HARITSAH BIN NU'MAN BACAAN SURGAWI



MUQODDIMAH:
Kehidupan Nabi Muhammad SAW tidak hanya di perindah dengan keberadaan para sahabat yang berperan besar dalam penyebaran Islam, tetapi juga dengan kisah-kisah inspiratif dari individu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam. Salah satu sahabat yang di kenal karena ketulusan iman dan kesetiaannya kepada Rasulullah adalah Haritsah bin Nu’man.

LATAR BELAKANG AWAL:
Haritsah bin Nu’man adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Bani Najjar. Beliau lahir di  Makkah sebelum masa kenabian Nabi Muhammad SAW dan termasuk dalam kalangan yang memeluk agama Islam di awal dakwah Nabi. Sejak muda, Haritsah telah di kenal sebagai sosok yang cerdas dan penuh semangat dalam menjalankan ajaran Islam.

KESETIAAN DAN PENGABDIAN:
Keimanan Haritsah bin Nu’man kepada Nabi Muhammad SAW begitu teguh. Ketika Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya hijrah ke  Madinah dalam peristiwa Hijrah, Haritsah juga termasuk di antara mereka yang ikut serta. Kehadirannya di  Madinah tidak hanya sebagai pengikut, tetapi juga sebagai seorang yang turut aktif dalam memperkuat hubungan antar umat beragama di kota tersebut.

Salah satu momen penting yang menegaskan kesetiaan Haritsah adalah ketika beliau terlibat dalam berbagai peperangan yang di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam setiap medan perang, Haritsah menunjukkan keberanian dan kegigihan dalam membela Islam serta Rasulullah. Keberanian tersebut juga tercermin dari kisahnya di medan perang  Uhud.

KISAH DI MEDAN PERANG  UHUD:
Pada Pertempuran Uhud, pasukan Muslim menghadapi pasukan Quraisy yang jauh lebih besar jumlahnya. Meskipun pada awalnya pasukan Muslim berhasil menguasai situasi, namun kemudian terjadi peristiwa yang mengakibatkan kekalahan sementara bagi pasukan Muslim. Saat itu, rumor mengenai kematian Nabi Muhammad SAW menyebar di antara pasukan Muslim, sehingga terjadi kebingungan dan kekacauan.

Dalam keadaan tersebut, hanya sedikit sahabat yang tetap berada di sekitar Nabi Muhammad SAW untuk melindunginya. Salah satunya adalah Haritsah bin Nu’man. Meskipun terluka parah, Haritsah bersikeras untuk tetap berada di dekat Nabi, menjaga beliau dari ancaman musuh yang mendekat. Kehadirannya di samping Rasulullah saat itu merupakan bukti nyata dari kesetiaan dan keberaniannya.

KONTRIBUSI PASCA-PERANG:
Setelah perang berakhir, Haritsah terus aktif dalam memperkuat komunitas Muslim di  Madinah. Beliau terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan keagamaan, serta turut mendukung pembangunan masyarakat yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Keberadaannya menjadi salah satu pilar penting dalam pembentukan komunitas Muslim yang kokoh dan berdaya tahan.

PELAJARAN DARI KISAH HARITSAH BIN NU’MAN:
Kisah Haritsah bin Nu’man mengajarkan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. 

PERTAMA: Kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjadi prinsip utama dalam kehidupan seorang Muslim. Haritsah menunjukkan bahwa kesetiaan tersebut tidak hanya di nyatakan dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata yang bersifat pengorbanan.

KEDUA: Keberanian dalam menghadapi cobaan dan tantangan adalah hal yang penting dalam menegakkan agama. Meskipun dalam situasi yang sulit, Haritsah tetap teguh dan berani dalam membela Islam. Keberanian tersebut merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam menyebarkan ajaran Islam.

KETIGA: Komitmen dalam berkontribusi untuk kebaikan umat merupakan bagian integral dari menjadi seorang Muslim yang sejati. Haritsah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga selalu memperhatikan kepentingan umat secara keseluruhan. Tindakan nyata yang di ambilnya untuk membangun komunitas Muslim adalah cerminan dari komitmen yang kuat terhadap Islam dan umatnya.

KESIMPULAN:
Kisah Haritsah bin Nu’man adalah salah satu dari banyak kisah inspiratif yang dapat menjadi sumber motivasi dan pembelajaran bagi umat Islam. Kesetiaan, keberanian, dan komitmen yang di tunjukkan oleh Haritsah merupakan contoh yang baik bagi kita semua dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Semoga kisah ini dapat terus menginspirasi dan memberi arahan bagi generasi Muslim masa kini dan mendatang.

HARITSAH BIN AN NU’MAN, LANTUNAN BACAAN AL-QURANNYA DIDENGAR NABI DI SURGA:
Saat Nabi tertidur, beliau melihat kondisi di dalam surga. Mimpi seorang Nabi adalah wahyu dari Allah Ta’ala. Nabi mendengar lantunan tilawah al-Quran. Benar, di surga pun terdengar suara orang membaca al-Quran.

Ternyata itu adalah suara Haritsah bin an-Nu’maan radhiyallahu anhu. Surga adalah balasan dari Allah karena begitu banyak kebaikan yang beliau lakukan. Di antara kebaikan itu adalah sikap Haritsah bin an-Nu’man yang begitu berbakti terhadap ibunya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِمْتُ، فَرَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ، فَسَمِعْتُ صَوْتَ قَارِئٍ يَقْرَأُ، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَذَاكَ الْبِرُّ، كَذَاكَ الْبِرُّ. وَكَانَ ‌أَبَرَّ ‌النَّاسِ ‌بِأُمِّهِ.
Dari Aisyah -semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Aku tidur. Kemudian aku melihat diriku berada di dalam surga. Aku mendengar suara pembaca (al-Quran). Aku bertanya: Siapa ini? Mereka berkata: Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Demikianlah kebaikan/bakti (mendapat balasannya). Demikianlah kebaikan/bakti (mendapat balasannya). Beliau (Haritsah bin an-Nu’man) adalah orang yang paling berbakti pada ibunya. (H.R Ahmad, dishahihkan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam al-Ishobah)

Haritsah bin an-Nu’maan pernah melihat Nabi bersama seorang laki-laki yang ternyata Malaikat Jibril berwujud manusia. Beliau pun sempat mengucapkan salam dan Malaikat Jibril menjawab salamnya.

عَنْ حَارِثَةَ بْنِ النُّعْمَانِ، قَالَ: مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ جَالِسٌ فِي الْمَقَاعِدِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَجَزْتُ، فَلَمَّا رَجَعْتُ وَانْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  هَلْ رَأَيْتَ الَّذِي كَانَ مَعِي؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ وَقَدْ رَدَّ عَلَيْكَ السَّلَامَ.
Dari Haritsah bin an-Nu’maan ia berkata: Aku berpapasan dengan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang sedang bersama Jibril alaihissalaam yang duduk di tempat duduk. Aku pun mengucapkan salam kepadanya. Kemudian aku melewati (tempat itu). Ketika aku kembali dan Nabi shollallahu alaihi wasallam telah berpaling, beliau berkata: Apakah engkau melihat sosok yang bersama aku? Aku berkata: Ya. Nabi bersabda: Itu adalah Jibril yang telah menjawab salammu. (H.R Ahmad, dishahihkan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam al-Ishobah)

Tahukah anda putri Haritsah bin an-Nu’man? Seorang putrinya yang disebut Ummu Hisyam, sampai menghafal surah Qof karena berulang sering dibaca Nabi shollallahu alaihi wasallam di dalam khotbah Jumat.

Ummu Hisyam bintu Haritsah bin an-Nu’man radhiyallahu anha berkata:

وَمَا أَخَذْتُ ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ إِلَّا عَنْ لِسَانِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقْرَؤُهَا كُلَّ يَوْمِ جُمُعَةٍ عَلَى الْمِنْبَرِ، إِذَا خَطَبَ النَّاس.
Tidaklah aku mengambil (bacaan) Qoof Wal Quraanil Majiid melainkan dari lisan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang beliau baca setiap Jumat di atas mimbar ketika berkhotbah di hadapan manusia. (H.R Muslim)

Sebagian Ulama menjelaskan bahwasanya suara khotbah Nabi itu terdengar sampai di rumah yang bertetangga dengan masjid.

Haritsah bin an-Nu’man berkuniah Abu Abdillah. Beliau termasuk yang ikut dalam perang Badr, Uhud, Khandaq, dan pertempuran-pertempuran yang diikuti oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam (at-Thobaqootul Kubro karya Ibnu Sa’ad 3/488).
Haritsah bin an-Nu’man termasuk yang menawarkan diri membela Utsman bin Affan saat beliau dikepung para pemberontak. Tapi Utsman menolak tawaran itu.

عَنْ عَبد اللهِ بْن رباح: أن حارثة قَالَ لِعُثْمَان، وَهُوَ مَحْصُوْرٌ: إِنْ شِئْتَ أَنْ نُقَاتِلَ دُوْنَكَ
Dari Abdullah bin Robaah bahwasanya Haritsah berkata kepada Utsman pada saat Utsman terkepung: Jika anda berkenan, kami akan berperang dalam membela anda. (at-Tarikhul Kabir karya al-Bukhari 3/93)

Sebagian referensi menyebutkan bahwa Haritsah bin an-Nu’maan termasuk 80-an atau 100-an orang yang tetap bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tidak meninggalkan beliau saat perang Hunain. Haritsah bin an-Nu’maan meninggal pada pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ketika telah hilang penglihatan beliau.

PERTANYAAN: Sebutkan bentuk bakti Harits bin Nu'man kepada orang tuanya!

JAWABAN:
Haritsah bin Nu’man, seorang shahabat Rasulullah yang dikenal sangat berbakti pada ibunda. Sampai-sampai Rasulullah memimpikannya dalam tidur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam mimpi nabi, Haritsah bahkan menjadi pelantun ayat Al Quran di surga. Masya Allah. Diantaranya:

Haritsah gemar membersihkan rambut ibunya, menyisirnya dan merapihkannya. Saat sang ibu memintanya melakukan sesuatu, Haritsah segera dan selalu mematuhinya. Jangankan menolak, mempertanyakan perintah itu pun tidak. Ia melayani ibunya dengan cinta kasih meski sang ibu telah lanjut usia. Dengan telaten ia menyuapi ibunya dengan tangannya sendiri. Suapan demi suapan makanan diberikan kepada ibunya.

KETELADANAN HARITSAH BIN NU'MAN DALAM BERBAKTI KEPADA IBUNDA YANG BERBUAH SURGA:
Dialah sosok teladan sepanjang sejarah, Haritsah bin Nu’man, salah seorang shahabat Nabi yang dikenal sangat berbakti pada ibundanya. Bahkan Rasulullah sampai memimpikannya dalam tidur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam mimpi yang dialami nabi, Haritsah hadir menjadi pelantun (qari) ayat Al Quran di surga.

Haritsah bin Nu’man merupakan anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Ia melayani ibunya dengan cinta kasih meski sang ibu telah lanjut usia. Dengan penuh kasih sayang ia menyuapi ibunya dengan tangannya sendiri. Suapan demi suapan makanan diberikan kepada ibunya tercinta.

Tak berhenti disitu, Haritsah juga gemar membersihkan rambut ibunya, menyisirnya dan merapihkannya. Saat sang ibu memintanya melakukan sesuatu, Haritsah cekatan dan selalu mematuhinya. Jangankan menolak, mempertanyakan perintah itu pun tidak.

Jika ada seseorang yang menyampaikan perintah sang ibu, Haritsah akan bertanya, “Apa yang diinginkan ibuku?” Ia ingin memenuhi setiap keinginan ibunda. Karena itu, ia pun selalu menaati perintah ibunda selama perintah itu tak melanggar syariat agama.

Bakti Haritsah ini ternyata sampai di telinga para shahabat. Ia pun kemudian dikenal sebagai salah satu shahabat yang paling berbakti kepada orang tua. Apalagi setelah Rasulullah memimpikannya di suatu malam. Makin teranglah sikap bakti Haritsah yang begitu menginspirasi dan patut diteladani.

Rasulullah menceritakan mimpi tersebut kepada Ummul Mukminin Aisyah:

نِمْتُ، فَرَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ، فَسَمِعْتُ صَوْتَ قَارِئٍ يَقْرَأُ، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَذَاكَ الْبِرُّ، كَذَاكَ الْبِرُّ. وَكَانَ ‌أَبَرَّ ‌النَّاسِ ‌بِأُمِّهِ.
“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga. Lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (Al Qur’an). Kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin An Nu’man’.” Rasulullah lalu bersabda, “Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti.” Ia adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya.” (HR. Ahmad).

Sikap bakti Haritsah kepada ibunda kelak berbuah surga. Lebih dari itu, ia melantunkan ayat suci di sana. Bahkan lisan langsung Rasulullah lah yang mengabarkannya bahwa ia menjadi shahabat yang dijanjikan surga karena baktinya pada ibu.

Dari kisah Haritsah kemudian diketahui bahwa berbakti kepada orang tua memberikan balasan surga yang indah tiada tara. Allah akan memasukkan setiap anak berbakti kepada surga-Nya yang luas. Sebaliknya, sikap durhaka kepada orang tua akan menghalangi seseorang untuk masuk jannah. Karena itulah amalan berbakti disebut sebagai salah satu jalan atau pintu menuju surga-Nya.

Renungan:
Saudaraku, sesibuk apapun kita dengan urusan keluarga kita, pekerjaan kita, bisnis kita jangan sampai menghalangi baktinya kita pada orang tua, luangkan waktu untuk berbakti kepada orang tua terutama ibu.

Orang tua adalah pintu surga terdekat kita sewaktu di dunia. Tak ada cara yang lebih mudah untuk masuk surga selain berbakti kepada orang tua. Bersyukur atas nikmat yang Alloh karuniakan kepada kita dengan keberadaan mereka berdua. Karena dengan itulah Alloh memberikan peluang kita masuk surga melalui pintu berbakti pada mereka.

KADO SPESIAL HARITSAH BIN NU’MAN DI PERNIKAHAN FATHIMAH BINTI RASULILLAH:
Haritsah bin al-Nu’man adalah anak dari al-Nu’man bin Nafi’, buah pernikahannya dengan Ja’dah binti ‘Ubaid bin Tsa’labah. Tidak ditemukan data mengenai kapan persisnya Haritsah bin al-Nu’man lahir, namun yang jelas ia lahir di Yatsrib (Madinah). Ini berarti, ia adalah golongan Anshar yang menyambut kedatangan saudaranya dari Mekkah (kaum Muhajirin).

Haritsah adalah keturun Bani al-Najjar, salah satu kabilah terbesar suku Khazraj yang tinggal di sekitar masjid Nabawi, bahkan masjid tersebut dibangun di atas tanah milik mereka. Julukan (laqab)-nya adalah Abu Abdillah.

Haritsah dikenal di antara sahabat-sahabat Nabi yang paling berbakti kepada ibunya (abarru bi ummihi). Nabi Saw. pernah bersabda mengenai dirinya, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat beberapa surga dan Haritsah akan berada di surga Firdaus yang tertinggi.” 

Haritsah bin al-Nu’man termasuk salah satu dari sekian sahabat Nabi Saw. yang kedermawanannya tidak diragukan lagi. Ia banyak berjasa dalam penyebaran Islam dan juga dalam kehidupan Rasulullah. Ia dikenal sebagai sayyid al-kurama’ al-ajwad (pemimpin orang-orang yang murah hati lagi dermawan) dan ajwad al-nas (orang yang paling dermawan).

Di antara kedermawanannya adalah bahwa ia pernah menghibahkan salah satu rumahnya untuk sayyidah Fathimah, juga pernah memberi satu rumah sebagai hadiah atas pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan sayyidah Fathimah. Ali bin Abi Thalib juga pernah membangun sebuah rumah di luar halaman masjid, tetapi sayyidah Fathimah ingin tinggal dekat dengan ayahnya. Maka dengan gembira Haritsah memberikan rumah tersebut kepada Fathimah.

Pada mulanya, Fathimah, putri Rasulullah tinggal agak jauh dari rumah beliau. Suatu ketika, Rasulullah bersabda, “Aku ingin kamu tinggal dekat denganku.” Fathimah mengusulkan, “Rumah Haritsah adalah rumah yang terdekat dengan rumah ayah. Katakanlah kepadanya agar ia mau bertukar tempat tinggal denganku.”

Rasulullah menimpali, “Sebelumnya, kita sudah bertukar tempat dengannya. Sekarang aku malu mengatakannya.” Ketika Haritsah mengetahui hal itu, ia langsung menemui Rasulullah dan berkata, “Rasulullah, saya mengetahui bahwa anda menginginkan tempat tinggal anda lebih dekat dengan Fathimah. Dan inilah rumahku. Tidak ada rumah yang lebih dekat daripada rumah ini. Terserah anda ya Rasulallah, mana yang anda sukai tukarlah. Rasulullah, diriku dan hartaku ini milik Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah, demi Allah, jika ada harta yang anda ambil dari hartaku, itu lebih aku sukai daripada harta yang ada padaku.” Sabda Rasulullah, “Bagus”. Lalu Rasulullah mendo’akan keberkahan kepada Haritsah dan bertukar rumah dengannya.

Kedermawanan Haritsah tersebut tidak pernah putus. Meski ia sudah tidak lagi bisa melihat (buta), ia sempatkan membuat keranjang dari daun kurma (miktal) kemudian digantungkan di pintu kamar mushallanya. Keranjang tersebut berisi beberapa buah kurma yang sengaja disiapkan untuk orang miskin yang membutuhkannya. Ketika ada orang miskin datang ke rumahnya, Haritsah mengambil keranjang tersebut lalu memberikan beberapa buah kurma kepadanya. Keluarganya ingin sekali mengambil alih kebiasaan baiknya, namun ia menolaknya seraya berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Memberi sedekah kepada orang miskin akan menunda kematian yang mengerikan.’”

Selain dermawan, Haritsah bin al-Nu’man juga terkenal dengan kebaikannya; ringan tangan dan suka membantu siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Rumahnya sering dijadikan tempat transit para sahabat, dan beberapa kali ia memberikan rumah-rumahnya untuk keluarga Rasulullah Saw. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw. berada di rumah Abu Ayyub di Madinah, Rasulullah menyuruh Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’ pergi ke Mekkah untuk menjemput kedua putri beliau, yaitu Fathimah dan Ummu Kultsum, istri beliau Saudah binti Zam’ah, Usamah bin Zaid dan ibunya, serta Ummu Aiman. Dalam tugas tersebut, mereka dibekali uang sebanyak 500 dirham dan 2 unta, dan dalam rombongan tersebut ikut juga keluarga Abu Bakar, yaitu Abdullah bin Abu Bakar dan Aisyah. Setelah tiba di Madinah, mereka menempati rumah Haritsah bin al-Nu’man.

RINGKASAN:
Haritsah bin Nu'man adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keutamaannya dan kedekatannya dengan Nabi. Berikut adalah beberapa poin penting tentang Haritsah bin Nu'man:

1. Nama Lengkap dan Nasab: Nama lengkapnya adalah Haritsah bin Nu'man bin Nafi' bin Zaid bin Amr bin Mabdhul dari suku Khazraj.

2. Keutamaan: Haritsah bin Nu'man dikenal karena kebaikan, kesetiaan, dan keberanian dalam memperjuangkan Islam. Ia adalah salah satu dari para sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Hijrah: Ia turut serta dalam hijrah dari Mekah ke Madinah, menunjukkan dedikasinya dalam mendukung dakwah Islam.

4. Kedekatan dengan Nabi: Haritsah bin Nu'man sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW dan sering kali diberi kepercayaan dalam berbagai urusan penting.

5. Perang Badar dan Perang Lainnya: Ia berpartisipasi dalam beberapa pertempuran penting dalam sejarah Islam, termasuk Perang Badar, yang merupakan salah satu pertempuran besar dan menentukan bagi kaum Muslimin.

6. Sifat Dermawan: Haritsah dikenal sebagai orang yang sangat dermawan dan suka membantu sesama, terutama dalam hal memberikan sedekah dan bantuan kepada fakir miskin.

7. Wafat: Ia meninggal dunia di Madinah. Kepergiannya meninggalkan jejak yang mendalam di kalangan kaum Muslimin karena kebaikan dan keteladanannya.

Haritsah bin Nu'man merupakan contoh teladan seorang sahabat Nabi yang menjalankan kehidupannya dengan penuh iman, ketaatan, dan pengabdian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Kehidupan dan karakter Haritsah bin Nu'man mengajarkan banyak pelajaran berharga yang relevan bagi umat Islam dan manusia pada umumnya. Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari kisahnya:

1. Kesetiaan dan Pengabdian: Haritsah bin Nu'man menunjukkan kesetiaan yang luar biasa kepada Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam. Dia tidak ragu untuk hijrah dari Mekah ke Madinah dan berpartisipasi dalam pertempuran untuk membela agama. Kesetiaan dan pengabdiannya adalah contoh bagi kita untuk selalu setia dan berkomitmen terhadap prinsip dan keyakinan kita.

2. Keberanian: Sebagai peserta dalam Perang Badar dan pertempuran lainnya, Haritsah memperlihatkan keberanian yang luar biasa. Ini mengajarkan kita untuk berani dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, serta untuk berani membela kebenaran dan keadilan.

3. Kedermawanan: Haritsah dikenal karena sifat dermawannya, sering membantu fakir miskin dan memberikan sedekah. Ini mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dan membantu sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.

4. Ketaatan kepada Allah dan Rasul: Haritsah selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Ketaatannya adalah contoh bagi kita untuk selalu mengikuti ajaran agama dengan penuh ketaatan dan kesungguhan.

5. Kedekatan dengan Nabi: Kedekatan Haritsah dengan Nabi Muhammad SAW menunjukkan pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang saleh dan berilmu. Ini dapat membantu kita menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah.

6. Pengorbanan: Keikutsertaan Haritsah dalam hijrah dan pertempuran menunjukkan pengorbanannya untuk Islam. Ini mengajarkan kita untuk siap berkorban demi kebaikan yang lebih besar dan demi kepentingan agama.

7. Kepedulian Sosial: Haritsah sangat peduli terhadap masyarakat sekitarnya, selalu membantu mereka yang membutuhkan. Kepedulian sosial ini penting untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.

Kisah Haritsah bin Nu'man adalah sumber inspirasi bagi kita untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ketaatan, kedermawanan, keberanian, dan kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Oleh: Ustadz Faqih Aulia LITKA PC Pemuda PERSIS Batununggal Kota Bandung.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama