UCAPAN SELAMAT DAN SALAM SAHABAT

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN RIYADHUS SHALIHIN

باب وداع الصاحب ووصيته عند فراقه للسفر وغيره والدعاء لَهُ وطلب الدعاء مِنْهُ

“MEMBERI UCAPAN SELAMAT DAN

PESAN KEPADA SAHABAT KETIKA AKAN

BERPISAH UNTUK BEPERGIAN ATAU LAINNYA, SERTA MENDOAKANNYA DAN

MEMINTA DIDOAKAN OLEHNYA”

MUQADDIMAH:

Ketika seseorang hendak berpisah dengan sahabatnya, baik untuk bepergian atau alasan lainnya, ada beberapa adab dan amalan yang dianjurkan dalam Islam, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad (SAW). Berikut adalah beberapa praktik dan pelajaran penting yang dapat diambil:

1.      Meminta Pamitan dan Memberikan Wasiat:

v  Pamitan: Ketika hendak berpisah, baik untuk bepergian atau alasan lainnya, meminta pamitan atau ucapan selamat tinggal adalah hal yang wajar dan menunjukkan perhatian serta saling menghargai.

v  Wasiat: Memberikan nasihat atau wasiat kepada sahabat sebelum berpisah adalah tindakan yang baik. Ini bisa berupa nasihat tentang kebaikan, pengingat untuk menjaga agama, atau pesan-pesan penting yang ingin disampaikan.

2.      Mendoakan Sahabat:

v  Doa Keselamatan: Mendoakan keselamatan dan kesejahteraan sahabat selama mereka bepergian atau menghadapi tantangan merupakan bentuk kasih sayang dan kepedulian. Doa ini bisa meliputi permohonan perlindungan dari bahaya dan kesulitan.

v  Doa untuk Keberkahan: Mendoakan agar sahabat mendapatkan keberkahan dalam perjalanan atau aktivitas yang mereka lakukan adalah tindakan positif yang mencerminkan perhatian dan harapan terbaik.

3.      Meminta Doa dari Sahabat:

v  Meminta Doa: Meminta agar sahabat mendoakan kita juga dianjurkan. Doa dari orang-orang saleh atau yang memiliki kedudukan baik di sisi Allah diyakini lebih makbul dan mendatangkan keberkahan.

v  Saling Mendoakan: Menjalin hubungan yang saling mendukung melalui doa memperkuat ikatan persahabatan dan menciptakan lingkungan yang positif dan penuh kasih sayang.

4.      Hadits Terkait:

v  Hadits tentang Doa dalam Perpisahan: Dalam hadits-hadits seperti yang telah disebutkan, Nabi Muhammad (SAW) sering meminta agar sahabat mendoakan beliau dan meminta doa dari mereka. Ini menunjukkan pentingnya doa dalam hubungan antar sesama.

5.      Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari:

v  Berdoa untuk Orang Lain: Selalu berusaha mendoakan orang-orang terdekat kita dan meminta doa dari mereka sebagai bagian dari adab yang baik dalam perpisahan.

v  Memberikan Nasihat Positif: Saat berpisah, berikan nasihat dan pesan-pesan yang membangun untuk mendukung sahabat dalam menjalani kehidupannya.

v  Menghargai Hubungan: Tunjukkan rasa hormat dan kepedulian dalam setiap perpisahan, baik dalam kata-kata maupun tindakan.

 

Contoh Doa untuk Sahabat:

v  Doa untuk Keselamatan: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keselamatan sahabatku dalam perjalanan ini. Lindungilah dia dari segala bahaya dan kesulitan, serta berikanlah keberkahan dalam setiap langkahnya.”

v  Doa untuk Akhir Amal: “Ya Allah, jadikanlah akhir amal sahabatku baik dan diterima di sisi-Mu. Berikanlah kemudahan dan keberkahan dalam segala amal yang dia lakukan.”

Mengucapkan selamat tinggal, memberikan nasihat, mendoakan sahabat, dan meminta doa adalah praktik-praktik yang baik dan dianjurkan dalam Islam. Ini menunjukkan perhatian dan kasih sayang, serta memperkuat ikatan persahabatan dengan cara yang penuh berkah dan saling mendukung.

Seperti biasa pengarang kitab ini, yaitu Imam An-Nawawi rahimahullah menukil beberapa ayat Al-Qur’an sebelum menjelaskan hadits-hadits yang berkaitan dengan tema.

Berikut beberapa ayat al Qur’an terkait dengan tema ini:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{وَوَصَّى بِهَا إبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ المَوْتُ إذْ قَالَ لِبَنيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إلهَكَ وَإلهَ آبَائِكَ إبْراهِيمَ وَإسْمَاعِيلَ وَإسْحاقَ إلهَاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}. [ البقرة : 132-133 ]

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya' qub (Ibrahim berkata), "Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah ka­lian mati kecuali dalam memeluk agama Islam!" Adakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika is berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan me­nyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (Q.S. Al-Baqarah {2}: 132-133)

Keterangan:

Salah satu faktor yang membuat kedudukan Nabi Ibrahim tinggi di dunia dan akhirat adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan Ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, Ismail dan Ishak. Demikian pula Yakub, ia berwasiat kepada anak-anaknya, Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim yang berserah diri.

Ibrahim dan Yakub berwasiat kepada putra-putranya, demikian juga yang dilakukan oleh cucunya Yakub kepada putra-putranya bahwa Allah telah memilihkan agama yang paling baik bagi mereka dan mengingatkan mereka agar menganut agama itu selama-lamanya, dan jangan sampai mati kecuali dalam keadaan Muslim. Agama yang dimaksud adalah agama Islam. Allah menegaskan bahwa agama yang hak di sisi-Nya ialah agama Islam. Allah berfirman: Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali 'Imran/3: 19)

Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Ali 'Imran/3: 85)

Agama yang dibawa Ibrahim itu terdapat pula di dalam kitab Musa (Taurat). Allah swt berfirman: Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (al-A'la/87: 18,19)

Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka." (al-Baqarah/2: 136)

Allah tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul yang diutus-Nya. Allah berfirman: "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya." (al-Baqarah/2: 136)

Karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin beriman kepada para nabi dan rasul-Nya. Iman kepada para nabi dan rasul serta apa yang dibawanya termasuk rukun iman.

 

Dari perkataan "Ibrahim telah mewasiatkan ..." dapat dipahami:

1.      Bahwa yang diwariskan itu adalah suatu hal yang sangat penting. Berbahaya bagi kehidupan bila wasiat itu tidak dilaksanakan. Karena itu di dalam ayat digunakan perkataan:

a)      "Wasiat" bukan "memerintahkan". Perkataan "wasiat" menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat penting.

b)      "Anak-anaknya", bukan "orang lain". Menurut kebiasaan, berwasiat kepada "anak-anak sendiri" itu diharapkan lebih mungkin terlaksana dibandingkan dengan wasiat kepada orang lain.

2.      Di dalam ayat ini disebut bahwa yang berwasiat itu ialah Ibrahim a.s. dan Yakub a.s. seakan perkataan itu dipisahkan. Hal ini memberi pengertian bahwa yang disuruh melaksanakan wasiat itu bukan hanya keturunan Ibrahim a.s. dan cucunya Yakub a.s. (Bani Israil) saja, tetapi wasiat itu mencakup seluruh anak cucu Ibrahim dan seluruh kaum Muslimin, termasuk di dalamnya keturunan Ismail a.s.

Orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulullah, "Tidakkah engkau tahu bahwa Yakub-yang juga disebut Israil-menjelang kematiannya berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama Yahudi?" Untuk menjawab hal itu Allah menurunkan ayat ini. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Tentu orang-orang Yahudi itu tidak menyaksikannya, sehingga ucapan mereka hanya dusta belaka. Menjawab pertanyaan Nabi Yakub, mereka, yakni anak-anak Nabi Yakub, menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya." (Lihat: Surah ali Imra n/ 3: 84).

Ayat ini diarahkan kepada orang Yahudi, ketika mereka bertanya kepada Rasulluah saw, "Tidakkah engkau mengetahui bahwa Yakub di hari-hari menghadapi kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahudi? Maka turunlah ayat ini yang membantah ucapan mereka itu.

Ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi bahwa mengapa mereka berani mengucapkan yang demikian. Apakah mereka hadir ketika Yakub berwasiat, sehingga mereka mengatakan Yakub beragama Yahudi atau Nasrani? Tidak, mereka tidak menghadirinya, karena itu janganlah mengada-ada, mengatakan sesuatu yang tidak ada, seperti mengatakan Ibrahim beragama Yahudi atau Nasrani, dan sebagainya. Yang diwasiatkan Yakub kepada putranya ialah agar mereka menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka menganut agama Islam, agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, Isa dan yang dianut para nabi.

Adapun hadits-haditsnya adalah:

HADITS PERTAMA:

حديث زيد بن أرقم -رضي الله عنه- الَّذِي سبق في بَابِ إكرام أهْلِ بَيْتِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: قَامَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِينَا خَطِيباً، فَحَمِدَ الله، وَأثْنَى عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ، ثُمَّ قَالَ: ((أمَّا بَعْدُ، ألاَ أيُّهَا النَّاسُ، إنَّمَا أنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أنْ يَأتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ، وَأنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ، أوَّلَهُمَا: كِتَابُ اللهِ، فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ، فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ))، فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ، وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: ((وَأَهْلُ بَيْتِي، أذَكِّرُكُمُ اللهَ في أهْلِ بَيْتِي)) رواه مسلم، وَقَدْ سَبَقَ بِطُولِهِ.

Adapun Hadis-hadisnya, diantaranya ialah hadis Zaid bin Arqam r.a. yang telah diuraikan lebih dulu dalam bab Memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah kepada kita, beliau bertahmid serta memuji kepada Allah, lalu menasihati dan memberi peringatan, kemudian bersabda: "Amma ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku -yakni malaikat pencabut nyawa-, kemudian saya harus mengabulkan kehendak-Nya -yakni diwafatkan-. Saya meninggalkan dua benda berat -agung- yaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah -amalkanlah- dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta mencintai benar-benar kepada Kitabullah itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku -keluargaku-. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku itu." Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Di muka sudah diterangkan selengkapnya yang panjang.

Keterangan:

1.      Pesan tentang Kitab Allah:

v  "Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara berat": Nabi Muhammad (SAW) mengisyaratkan bahwa beliau akan segera meninggal dan meninggalkan umatnya dengan dua amanah utama.

v  "Kitab Allah": Kitab Allah adalah Al-Qur'an, yang merupakan sumber utama petunjuk dan cahaya dalam kehidupan seorang Muslim. Nabi (SAW) menekankan pentingnya memegang teguh dan mengikuti ajaran Al-Qur'an sebagai panduan hidup.

2.      Pesan tentang Ahli Rumah Nabi:

v  "Ahli rumahku": Nabi Muhammad (SAW) mengingatkan pentingnya memperlakukan anggota keluarganya dengan baik. Ini termasuk menjaga hak-hak mereka, menghormati mereka, dan berperilaku baik terhadap mereka.

v  "Aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahli rumahku": Beliau mengingatkan umat Islam untuk menjaga dan menghormati keluarga beliau dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.

3.      Makna Keterikatan pada Kitab Allah dan Keluarga Nabi:

v  Berpegang pada Kitab Allah: Pentingnya berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an sebagai panduan hidup dan sumber kebijaksanaan.

v  Menghormati keluarga Nabi: Menghormati dan memperlakukan keluarga Nabi (SAW) dengan baik sebagai bagian dari ajaran Islam.

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah:

1.      Kepentingan Kitab Allah: Menekankan pentingnya Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana umat Islam harus mengikutinya dalam setiap aspek kehidupan.

2.      Kewajiban Terhadap Ahli Rumah Nabi: Mengingatkan tentang kewajiban untuk menghormati dan memperlakukan dengan baik keluarga Nabi (SAW), serta menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap mereka.

3.      Kepemimpinan dan Tanggung Jawab: Mengajarkan tentang tanggung jawab pemimpin terhadap amanah yang ditinggalkannya, serta kepentingan menjaga ajaran agama dan hak-hak orang lain.

Hadits ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai bagaimana umat Islam harus berpegang pada ajaran Al-Qur'an dan memperlakukan keluarga Nabi dengan baik, serta menekankan pentingnya dua amanah besar yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad (SAW).

Berikut adalah alasan mengapa hadits ini disimpan di Bab 96 mengenai "Memberi Ucapan Selamat dan Pesan kepada Sahabat ketika akan Berpisah untuk Bepergian atau Lainnya, serta Mendoakan dan Meminta Didoakan":

1.      Pesan Perpisahan dan Kewajiban:

v  Pesan Utama: Hadits ini merupakan bagian dari pesan-pesan penting yang disampaikan oleh Nabi Muhammad (SAW) sebelum beliau meninggal. Pesan tersebut mencakup dua hal utama: berpegang teguh pada Kitab Allah dan menjaga hubungan baik dengan keluarga Nabi. Kedua pesan ini merupakan amanah yang harus dijaga oleh umat Islam setelah kepergian beliau.

v  Konteks Perpisahan: Ketika Nabi (SAW) menyampaikan pesan ini, beliau sedang menghadapi masa perpisahan dari umatnya, yang mendekati ajal beliau. Dalam konteks perpisahan ini, beliau memberikan nasihat dan pesan terakhir yang sangat penting untuk diingat dan diterapkan oleh umat Islam.

2.      Penguatan Doa dan Permohonan Doa:

v  Berdoa untuk Keselamatan dan Petunjuk: Dalam konteks perpisahan, hadits ini menggarisbawahi pentingnya doa dan permohonan doa. Meskipun hadits ini tidak secara langsung berbicara tentang doa ketika berpisah, pentingnya pesan-pesan yang disampaikan dan permohonan untuk memegang teguh ajaran-ajaran tersebut sangat relevan dengan praktik meminta doa dan memberikan ucapan selamat dalam konteks perpisahan.

v  Meminta Didoakan: Dengan meninggalkan dua amanah besar, Nabi Muhammad (SAW) secara implisit meminta agar umat Islam mendoakan agar mereka tetap berpegang pada ajaran Al-Qur'an dan menghormati keluarga beliau. Ini adalah bentuk dari permohonan doa yang secara tidak langsung disampaikan melalui pesan-pesan tersebut.

3.      Integrasi Pesan dalam Kehidupan Sehari-hari:

v  Penerapan dalam Perpisahan: Pesan dari hadits ini adalah tentang pentingnya menjaga amanah dan hubungan baik, yang juga relevan dalam konteks memberi ucapan selamat dan pesan ketika berpisah. Mempertahankan ajaran Kitab Allah dan menghormati keluarga Nabi (SAW) adalah bagian dari etika dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh umat Islam, baik ketika bersama maupun saat berpisah.

4.      Kaitan dengan Bab 96:

v  Ucapan Selamat dan Pesan: Hadits ini termasuk dalam Bab 96 karena mengandung pesan penting yang harus disampaikan dan diingat dalam setiap perpisahan. Meminta sahabat untuk memegang teguh ajaran dan menghormati keluarga Nabi merupakan bagian dari memberikan ucapan selamat dan pesan yang bermanfaat.

v  Mendoakan dan Meminta Didoakan: Meskipun hadits ini tidak langsung membahas doa saat perpisahan, pesan-pesan yang disampaikan oleh Nabi (SAW) berfungsi sebagai bentuk doa dan permohonan agar umat Islam mematuhi ajaran agama dan menghormati keluarga beliau.

Hadits ini disimpan di Bab 96 karena relevansinya dengan pesan-pesan penting yang harus diingat dan diterapkan dalam konteks perpisahan. Pesan tentang berpegang teguh pada Kitab Allah dan menghormati keluarga Nabi (SAW) adalah amanah yang harus dijaga dan diteruskan, sejalan dengan praktik memberi ucapan selamat, mendoakan, dan meminta doa dalam situasi perpisahan.

HADITS KEDUA:

وعن أَبي سليمان مالِك بن الحُوَيْرِثِ -رضي الله عنه-، قَالَ: أَتَيْنَا رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم-، وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- رَحِيماً رَفيقاً، فَظَنَّ أنّا قد اشْتَقْنَا أهْلَنَا، فَسَألَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا مِنْ أهْلِنَا، فَأخْبَرْنَاهُ، فَقَالَ: ((ارْجِعُوا إِلَى أهْلِيكُمْ، فَأقِيمُوا فِيهمْ، وَعَلِّمُوهُم وَمُرُوهُمْ، وَصَلُّوا صَلاَةَ كَذَا فِي حِيْنِ كَذَا، وَصَلُّوا كَذَا في حِيْنِ كَذَا، فَإذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أكْبَرُكُمْ)). متفقٌ عَلَيْهِ

زاد البخاري في رواية لَهُ: ((وَصَلُّوا كَمَا رَأيْتُمُونِي أُصَلِّي)).

Dari Abu Sulaiman yaitu Malik bin al-Huwairits r.a., katanya: "Kita semua mendatangi Rasulullah s.a.w. dan kita semua adalah para pemuda yang hampir berdekatan saja usianya. Kita semua bermukim di sisi beliau s.a.w. selama dua puluh malam -untuk belajar ilmu pengetahuan agama-. Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang kasih sayang serta lemah lembut. Beliau mengira bahwa kita semua telah rindu kepada keluarga kita, lalu bertanya kepada kita tentang siapa-siapa dari keluarga kita itu yang kita tinggalkan. Kitapun memberitahukannya tentang hal itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Kembalilah kini kepada keluargamu masing-masing, berdiamlah di dalam lingkungan mereka, berilah mereka pelajaran, perintahlah mereka -melakukan ketaatan-, juga bershalatlah engkau semua shalat ini pada waktu begini dan shalat ini pada waktu begini -yakni shalat lima waktu-. Jikalau waktu shalat sudah tiba, maka hendaklah seorang diantara engkau semua itu membunyikan adzan dan hendaklah menjadi imammu semua itu orang yang tertua dari engkau semua." (Muttafaq 'alaih)

Imam Bukhari menambahkan dalam riwayatnya: "Rasulullah juga bersabda lagi: "Dan bershalatlah engkau semua itu sebagaimana engkau semua melihat cara saya bershalat."

Keterangan:

Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami pernah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Saat itu kami adalah para pemuda sebaya." Ini terjadi pada tahun delegasi, yaitu tahun kesembilan hijrah. Mereka adalah para pemuda lalu mereka menetap bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selama dua puluh malam. Mereka datang untuk memperdalam agama Allah. Mālik berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah seorang penyayang dan ramah. Beliau mengira bahwa kami sudah merindukan keluarga kami." Yakni, kami telah merindukan mereka. "Lantas beliau bertanya kepada kami mengenai keluarga yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahu beliau.

 

Selanjutnya beliau bersabda, "Kembalilah kepada keluarga kalian, tinggallah bersama mereka, ajari dan perintahkan mereka, dan kerjakanlah oleh kalian salat ini pada waktu ini. Jika waktu salat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan yang paling tua diantara kalian menjadi imam." Imam Bukhari menambahkan dalam riwayatnya, "Dan salatlah sebagaimana kalian melihatku salat." Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sudah dikenal dengan kasih sayang dan keramahannya. Beliau adalah manusia paling penyayang kepada manusia. Beliau adalah manusia paling ramah kepada manusia. Penyayang dan ramah. Ketika beliau melihat bahwa mereka sudah merindukan keluarga mereka, dan beliau pun bertanya kepada mereka mengenai keluarga yang mereka tinggalkan, mereka pun memberitahukannya kepada beliau. Lantas beliau menyuruh mereka untuk kembali pada keluarga mereka. "Hendaknya orang yang paling tua di antara kalian menjadi imam." Ini merupakan dalil mengutamakan orang tua menjadi imam, dan ini tidak menafikan sabda Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Hendaknya yang menjadi imam satu kaum adalah orang yang paling pandai membaca Kitabullah," karena para pemuda itu seluruhnya datang dalam satu waktu, dan secara gamblang tidak ada perbedaan yang jelas di antara mereka dalam bacaan Alquran. Usia mereka yang berdekatan bukan berarti sebagian dari mereka lebih pandai dalam membaca. Karena itulah beliau bersabda, "Hendaknya orang yang paling tua di antara kalian menjadi imam." Sebab, mereka itu sama dalam bacaan atau saling berdekatan. Jika mereka sama dalam bacaan, usia dan hijrah, maka hal tersebut dikembalikan dan diserahkan kepada orang yang paling tua usianya. Dalam sabda Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Salatlah sebagaimana kalian melihatku salat." Ini merupakan penegas mengenai petunjuk kenabian dalam mengajari manusia dengan ucapan dan perbuatan. Nabi mengajarkan orang yang salat tanpa ketenangan dengan ucapan. Beliau bersabda, "Jika engkau melaksanakan salat, maka sempurnakan wudu. Lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbir. Setelah itu bacalah surat Alquran yang mudah bagimu, setelah itu silakan rukuk," sampai akhir. Adapun para pemuda tersebut, Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-mengajari mereka dengan perbuatan. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah:

1.      Generasi muda lebih kuat untuk mengemban ilmu dan melakukan perjalanan untuk mencarinya.

2.      Barang siapa menginginkan ilmu dan pengetahuan maka hendaklah dia mencarinya, dan bersabar dalam memperolehnya, serta siap meninggalkan keluarga dan orang-orang yang dicintai dalam rangka menggapainya.

3.      Jika seorang penuntut ilmu pulang kepada suatu kaum yang memiliki ilmu lebih sedikit maka dia harus mengajari mereka.

4.      Shalat wajib itu mempunyai beberapa waktu yang tidak mungkin diketahui kecuali melalui pengajaran.

5.      Orang yang bisa menjadi imam bagi suatu kaum adalah yang paling mengerti tentang Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Tetapi karena mereka telah belajar bersama di tempat Rasulullah saw. dan dalam satu waktu dan mereka berusaha keras agar selalu bisa menghadiri majelis beliau sehingga tolak ukur untuk menentukan orang yang paling berhak menjadi imam adalah dengan melihat usia, yaitu yang paling tua.

6.      Orang yang shalat harus menjalankan sifat shalat Rasulullah saw.

7.      Kasih sayang Rasulullah saw. kepada para Sahabatnya dan kelembutan beliau kepada para pengikutnya serta kasih sayang beliau kepada semua umatnya.

HADITS KETIGA:

وعن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - قَالَ: اسْتَأذَنْتُ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - في العُمْرَةِ، فَأذِنَ لِي، وَقالَ: «لاَ تَنْسَنا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ» فَقَالَ كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أنَّ لِي بِهَا الدُّنْيَا. وفي رواية: وَقالَ: «أشْرِكْنَا يَا أُخَيَّ في دُعَائِكَ». حديث صحيح رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح».

Dari Umar bin Al-Khaṭṭab -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk melaksanakan umrah. Beliau pun memberiku izin dan bersabda, "Janganlah engkau melupakan kami dalam doamu!" Lantas beliau mengucapkan perkataan yang bagiku lebih mahal dari dunia." Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, "Wahai saudaraku, sertakanlah kami dalam doamu!"  

Keterangan:

Umar -raḍiyallāhu 'anhu- ingin menunaikan umrah, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun mengizinkannya. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohon kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhu- agar menyertakannya dalam doanya jika dia pergi ke Makkah. Ini merupakan permohonan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar Umar mengambil manfaat dari doa itu dan para malaikat mengamini doanya. Tentu saja Umar gembira dengan permohonan tersebut dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menganggapnya sebagai suatu kehormatan baginya.

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah:

Disunnahkan kepada orang yang tidak sedang melakukan perjalanan meminta doa kepada orang yang akan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang baik. Padahal bisa jadi orang yang tidak melakukan perjalanan itu adalah orang yang lebih mulia. Terlebih lagi orang yang hendak melakukan perjalanan untuk haji. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Allah akan mengampuni dosa orang yang berhaji dan orang yang didoakan oleh orang yang berhaji.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab (ra) tentang permintaan Nabi Muhammad (SAW) agar beliau tidak melupakan doa untuknya saat melakukan umrah dan permohonan agar disertakan dalam doa, termasuk dalam Bab 96 mengenai "Memberi Ucapan Selamat dan Pesan kepada Sahabat ketika akan Berpisah untuk Bepergian atau Lainnya, serta Mendoakan dan Meminta Didoakan". Berikut adalah alasan mengapa hadits ini dimasukkan dalam bab tersebut:

1.      Konteks Permintaan Doa dalam Perpisahan:

v  Permintaan Doa: Hadits ini menunjukkan permintaan Nabi (SAW) untuk didoakan oleh Umar (ra) saat Umar pergi untuk umrah. Ini mencerminkan adab dalam perpisahan di mana seseorang meminta doa dari orang-orang saleh sebagai bentuk dukungan dan perhatian.

v  Ucapan Selamat dan Pesan: Meskipun hadits ini tidak secara eksplisit membahas ucapan selamat, permintaan Nabi (SAW) agar tidak dilupakan dalam doa adalah bentuk dari pesan yang disampaikan dalam situasi perpisahan.

2.      Relevansi dengan Adab Perpisahan:

v  Mendoakan dan Meminta Doa: Hadits ini mengajarkan tentang pentingnya mendoakan orang lain dan meminta doa dari mereka ketika berpisah. Ini mencerminkan etika yang baik dalam hubungan antar sesama, terutama dalam konteks perpisahan.

v  Kepedulian dalam Doa: Permintaan Nabi (SAW) agar tidak dilupakan dalam doa menunjukkan kepedulian dan rasa saling mendukung yang harus dipertahankan dalam setiap hubungan, baik ketika dekat maupun saat berpisah.

3.      Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari:

v  Praktik Meminta Doa: Hadits ini mengajarkan umat Islam untuk secara aktif meminta doa dari orang-orang saleh ketika bepergian atau menghadapi tantangan, sebagai bentuk dukungan dan keberkahan.

v  Mendoakan Orang Lain: Mengingatkan untuk selalu mendoakan kebaikan bagi orang lain, terutama ketika mereka sedang berpergian atau menghadapi situasi penting.

4.      Kaitan dengan Bab 96:

v  Memberi Ucapan Selamat dan Pesan: Hadits ini terkait dengan memberi ucapan selamat dan pesan dalam konteks perpisahan, di mana permintaan doa adalah bagian dari pesan yang disampaikan dan diterima.

v  Mendoakan dan Meminta Didoakan: Hadits ini menekankan pentingnya kedua aspek ini -memberikan doa dan meminta doa- sebagai bagian dari etika yang baik dalam perpisahan.

Hadits ini dimasukkan dalam Bab 96 karena relevansinya dengan praktik memberi ucapan selamat dan pesan ketika berpisah, serta pentingnya mendoakan dan meminta doa dalam konteks tersebut. Hadits ini menggambarkan adab dan etika dalam perpisahan, yaitu dengan saling mendukung melalui doa, baik ketika seseorang bepergian atau menghadapi situasi penting.

 

HADITS KEEMPAT:

وعن سالم بنِ عبدِ الله بنِ عمر: أنَّ عبدَ اللهِ بن عُمَرَ رضي الله عنهما، كَانَ يَقُولُ للرَّجُلِ إِذَا أرَادَ سَفَراً: ادْنُ مِنِّي حَتَّى أُوَدِّعَكَ كَمَا كَانَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- يُوَدِّعُنَا، فَيَقُولُ: ((أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكَ، وَأمَانَتَكَ، وَخَواتِيمَ عَمَلِكَ)). رواه الترمذي، وقال: ((حديث حسن صحيح)).

Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata kepada seseorang ketika ia hendak berpergian: "Mendekatlah padaku sehingga saya dapat mengamanahkan sesuatu padamu sebagaimana Rasulullah s.a.w. mengamanahkan sesuatu pada kita -kalau kita hendak pergi-. Beliau s.a.w. bersabda: "Saya menyerahkan kepada Allah akan agama dan amanah saudara serta semua akhir amalan saudara." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Keterangan:

Dahulu Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- biasa berkata kepada orang yang hendak melakukan safar, “Kemarilah, aku akan lepas kepergianmu sebagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melepas kami. Ini adalah penjelasan dari Ibnu Umar tentang kesempurnaan tekad para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam mengikuti petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Perkataannya, "iża wada'a rajulan" yakni apabila ia melepas seseorang yang hendak melakukan suatu perjalanan. "Akhaża biyadihi, falā yada'uhā", ia memegang tangannya dan tidak melepaskannya. Ini disebutkan dalam beberapa riwayat lain, yakni ia tidak melepaskan tangan orang tersebut karena sangat tawadu serta ungkapan rasa cinta dan kasih sayang. Dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, yakni kepada orang yang akan bepergian, "Astaudi'ullāha dīnaka", Aku titipkan kepada Allah agamamu, yakni aku memohon penjagaan dan meminta kepada-Nya agar menjaga agamamu. "Wa amānataka", yakni menjaga amanahmu. Dan itu mencakup semua yang diamanahkan kepada seseorang berupa hak-hak orang lain dan hak-hak Allah dalam berbagai bentuk taklif (perintah dan larangan). Dalam melakukan perjalanan, seseorang tidak mungkin terbebas dari kesibukan dengan apa yang ia butuhkan dari menerima, memberi serta berinteraksi dengan orang lain, maka beliau mendoakannya agar bisa menjaga amanah serta terhindar dari berkhianat. Kemudian jika ia kembali kepada keluarganya, ia aman dari apa yang dapat merusak agama dan dunianya.

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah:

1.      Disunnahkan untuk mengucapkan selamat jalan kepada orang yang hendak melakukan perjalanan, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw.

2.      Keinginan yang sangat besar dari para Sahabat Rasulullah saw. untuk mendapatkan petunjuk dalam seluruh urusan mereka.

3.      Disunnahkan bagi seorang Muslim untuk mendoakan saudaranya sesama Muslim dalam setiap keadaan, baik mendoakannya dari jauh atau dari dekat.

4.      Yang paling agung dan berharga yang dimiliki seseorang dalam kehidupannya dan dia takut akan hilang adalah agama.

5.      Harapan seorang Muslim adalah (Husnul Khatimah) akhir yang baik bagi saudaranya Muslim, sebagaimana dia berharap agar diberi akhir yang baik bagi dirinya sendiri.

6.      Taufiq itu berada di tangan Allah. Karena itu, hendaklah seorang Muslim meminta hal tersebut dengan cara menempuh semua jalannya dan mengetuk pintunya.

 

HADITS KELIMA:

وعن عبدِ الله بن يزيدَ الخطْمِيِّ الصحابيِّ -رضي الله عنه-، قَالَ: كَانَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أرَادَ أنْ يُوَدِّعَ الجَيشَ، قَالَ: ((أسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكُمْ، وَأمَانَتَكُمْ، وَخَواتِيمَ أعْمَالِكُمْ)). حديث صحيح ، رواه أَبُو داود وغيره بإسناد صحيح

Dari Abdullah bin Yazid al-Khathmi as-Shahabi ra. katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila hendak mengucapkan selamat jalan pada sepasukan tentara, beliau bersabda: "Saya menyerahkan kepada Allah akan agamamu semua, amanatmu serta semua akhir amalanmu." Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lain dengan isnad shahih.

Keterangan:

Ini juga merupakan petunjuk dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika hendak melepas pasukan yang berangkat untuk berperang di jalan Allah. Beliau melepas mereka dengan doa tersebut agar mereka semua mendapatkan taufik dan kemenangan atas musuh, serta penjagaan untuk dapat menunaikan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan dalam berperang. 

Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Yazid al-Khatmi (ra) ini, yang menyatakan bahwa Rasulullah (SAW) ketika hendak melepas pasukan, berdoa dengan mengatakan: "Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan akhir dari amal-amalmu," mengandung beberapa pelajaran penting. Berikut adalah pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini:

1.      Pentingnya Doa dalam Setiap Perpisahan:

v  Doa Perlindungan: Doa ini menunjukkan pentingnya memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah dalam setiap aspek kehidupan, khususnya saat berpisah untuk melakukan tugas atau bepergian.

v  Kesejahteraan Spiritual: Doa yang diajarkan oleh Rasulullah (SAW) mencakup perlindungan atas agama, amanah, dan akhir amal, yang mencerminkan kesejahteraan spiritual dan moral seseorang.

2.      Menitipkan Agama kepada Allah:

v  Keutamaan Agama: Menitipkan agama kepada Allah berarti memohon agar seseorang tetap berada di jalan yang benar dan terhindar dari kesesatan.

v  Kesadaran akan Tantangan: Mengingatkan bahwa dalam perjalanan atau tugas, tantangan terhadap iman dan keyakinan bisa muncul, dan penting untuk selalu meminta pertolongan Allah agar tetap teguh.

3.      Menjaga Amanah:

v  Tanggung Jawab: Doa ini menekankan pentingnya menjaga amanah, baik itu tanggung jawab pribadi, pekerjaan, atau kepercayaan yang diberikan oleh orang lain.

v  Kejujuran dan Integritas: Menunjukkan bahwa menjaga amanah adalah bagian dari karakter seorang Muslim yang harus dipertahankan dalam setiap situasi.

4.      Akhir dari Amal:

v  Kesudahan yang Baik: Doa untuk akhir amal mengingatkan pentingnya memohon agar semua perbuatan dan amal kita berakhir dengan kebaikan dan diterima oleh Allah.

v  Persiapan Spiritual: Mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan niat yang baik dan dengan kesadaran akan pertanggungjawaban di hadapan Allah.

5.      Kepercayaan kepada Allah:

v  Tawakal: Menitipkan urusan kepada Allah menunjukkan kepercayaan penuh kepada-Nya dan kesadaran bahwa segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya.

v  Ketenangan Hati: Dengan menitipkan agama, amanah, dan akhir amal kepada Allah, seseorang merasa lebih tenang dan yakin bahwa Allah akan menjaga dan melindungi.

Hadits ini mengajarkan beberapa nilai penting, yaitu:

v  Peran Penting Doa: Doa sebagai alat perlindungan dan pengingat dalam setiap perpisahan atau situasi penting.

v  Kesadaran akan Amanah: Pentingnya menjaga tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh Allah dan manusia.

v  Perlindungan Spiritual: Menitipkan agama, amanah, dan akhir amal kepada Allah untuk memastikan perlindungan dan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.

v  Tawakal kepada Allah: Mengajarkan kepercayaan dan ketergantungan penuh kepada Allah dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan spiritual dan moral.

Dengan menerapkan pelajaran-pelajaran ini, seorang Muslim dapat menjalani hidup dengan lebih baik, menjaga iman dan integritas, serta selalu mengandalkan Allah dalam segala urusan.

HADITS KEENAM:

وعن أَنسٍ رضي اللَّه عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقَالَ: يَا رسُولَ اللَّه، إِني أُرِيدُ سَفَراً، فَزَوِّدْني، فَقَالَ: "زَوَّدَكَ اللَّه التَّقْوَى". قَالَ: زِدْني، قَالَ: "وَغَفَرَ ذَنْبَكَ"قَالَ: زِدْني، قَالَ:"وَيَسَّرَ لكَ الخيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ" رواه الترمذي وقال: حديث حسن.

Dari Anas r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya hendak berpergian, maka berilah bekal kepada saya." Beliau s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan padamu." Orang itu berkata lagi: "Tambahkanlah -doa- untukku!" Beliau s.a.w. bersabda: "Dan semoga Allah memberi pengampunan padamu." Ia berkata lagi: "Tambahkanlah untukku!" Beliau s.a.w. bersabda pula: "Juga semoga Allah memberikan kemudahan padamu untuk memperoleh kebaikan di mana saja engkau berada." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.

Keterangan:
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasanya seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak melakukan perjalanan. Dia datang untuk minta izin melakukan perjalanan sambil meminta bekal. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendoakannya dengan doa yang manfaatnya menjadi seperti bekal. Bekalnya berupa melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Selanjutnya dia mengulangi permintaan tambahan dengan harapan (memperoleh) kebaikan dan keberkahan doa. Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabulkan permintaan tambahannya untuk menyenangkan hatinya. Beliau berdoa, "Semoga Dia (Allah) mengampunimu." Selanjutnya orang itu mengulangi permintaan tambahan dengan harapan (memperoleh) kebaikan dan keberkahan doa. Al-Muṣṭafa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengakhiri doanya untuk orang itu dengan penutup yang indah dan mencakup kebaikan dan keberuntungan. Beliau mendoakannya semoga Allah memudahkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, di setiap tempat yang dia tempati dan di segala masa yang ditempuh. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah:

1.      Disunnahkan meminta izin kepada Rasulullah saw. ketika hendak melakukan perjalanan dan memberi tahu beliau perihal kepergian tersebut.

2.      Kegigihan para Sahabat Rasulullah saw. untuk mendapatkan doa dari beliau untuk mereka baik dalam perjalanan.

3.      Pesan yang paling berharga dari seorang hamba kepada saudaranya sesama Muslim adalah takwa kepada Allah, karena ia merupakan bekal jiwa yang tempat tertinggi (Surga) tidak mungkin digapai kecuali dengannya.

4.      Disunnahkan menambah kebaikan dengan memperbanyak doa dari orang-orang shalih.

 

 KESIMPULAN:

Pelajaran dari Riyadhus Shalihin Bab 96 mengenai "Memberi Ucapan Selamat dan Pesan kepada Sahabat ketika akan Berpisah untuk Bepergian atau Lainnya, serta Mendoakan dan Meminta Didoakan" adalah sebagai berikut:

PERTAMA: Pentingnya Kepedulian dan Dukungan.

Kepedulian Sosial: Memberi ucapan selamat dan pesan ketika sahabat akan berpisah menunjukkan kepedulian dan dukungan. Ini memperkuat hubungan sosial dan persahabatan serta memberikan dorongan moral kepada sahabat yang akan bepergian atau menghadapi perubahan.

KEDUA: Doa sebagai Bentuk Kasih Sayang.

Mendoakan Sahabat: Mendoakan keselamatan dan kesejahteraan sahabat selama bepergian adalah bentuk kasih sayang dan perhatian. Doa adalah cara untuk meminta perlindungan dan bimbingan Allah bagi sahabat kita, serta menunjukkan niat baik kita terhadap mereka.

KETIGA: Meminta Doa dari Orang Lain.

Keberkahan dari Doa Orang Lain: Meminta doa dari orang yang saleh atau yang memiliki kedudukan baik di sisi Allah adalah amalan yang sangat dianjurkan. Doa mereka dianggap lebih makbul dan mendatangkan keberkahan serta manfaat yang lebih besar.

KEEMPAT: Mengucapkan Selamat dengan Tulus.

Ucapan Selamat: Memberi ucapan selamat dan pesan yang tulus saat sahabat akan berpisah adalah bagian dari adab dan etika sosial yang baik. Ini menunjukkan rasa hormat dan perhatian terhadap perasaan sahabat, serta membantu menciptakan hubungan yang harmonis.

KELIMA: Pentingnya Doa dalam Perjalanan.

Doa Perjalanan: Mengajarkan doa-doa khusus untuk perjalanan dan mempraktikannya menunjukkan kesadaran akan pentingnya perlindungan Allah selama bepergian. Ini mengingatkan kita untuk selalu meminta bimbingan dan perlindungan Allah dalam setiap langkah kita.

KEENAM: Menjalin Hubungan yang Positif dan Harmonis.

Hubungan Saling Mendukung: Dengan mendoakan sahabat dan meminta doa dari mereka, kita membangun hubungan yang saling mendukung dan penuh kasih. Ini menciptakan jaringan dukungan sosial yang positif dan memperkuat ikatan persahabatan.

KETUJUH: Amalan Sehari-hari.

Implementasi dalam Kehidupan: Pelajaran ini mengajarkan kita untuk mengintegrasikan amalan doa dan ucapan selamat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pribadi maupun sosial. Ini merupakan cara sederhana namun efektif untuk menunjukkan kepedulian dan mempererat hubungan dengan orang lain.

Bab ini mengajarkan kita tentang pentingnya saling mendoakan dan memberikan ucapan selamat dalam setiap situasi, serta bagaimana hal-hal kecil ini dapat memperkuat ikatan sosial dan mendatangkan keberkahan. Ini juga mengingatkan kita akan nilai dari doa dan dukungan dalam hubungan antar sesama.

oleh: Ust. Faqih Aulia, LITKA PC Pemuda PERSIS Batununggal Kota Bandung.

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama