TAFSIR IBNU KATSIR ALI IMRAN 14-15
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ. قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ
بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga). Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang
lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa
(kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang
disucikan serta keridaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
يُخْبِر تَعَالَى عَمَّا زُيِّنَ لِلنَّاسِ
فِي هَذِهِ الْحَيَاة الدُّنْيَا مِنْ أَنْوَاع الْمَلَاذّ مِنْ النِّسَاء وَالْبَنِينَ
فَبَدَأَ بِالنِّسَاءِ لِأَنَّ الْفِتْنَة بِهِنَّ أَشَدّ كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيح
أَنَّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
Allah Swt. memberitakan tentang semua yang dijadikan
perhiasan bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini, berupa berbagai kesenangan
yang antara lain ialah wanita dan anak-anak. Dalam ayat ini dimulai dengan
sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka sangat kuat. Seperti
apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ
عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
Tiada suatu fitnah pun sesudahku yang lebih berbahaya
bagi kaum laki-laki selain dari wanita.
فَأَمَّا إِذَا كَانَ الْقَصْد بِهِنَّ الْإِعْفَاف
وَكَثْرَة الْأَوْلَاد فَهَذَا مَطْلُوب مَرْغُوب فِيهِ مَنْدُوب إِلَيْهِ كَمَا وَرَدَتْ
الْأَحَادِيث بِالتَّرْغِيبِ فِي التَّزْوِيج وَالِاسْتِكْثَار مِنْهُ وَإِنَّ خَيْر
هَذِهِ الْأُمَّة مَنْ كَانَ أَكْثَرهَا نِسَاء وَقَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Lain halnya jika orang yang bersangkutan bertujuan dengan
wanita untuk memelihara kehormatannya dan memperbanyak keturunan, maka hal ini
merupakan suatu hal yang dianjurkan dan disunatkan, seperti yang disebutkan
oleh banyak hadis yang menganjurkan untuk nikah dan memperbanyak nikah.
Sebaik-baik orang dari kalangan umat ini ialah yang paling banyak mempunyai
istri (dalam batas yang diperbolehkan). Sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
«الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا
الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا
أَطَاعَتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ»
Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya
ialah istri yang saleh; jika suami memandangnya, maka ia membuat gembira
suaminya; jika suami menyuruhnya, maka ia menaati suaminya; dan jika suami
pergi, tidak ada di tempat, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan harta
benda suaminya.
وَقَوْله فِي الْحَدِيث الْآخَر:
Sabda Nabi Saw. dalam hadis yang lain, yaitu:
«حُبِّبَ إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ،
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Aku dibuat senang kepada wanita dan wewangian, dan
kesejukan hatiku dijadikan di dalam salatku.
وَقَالَتْ عَائِشَة رَضِيَ اللَّه عَنْهَا
: لَمْ يَكُنْ شَيْء أَحَبّ إِلَى رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنْ النِّسَاء إِلَّا الْخَيْل وَفِي رِوَايَة : مِنْ الْخَيْل إِلَّا النِّسَاء.
وَحُبّ الْبَنِينَ تَارَة يَكُون لِلتَّفَاخُرِ وَالزِّينَة فَهُوَ دَاخِل فِي هَذَا
وَتَارَة يَكُون لِتَكْثِيرِ النَّسْل وَتَكْثِير أُمَّة مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِمَّنْ يَعْبُد اللَّه وَحْده لَا شَرِيك لَهُ فَهَذَا مَحْمُود مَمْدُوح
كَمَا ثَبَتَ فِي الْحَدِيث:
Siti Aisyah menceritakan bahwa tiada sesuatu pun yang
lebih disukai oleh Rasulullah Saw. selain wanita kecuali kuda. Menurut riwayat
yang lain disebutkan 'selain kuda kecuali wanita'. Senang kepada anak
adakalanya karena dorongan membanggakan diri dan sebagai perhiasan yang juga
termasuk ke dalam pengertian membanggakan diri. Adakalanya karena dorongan
ingin memperbanyak keturunan dan memperbanyak umat Muhammad Saw. yang menyembah
hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka hal ini baik lagi
terpuji, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis, yaitu:
«تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ،
فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang keibuan lagi
subur peranakannya, karena sesungguhnya aku memperbanyak umatku karena kalian
kelak di hari kiamat.
وَحُبّ الْمَال كَذَلِكَ تَارَة يَكُون لِلْفَخْرِ
وَالْخُيَلَاء وَالتَّكَبُّر عَلَى الضُّعَفَاء وَالتَّجَبُّر عَلَى الْفُقَرَاء فَهَذَا
مَذْمُوم وَتَارَة يَكُون لِلنَّفَقَةِ فِي الْقُرُبَات وَصِلَة الْأَرْحَام وَالْقَرَابَات
وَوُجُوه الْبِرّ وَالطَّاعَات فَهَذَا مَمْدُوح مَحْمُود شَرْعًا.
Cinta kepada harta adakalanya karena terdorong oleh
faktor menyombongkan diri dan berbangga-banggaan, takabur terhadap orang-orang
lemah, dan sombong terhadap orang-orang miskin. Hal ini sangat dicela. Tetapi
adakalanya karena terdorong oleh faktor membelanjakannya di jalan-jalan yang
mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan silaturahmi, serta amal-amal kebajikan
dan ketaatan, hal ini sangat terpuji menurut syariat.
وَقَدْ اِخْتَلَفَ الْمُفَسِّرُونَ فِي مِقْدَار
الْقِنْطَار عَلَى أَقْوَال وَحَاصِلهَا أَنَّهُ الْمَال الْجَزِيل كَمَا قَالَهُ الضَّحَّاك
وَغَيْره.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kadar qintar yang
disebut oleh ayat ini, yang kesimpulannya menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan qintar adalah harta yang banyak dan berlimpah, seperti
yang dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
وَقِيلَ : أَلْف دِينَار وَقِيلَ أَلْف وَمِائَتَا
دِينَار وَقِيلَ اِثْنَا عَشَرَ أَلْفًا وَقِيلَ أَرْبَعُونَ أَلْفًا وَقِيلَ سِتُّونَ
أَلْفًا وَقِيلَ سَبْعُونَ أَلْفًا وَقِيلَ ثَمَانُونَ أَلْفًا وَقِيلَ غَيْر ذَلِكَ.
Menurut pendapat yang lain sejumlah seribu dinar,
pendapat lainnya mengatakan seribu dua ratus dinar, pendapat yang lainnya
mengatakan sejumlah dua belas ribu dinar, pendapat lain mengatakan empat puluh
ribu dinar, pendapat yang lainnya lagi mengatakan enam puluh ribu dinar, dan
ada yang mengatakan tujuh puluh ribu dinar, ada pula yang mengatakan delapan
puluh ribu dinar, dan lain sebagainya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "القِنْطَارُ اثْنَا عَشَرَ ألْف أوقيَّةٍ،
كُلُّ أوقِيَّةٍ خَيْر مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ والأرْضِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Asim, dari Abu Saleh,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Satu
qintar adalah dua belas ribu auqiyah, tiap-tiap auqiyah lebih baik daripada apa
yang ada di antara langit dan bumi.
وَقَدْ رَوَاهُ اِبْن مَاجَهْ عَنْ أَبِي بَكْر
بْن أَبِي شَيْبَة عَنْ عَبْد الصَّمَد بْن عَبْد الْوَارِث عَنْ حَمَّاد بْن سَلَمَة
بِهِ وَقَدْ رَوَاهُ اِبْن جَرِير عَنْ بُنْدَار عَنْ اِبْن مَهْدِيّ عَنْ حَمَّاد
بْن سَلَمَة عَنْ عَاصِم بْن بَهْدَلَة عَنْ أَبِي صَالِح عَنْ أَبِي هُرَيْرَة مَوْقُوفًا.
Ibnu Majah meriwayatkan pula hadis ini dari Abu Bakar
ibnu Abu Syaibah, dari Abdus Samad ibnu Abdul Waris, dari Hammad ibnu Salamah
dengan lafaz yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Ibnu Mahdi,
dari Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari
Abu Hurairah secara mauquf (hanya sampai pada Abu Hurairah).
كَرِوَايَةِ وَكِيع فِي تَفْسِيره حَيْثُ قَالَ
: حَدَّثَنَا حَمَّاد بْن سَلَمَة عَنْ عَاصِم بْن بَهْدَلَة عَنْ ذَكْوَان أَبِي صَالِح
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ " الْقِنْطَار اِثْنَا عَشَر أَلْف أُوقِيَّة الْأُوقِيَّة
خَيْر مِمَّا بَيْن السَّمَاء وَالْأَرْض " هَذَا أَصَحّ.
Seperti yang terdapat pada riwayat Waki' di dalam kitab
tafsirnya, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah,
dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang
mengatakan: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, satu auqiyah lebih baik
daripada semua yang ada di antara langit dan bumi. Sanad riwayat ini lebih sahih.
وَهَكَذَا رَوَاهُ اِبْن جَرِير عَنْ مُعَاذ
بْن جَبَل وَابْن عُمَر وَحَكَاهُ اِبْن أَبِي حَاتِم عَنْ أَبِي هُرَيْرَة وَأَبِي
الدَّرْدَاء أَنَّهُمْ قَالُوا : الْقِنْطَار أَلْف وَمِائَتَا أُوقِيَّة.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mu'az
ibnu Jabal dan Ibnu Umar. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abu Hurairah
dan Abu Darda, bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Satu qintar adalah
seribu dua ratus auqiyah."
ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي
زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى الضَّرِيرُ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، حَدَّثَنَا مَخْلَد
بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي
مَيْمُونَةَ، عَنْ زِرّ بْنِ حُبَيْش عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "القِنْطَارُ ألْفُ
أوقِيَّةٍ ومائَتَا أوقِيَّةٍ"
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Zakaria ibnu Yahya Ad-Darir (tuna netra), telah menceritakan kepada kami
Syababah, telah menceritakan kepada kami Mukhallad ibnu Abdul Wahid, dari Ali
ibnu Zaid, dari Ata dari Ibnu Abu Maimunah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay
ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Satu
qintar adalah seribu dua ratus auqiyah.
وَهَذَا حَدِيث مُنْكَر أَيْضًا وَالْأَقْرَب
أَنْ يَكُون مَوْقُوفًا عَلَى أُبَيّ بْن كَعْب كَغَيْرِهِ مِن الصَّحَابَة.
Hadis ini berpredikat munkar, lebih dekat kepada
kebenaran ialah yang mengatakan bahwa hadis ini berpredikat mauquf hanya sampai
pada Ubay ibnu Ka'b (tidak sampai kepada Nabi Saw.), sama halnya dengan yang
lainnya dari kalangan sahabat.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُويَه، مِنْ
طَرِيقِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدة الرَبَذِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ
يحنَّش أَبِي مُوسَى، عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأ
مِائَةَ آيةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، ومَنْ قَرَأ مِائَةَ آيةٍ إِلَى
ألْف أصْبَح لَهُ قِنْطار مِنْ أجْرٍ عندَ اللَّهِ، القِنْطارُ مِنْهُ مِثلُ
الجبَلِ العَظِيمِ".
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Musa ibnu
Ubaidah Ar-Rabzi, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Musa, dari Ummu Darda, dari
Abu Darda yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang membaca seratus ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang
lalai; dan barang siapa yang membaca seratus ayat hingga seribu ayat, maka ia
akan memiliki satu qintar pahala di sisi Allah. Satu qintar pahala sama
banyaknya dengan sebuah bukit yang besar.
وَرَوَاهُ وَكِيع عَنْ مُوسَى بْن عُبَيْدَة
بِمَعْنَاهُ.
Waki' meriwayatkan hal yang semakna dari Musa ibnu
Ubaidah.
وَقَالَ الْحَاكِم فِي مُسْتَدْرَكه : حَدَّثَنَا
أَبُو الْعَبَّاس مُحَمَّد بْن يَعْقُوب حَدَّثَنَا أَحْمَد بْن عِيسَى بْن زَيْد اللَّخْمِيّ
حَدَّثَنَا مُحَمَّد بْن عَمْرو بْن أَبِي سَلَمَة حَدَّثَنَا زُهَيْر بْن مُحَمَّد
حَدَّثَنَا حُمَيْد الطَّوِيل وَرَجُل آخَر عَنْ أَنَس بْن مَالِك قَالَ : سُئِلَ رَسُول
اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْل اللَّه تَعَالَى " وَالْقَنَاطِير
الْمُقَنْطَرَة " ؟ قَالَ :
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Isa ibnu Zaid Al-Lakhami, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki
lainnya, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
ditanya mengenai makna firman-Nya: harta yang berlimpah. (Ali
Imran: 14) Maka Nabi Saw. bersabda:
«الْقِنْطَارُ أَلْفَا أُوقِيَّةٍ»
satu qintar adalah dua ribu auqiyah.
صَحِيح عَلَى شَرْط الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
هَكَذَا رَوَاهُ الْحَاكِم.
Hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya
tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh
Imam Hakim.
وَقَدْ رَوَاهُ اِبْن أَبِي حَاتِم بِلَفْظٍ
آخَر فَقَالَ:
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan lafaz yang lain.
Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الرَّقِّي، حدثنا عمرو ابن أَبِي سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ
-يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ-حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ وَرَجُلٌ آخَرُ قَدْ
سَمَّاهُ-يَعْنِي يَزِيدَ الرَّقَاشي-عَنْ أَنَسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: قِنْطَارٌ، يَعْنِي: "أَلْفَ
دِينَارٍ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman
Ar-Riqqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan
kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepada kami Humaid
At-Tawil dan seorang lelaki yang disebutnya bernama Yazid Ar-Raqqasyi, dari
Anas, dari Rasulullah Saw. dalam sabdanya yang mengatakan: bahwa satu
qintar adalah seribu dinar.
وَهَكَذَا رَوَاهُ الطَّبَرَانِيّ عَنْ عَبْد
اللَّه بْن مُحَمَّد بْن أَبِي مَرْيَم عَنْ عَمْرو بْن أَبِي سَلَمَة فَذَكَرَ بِإِسْنَادِهِ
مِثْله سَوَاء .
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabrani, dari
Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abu Maryam, dari Amr ibnu Abu Salamah, lalu ia
menceritakan riwayat ini dengan sanad yang semisal.
وَرَوَى اِبْن جَرِير عَنْ الْحَسَن الْبَصْرِيّ
عَنْهُ مُرْسَلًا أَوْ مَوْقُوفًا عَلَيْهِ : الْقِنْطَار أَلْف وَمِائَتَا دِينَار
وَهُوَ رِوَايَة الْعَوْفِيّ عَنْ اِبْن عَبَّاس .
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas
ibnu Malik secara mursal atau mauquf hanya sampai kepadanya yang isinya
menyatakan bahwa satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Hal ini merupakan
suatu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas.
وَقَالَ الضَّحَّاك : مِنْ الْعَرَب مَنْ يَقُول
الْقِنْطَار أَلْف وَمِائَتَا دِينَار وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُول : اِثْنَا عَشَر أَلْفًا
.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa sebagian orang Arab ada yang
mengatakan satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Ada pula yang mengatakan
dua belas ribu (dinar).
وَقَالَ اِبْن أَبِي حَاتِم : حَدَّثَنَا أَبِي
حَدَّثَنَا عَارِم عَنْ حَمَّاد عَنْ سَعِيد الْحَرَسِيّ عَنْ أَبِي نَضْرَة عَنْ أَبِي
سَعِيد الْخُدْرِيّ قَالَ : الْقِنْطَار مِلْء مَسْك الثَّوْر ذَهَبًا.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim, dari Hammad, dari Sa'id Al-Harasi,
dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa satu qintar
adalah sepenuh kulit banteng berisikan emas.
قَالَ أَبُو مُحَمَّد : وَرَوَاهُ مُحَمَّد
بْن مُوسَى الْحَرَسِيّ عَنْ حَمَّاد بْن زَيْد مَرْفُوعًا وَالْمَوْقُوف أَصَحّ .
Abu Muhammad mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan oleh
Muhammad ibnu Musa Al-Harasi, dari Hammad ibnu Zaid secara marfu', tetapi yang
mauquf lebih sahih.
" وَحُبّ الْخَيْل عَلَى ثَلَاثَة أَقْسَام
" تَارَة يَكُون رَبَطَهَا أَصْحَابهَا مُعَدَّة لِسَبِيلِ اللَّه مَتَى اِحْتَاجُوا
إِلَيْهَا غَزَوْا عَلَيْهَا فَهَؤُلَاءِ يُثَابُونَ وَتَارَة تُرْبَط فَخْرًا وَنِوَاءً
لِأَهْلِ الْإِسْلَام فَهَذِهِ عَلَى صَاحِبهَا وِزْر وَتَارَة لِلتَّعَفُّفِ وَاقْتِنَاء
نَسْلهَا وَلَمْ يَنْسَ حَقّ اللَّه فِي رِقَابهَا فَهَذِهِ لِصَاحِبِهَا سِتْر كَمَا
سَيَأْتِي الْحَدِيث بِذَلِكَ إِنْ شَاءَ اللَّه تَعَالَى عِنْد قَوْله تَعَالَى:
Senang kuda ada tiga macam, adakalanya para pemiliknya
memeliharanya untuk persiapan berjihad di jalan Allah; di saat mereka perlukan,
maka mereka tinggal memakainya; mereka mendapat pahala dari usahanya itu.
Adakalanya orang yang bersangkutan memelihara kuda untuk membanggakan diri dan
melawan kaum muslim, maka pelakunya mendapat dosa dari perbuatannya. Adakalanya
pula kuda dipelihara untuk diternakkan tanpa melupakan hak Allah yang ada
padanya, maka bagi pemiliknya beroleh ampunan dari Allah Swt. Seperti yang akan
dijelaskan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang. (Al-Anfal:
60), hingga akhir ayat.
وَأَمَّا الْمُسَوَّمَة فَعَنْ اِبْن عَبَّاس
رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا : الْمُسَوَّمَة الرَّاعِيَة وَالْمُطَهَّمَة الْحِسَان وَكَذَا
رُوِيَ عَنْ مُجَاهِد وَعِكْرِمَة وَسَعِيد بْن جُبَيْر وَعَبْد الرَّحْمَن بْن عَبْد
اللَّه بْن أَبْزَى وَالسُّدِّيّ وَالرَّبِيع بْن أَنَس وَأَبِي سِنَان وَغَيْرهمْ
. وَقَالَ مَكْحُول : الْمُسَوَّمَة الْغُرَّة وَالتَّحْجِيل وَقِيلَ غَيْر ذَلِكَ
.
Yang dimaksud dengan al-musawwamah menurut
Ibnu Abbas r.a. ialah kuda-kuda pilihan yang dipelihara dengan baik. Hal yang
sama dikatakan pula menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id
ibnu Jubair, Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Abza, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu
Anas, Abu Sinan, dan lain-lainnya.
Menurut Makhul, al-musawwamah ialah kuda yang memiliki belang
putih. Menurut pendapat yang lainnya lagi dikatakan selain itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ
أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سُوَيْد بْنِ قَيْسٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ حُدَيج، عَنْ
أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ليسَ مِنْ فَرَسٍ عَرَبِي إِلَّا يُؤذَنُ لَهُ مَعَ
كُلِّ فَجْر يَدْعُو بِدَعْوَتَيْنِ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إنَّكَ خَوَّلْتَنِي مِنْ
خَوَّلْتَني من بَنِي آدَم، فاجْعَلنِي مِنْ أحَبِّ
مَالِهِ وأهْلِهِ إِلَيْهِ، أوْ أحَب أهْلِه ومالِهِ إليهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Sa'id, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari
Suwaid ibnu Qais, dari Mu'awiyah ibnu Khadij, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seekor kuda Arab pun
melainkan diperintahkan kepadanya melakukan dua buah doa pada tiap fajar,
yaitu: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menundukkan aku kepada
seseorang dari Bani Adam hingga aku tunduk kepadanya, maka jadikanlah aku
termasuk harta dan keluarga yang paling dicintainya, atau keluarga dan harta
benda yang paling dicintainya.
Firman Allah Swt.:
وَالْأَنْعامِ. يَعْنِي الْإِبِل وَالْبَقَر وَالْغَنَم.
dan binatang ternak. (Ali
Imran: 14) Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan kambing.
وَالْحَرْثِ. يَعْنِي الْأَرْض الْمُتَّخَذَة لِلْغِرَاسِ
وَالزِّرَاعَة .
dan sawah ladang. (Ali Imran: 14) Yakni lahan yang
dijadikan untuk ditanami (seperti ladang, sawah, serta perkebunan).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
رَوْح بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو نَعَامَةَ الْعَدَوِيُّ، عَنْ مُسْلِمِ
بْنِ بُدَيل عَنْ إياسِ بْنِ زُهَيْرٍ، عَنْ سُويد بْنِ هُبَيرة، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ مَالِ امْرِئٍ لَهُ مُهْرة
مَأمُورة، أَوْ سِكَّة مَأبُورة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Na'amah Al-Adawi, dari
Muslim ibnu Badil, dari Iyas ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairah, dari Nabi
Saw. yang bersabda: Sebaik-baik harta seseorang ialah ternak kuda yang
berkembang biak dengan pesat, atau kebun kurma yang subur.
الْمَأْمُورَة الْكَثِيرَة النَّسْل وَالسِّكَّة
النَّخْل الْمُصْطَفّ وَالْمَأْبُورَة الْمُلَقَّحَة.
Al-ma-burah, yang banyak keturunannya. As-sikkah,
pohon kurma yang berbaris (banyak). Ma-buran artinya yang
dicangkok (yakni subur).
Firman Allah Swt:
ذلِكَ مَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا. أَيْ إِنَّمَا هَذَا زَهْرَة الْحَيَاة الدُّنْيَا
وَزِينَتهَا الْفَانِيَة الزَّائِلَة.
Itulah kesenangan hidup di dunia. (Ali
Imran: 14) Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di dunia dan sebagai
perhiasannya yang kelak akan fana.
وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ. أَيْ حُسْن الْمَرْجِع وَالثَّوَاب .
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
(Ali Imran: 14) Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala, yaitu surga.
وَقَدْ قَالَ اِبْن جَرِير : حَدَّثَنَا اِبْن
حُمَيْد حَدَّثَنَا جَرِير عَنْ عَطَاء عَنْ أَبِي بَكْر بْن حَفْص بْن عُمَر بْن سَعْد
قَالَ : قَالَ عُمَر بْن الْخَطَّاب لَمَّا نَزَلَتْ " زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبّ
الشَّهَوَات " قُلْت : الْآنَ يَا رَبّ حِينَ زَيَّنَتْهَا لَنَا فَنَزَلَتْ
" قُلْ أَؤُنَبّئُكُم بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اِتَّقُوا " الْآيَة
.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari Abu Bakar
ibnu Hafs ibnu Umar ibnu Sa'd yang menceritakan bahwa ketika diturunkan ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini. (Ali Imran: 14) Maka Umar ibnul Khattab
berkata, "Sekaranglah, ya Tuhanku, karena Engkau telah menjadikannya
sebagai perhiasan bagi kami." Maka turunlah firman-Nya: Katakanlah,
"Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang
demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 15),
hingga akhir ayat.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
قُلْ أَأُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ
ذلِكُمْ. أَيْ قُلْ يَا مُحَمَّد
لِلنَّاسِ أَؤُخْبِرُكُم بِخَيْرٍ مِمَّا زُيِّنَ لِلنَّاسِ فِي هَذِهِ الْحَيَاة الدُّنْيَا
مِنْ زَهْرَتهَا وَنَعِيمهَا الَّذِي هُوَ زَائِل لَا مَحَالَة ثُمَّ أَخْبَرَ عَنْ
ذَلِكَ فَقَالَ:
Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada
kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?"
(Ali Imran: 15)
Yakni katakanlah, hai Muhammad, kepada orang-orang, "Aku akan
memberitahukan kepada kalian hal yang lebih baik daripada apa yang dihiaskan
kepada manusia dalam kehidupan di dunia ini berupa kesenangan dan
kegemerlapannya yang semuanya itu pasti akan lenyap." Sesudah itu Allah
Swt. mengabarkan melalui firman-Nya:
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ
جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi
Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
(Ali Imran: 15)
أَيْ تَنْخَرِق بَيْن جَوَانِبهَا وَأَرْجَائِهَا
الْأَنْهَار مِنْ أَنْوَاع الْأَشْرِبَة مِنْ الْعَسَل وَاللَّبَن وَالْخَمْر وَالْمَاء
وَغَيْر ذَلِكَ مِمَّا لَا عَيْن رَأَتْ وَلَا أُذُن سَمِعْت وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْب
بَشَرٍ.
Yaitu yang menembus di antara sisi-sisinya dan
bagian-bagiannya sungai-sungai dari berbagai macam rasa, ada sungai madu,
sungai khamr, sungai susu, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh
mata manusia, belum pernah didengar oleh telinganya, dan belum pernah terdetik
di dalam hatinya.
خالِدِينَ فِيها. أَيْ مَاكِثِينَ فِيهَا أَبَد الْآبَاد لَا
يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا.
mereka kekal di dalamnya.
(Ali Imran: 15) Yakni tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, dan mereka
tidak mau pindah darinya.
وَأَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ. أَيْ مِنْ الدَّنَس وَالْخَبَث وَالْأَذَى
وَالْحَيْض وَالنِّفَاس وَغَيْر ذَلِكَ مِمَّا يَعْتَرِي نِسَاء الدُّنْيَا.
dan istri-istri yang disucikan. (Ali
Imran: 15) Maksudnya, disucikan dari kotoran, najis, penyakit, haid, nifas, dan
lain sebagainya yang biasa dialami oleh kaum wanita di dunia.
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ. أَيْ يَحِلّ عَلَيْهِمْ رِضْوَانه فَلَا يَسْخَط
عَلَيْهِمْ بَعْده أَبَدًا وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى فِي الْآيَة الْأُخْرَى الَّتِي
فِي بَرَاءَة:
serta keridaan Allah. (Ali Imran:
15) Yakni mereka dinaungi oleh rida Allah, maka Allah tidak akan murka lagi
terhadap mereka sesudahnya untuk selama-lamanya. Karena itulah Allah Swt.
berfirman di dalam surat At-Taubah:
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ. أَيْ أَعْظَم
مِمَّا أَعْطَاهُمْ مِنْ النَّعِيم الْمُقِيم.
Dan keridaan Allah adalah lebih besar. (At-Taubah:
72) Artinya, lebih besar daripada semua nikmat kekal yang diberikan kepada
mereka di dalam surga.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ. أَيْ يُعْطِي كُلًّا بِحَسَبِ مَا يَسْتَحِقّهُ
مِنْ الْعَطَاء .
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
(Ali Imran: 15) Yakni Dia pasti memberikan anugerah sesuai dengan apa yang
berhak diterima oleh masing-masing hamba. (Tafsir Ibnu Katsir)
Oleh: Hanafi Anshory.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan