harapan kaum muslimin sekarang ini seolah-olah tidak didengar dan diijabah Allah, sehingga kemuliaan Islam dan kaum muslimin tak kunjung datang.
Didokumentasikan oleh: Ustadz Faqih Aulia LITKA PC Pemuda Persis Batununggal Kota Bandung.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan