TAFSIR
IBNU KATSIR AL-QURAN SURAT YASIN, AYAT 63-67
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ. الْيَوْمَ
نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ
فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ
عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلا يَرْجِعُونَ.
Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan
kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Dan jikalau Kami menghendaki,
pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka
berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat
melihat(nya). Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami ubah mereka di tempat
mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup
kembali.
Dikatakan kepada Bani Adam yang kafir-kafir
kelak pada hari kiamat saat neraka Jahanam telah dimunculkan di hadapan mereka
dengan nada kecaman dan cemoohan:
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). (Yasin: 63) Maksudnya, inilah azab yang pernah
diperingatkan oleh para rasul kepada kalian, namun kalian mendustakannya.
{اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ
تَكْفُرُونَ}
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan
kamu dahulu mengingkarinya. (Yasin: 64) Semakna
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى
نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا * هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ *
أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ
pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam
dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada
mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”
Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? (At-Tur: 13-15) Adapun
firman Allah Swt.:
{الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ
وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65)
Ayat ini menceritakan keadaan orang-orang
kafir dan orang-orang munafik kelak di hari kiamat ketika mereka mengingkari
perbuatan jahat mereka di dunia dan mengucapkan sumpah untuk itu. Maka Allah
mengunci mulut mereka dan dibiarkanlah oleh-Nya semua anggota tubuh lainnya
berbicara menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ:
حَدَّثَنَا أَبُو شَيْبَةَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ،
حَدَّثَنَا مِنْجَاب بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ
الْأَسَدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عُبَيْدٍ المُكتب، عَنِ الفُضَيْل بْنِ
عَمْرٍو، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضْحِكَ حَتَّى بَدَتْ
نَوَاجِذُهُ، ثُمَّ قَالَ: " أَتُدْرُونَ مِمَّ أَضْحَكُ؟ " قُلْنَا:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "مِنْ مُجَادَلَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ: رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِي مِنَ
الظُّلْمِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى. فَيَقُولُ: لَا أُجِيزُ عَلَيَّ إِلَّا شاهدًا من
نفسي فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ
الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسيبًا، وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا. فَيُخْتَمُ
عَلَى فِيهِ، ويُقال لِأَرْكَانِهِ: انْطِقِي. فَتَنْطِقُ بِعَمَلِهِ، ثُمَّ
يُخَلِّي بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَلَامِ، فَيَقُولُ: بُعدًا لَكُنَّ وسُحقًا،
فعنكنَّ كنتُ أُنَاضِلُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Syaibah Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris At-Tamimi, telah menceritakan
kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaid
Al-Maktab, dari Al-Fadl ibnu Amr, dari Asy-Sya'bi, dari Anas ibnu Malik r.a.
yang mengatakan bahwa ketika kami bersama Nabi Saw., tiba-tiba beliau tersenyum
sehingga gigi serinya kelihatan. Kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah
kalian, mengapa aku tertawa?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda: Karena bantahan seorang
hamba kepada Tuhannya pada hari kiamat. Si hamba berkata, "Ya Tuhanku,
bukankah Engkau melindungiku dari kezaliman?" Tuhan berfirman,
"Benar.” Si hamba berkata, "Saya tidak memperkenankan ada yang
bersaksi terhadapku kecuali hanya diriku sendiri.” Tuhan berfirman,
"Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghitung terhadapmu,
juga malaikat pencatat amal perbuatanmu sebagai saksinya.” Maka dikuncilah
mulutnya, lalu dikatakan kepada anggota-anggota tubuhnya, "Berbicaralah kamu,
maka semua anggota tubuhnya berbicara tentang amal perbuatannya. Kemudian
dibiarkan antara dia dan anggota tubuhnya untuk berbicara. Maka ia
berkata (kepada anggota tubuhnya), "Celaka dan siallah
kalian, dahulu aku berjuang membelamu (dan sekarang kamu mencelakakan
diriku)." Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya. Mereka berdua
menerima hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr, dari
Ubaidillah ibnu Abdur Rahman Al-Asyja'i, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang
sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui seseorang
meriwayatkan hadis ini dari Sufyan selain Al-Asyja'i. Hadis ini
berpredikat garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Demikianlah menurut Imam Nasai. Dan dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan
hal yang semisal melalui riwayat Abu Amir, dari Abdul Malik ibnu Amr Al-Asadi
Al-Aqdi, dari Sufyan.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ:
أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ بَهز بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّكُمْ تُدْعَون
مُفَدَّمة أَفْوَاهُكُمْ بالفِدَام، فَأَوَّلُ مَا يُسْأَلُ عَنْ أَحَدِكُمْ
فَخِذُهُ وَكَتِفُهُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya kalian kelak akan dipanggil
dalam keadaan mulut kalian ditutup dengan penyumbat. Maka anggota tubuh
seseorang dari kalian yang mula-mula ditanyai adalah paha dan bahunya. Imam
Nasai meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq dengan sanad
yang sama.
Sufyan ibnu Uyaynah telah menceritakan dari
Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. tentang
hadis hari kiamat yang cukup panjang, di dalamnya disebutkan bahwa:
"ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ:
مَا أَنْتَ؟ فَيَقُولُ: أَنَا عَبْدُكَ، آمَنْتُ بِكَ وَبِنَبِيِّكَ
وَبِكِتَابِكَ، وَصُمْتُ وَصَلَّيْتُ وَتَصَدَّقْتُ -وَيَثْنِي بِخَيْرٍ مَا
اسْتَطَاعَ-قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: أَلَا نَبْعَثُ عَلَيْكَ شَاهِدَنَا ؟ قَالَ:
فَيُفَكِّرُ فِي نَفْسِهِ، مِنَ الَّذِي يَشْهَدُ عَلَيْهِ، فيُختَم عَلَى فِيهِ،
وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ: انْطِقِي. فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ
بِمَا كَانَ يَعْمَلُ، وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ، وَذَلِكَ لِيُعْذَرَ مِنْ نَفْسِهِ.
وَذَلِكَ الَّذِي سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ".
kemudian orang yang ketiga dihadapkan, lalu
ditanya, "Amal apakah yang kamu bawa?" Ia menjawab, "Aku adalah
hambaMu, beriman kepada-Mu dan kepada Nabi-Mu serta Kitab-Mu. Dan aku
mengerjakan puasa, salat, dan berzakat," lalu ia mengucapkan pujian yang
baik sebatas kemampuannya. Lalu dikatakan kepadanya, "Ingatlah, Aku akan
membangkitkan saksi dari Kami terhadapmu." Lalu ia berpikir untuk mencari
siapa yang akan menjadi saksi terhadap dirinya. Maka Allah membungkam mulutnya
dan dikatakan kepada pahanya, "Berbicaralah!" Maka pahanya,
dagingnya, dan tulangnya berbicara, menceritakan semua amal perbuatan yang
pernah dilakukannya. Demikianlah nasib yang dialami oleh orang munafik, hal itu
dilakukan terhadapnya agar alasan Allah kuat, dan itulah yang membuat Allah
murka terhadapnya. Imam Muslim dan Imam Abu
Daud meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah secara panjang lebar.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ،
رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ،
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا ضَمْضَم بْنُ زُرْعَة عَنْ
شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ عَظْمٍ
مِنَ الْإِنْسَانِ يَتَكَلَّمُ يَوْمَ يُختَم عَلَى الْأَفْوَاهِ، فَخذُه مِنَ الرِّجل
الْيُسْرَى".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepada kami
Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Uqbah ibnu Amir r.a., bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya anggota
tubuh manusia yang mula-mula berbicara di hari semua mulut dibungkam adalah
paha kaki kirinya. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Auf dari
Abdullah ibnul Mubarak dari Ismail ibnu Iyasy dengan sanad dan lafaz yang
semisal.
Imam Ahmad menilai jayyid sanad
hadis ini. Untuk itu dia mengatakan:
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ
نَافِعٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ ضَمْضَم بْنِ زُرْعَة، عَنْ
شُرَيْح بْنِ عُبَيد الْحَضْرَمِيِّ، عَمَّنْ حَدَّثه عَنْ عُقْبَةَ بن عامر؛ أنه سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ عَظْمٍ مِنَ
الْإِنْسَانِ يَتَكَلَّمُ يَوْمَ يُختَم عَلَى الْأَفْوَاهِ، فَخذه مِنَ الرِّجْلِ
الشِّمَالِ".
telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu
Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dan Damdam ibnu Zur'ah
dari Syuraih ibnu Ubaid Al-Hadrami dari seseorang yang menceritakan hadis ini
kepadanya, dari Uqbah ibnu Amir r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula berbicara
di hari semua mulut dikunci ialah paha kaki kirinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah,
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang
mengatakan bahwa Abu Burdah pernah mengatakan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari r.a.
telah berkata bahwa kelak di hari kiamat orang mukmin dipanggil untuk menjalani
perhitungan amal perbuatan. Lalu Tuhannya menampakkan kepadanya semua amal
perbuatannya antara Dia dan orang mukmin itu. Maka orang mukmin itu mengakuinya
dan mengatakan, "Benar, ya Tuhanku, aku telah melakukan anu dan anu dan
anu." Maka Allah Swt. mengampuni semua dosanya dan menutupi sebagian
darinya. Tiada seorang makhluk pun yang melihat dosa-dosa tersebut barang
sedikit pun, dan yang tampak hanyalah kebaikan-kebaikannya saja, sehingga orang
mukmin itu menginginkan andaikata semua manusia melihatnya. Dan orang kafir
serta orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab amal perbuatannya, maka
Tuhannya membeberkan kepadanya semua amal perbuatannya. Tetapi ia
mengingkarinya dan berkata, "Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu, sesungguhnya
malaikat ini telah mencatat pada buku amalku hal-hal yang tidak aku
kerjakan." Maka malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya,
"Bukankah kamu telah melakukan anu di hari anu di tempat anu?" Ia
menjawab, "Tidak, demi keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak
melakukannya." Apabila ia mengingkari semuanya itu, maka Allah Swt.
membungkam mulutnya. Abu Musa Al-Asy'ari r.a. melanjutkan, bahwa sesungguhnya
ia menduga anggota tubuhnya yang mula-mula berbicara ialah paha kanannya.
Kemudian Abu Musa Al-Asy'ari membaca firman-Nya: Pada hari ini Kami
tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi
kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin:
65)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى
أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ}
Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami
hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat
melihatnya). (Yasin: 66)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini. Ibnu Abbas mengatakan bahwa
seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami sesatkan mereka dari jalan petunjuk,
maka betapakah mereka dapat melihatnya. Di lain kesempatan Ibnu Abbas
mengartikan tamasna dengan pengertian 'Kami butakan'.
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan, "Jikalau Allah menghendaki, tentulah mata mereka
dibutakan-Nya sehingga mereka menjadi buta dan tidak dapat melihat jalan yang
ditempuhnya."
As-Saddi mengatakan bahwa seandainya Kami
menghendaki, tentulah Kami butakan penglihatan mereka.
Mujahid, Abu Saleh, Qatadah, dan As-Saddi
mengatakan bahwa lalu mereka berlomba-lomba menuju sirat yakni
jalan.
Ibnu Zaid mengatakan, yang dimaksud
dengan sirat dalam ayat ini ialah kebenaran, maka betapakah
mereka dapat melihatnya karena Kami telah membutakan penglihatan mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
r.a. bahwa makna fa-anna yubsirun ialah mereka tidak dapat
melihat perkara hak.
Firman Allah Swt.:
وَلَوْ نَشَاءُ
لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِم
Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami
ubah mereka di tempat mereka berada. (Yasin:
67)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
r.a. bahwa makna masakhnahum ialah Kami binasakan mereka. As-Saddi
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kamu ubah bentuk mereka. Abu Saleh
mengatakan, maksudnya Kami jadikan mereka batu-batuan. Al-Hasan Al-Basri dan
Qatadah mengatakan bahwa tentulah Allah menjadikan mereka terduduk di atas kaki
mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا
maka mereka tidak sanggup berjalan
lagi. (Yasin: 67) Yakni melangkah ke arah depan.
وَلا يَرْجِعُونَ
dan tidak (pula) sanggup kembali. (Yasin: 67) Yaitu ke arah
belakang, bahkan mereka tetap berada di tempatnya, tidak dapat maju dan tidak
dapat mundur.
TAFSIR AL-MARAGHI
AL-QURAN SURAT YASIN, AYAT 59-68
وَامْتَازُوا
الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ
أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ وَأَنِ
اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمُ وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًا
كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنتُمْ
تُوعَدُونَ اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ الْيَوْمَ نَخْتِمُ
عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا
الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَحْنَاهُمْ عَلَى
مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلَا يَرْجِعُونَ وَمَنْ نَعمَرَهُ
تَنكَهُ فِي الْخَلْقَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
(59). "Dan (dikatakan kepada orang-orang
kafir), 'Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai
orang-orang yang berdosa!" (60). "Bukankah Aku telah memerintahkan
kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan
itu musuh yang nyata bagi kamu," (61). "dan hendaklah kamu menyembah
Ku. Inilah jalan yang lurus." (62). "Dan sungguh, ia (setan itu)
telah menyesatkan sebagian besar di an- tara kamu. Maka apakah kamu tidak
mengerti?" (63). "Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah
diperingatkan kepadamu." (64). "Masuklah ke dalamnya pada hari ini
karena dahulu kamu menging- karinya." (65). "Pada hari ini Kami tutup
mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan
memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (66).
"Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata
mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka ba- gaimana
mungkin mereka dapat melihat?" (67). "Dan jika Kami menghendaki,
pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak
sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali." (68). "Dan
barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembali- kan dia kepada awal
kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
A. PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT
-
Imtāzu إِمْتَازوا : berpisahlah kamu dan menghindarlah dari orang- orang mukmin.
-
Al-Ahdu الْعَهْدُ : menasihati dan mengemukakan hal-hal yang me- ngandung
kebaikan dan kemanfaatan.
-
Ibadatusy-syaitani
عِبَادَةُ
الشَّيْطَان : penyembahan kepada
setan. Yang dimaksud ialah penyembahan kepada tuhan-tuhan palsu selain Allah.
Pe- nyembahan di sini dinisbatkan kepada setan karena dialah yang menyuruh
melakukan dan membuatnya dipandang baik.
-
Al-Jibillu الجبل : golongan yang besar.
-
Işlauha إِصْلَوْهَا : rasakanlah panas neraka.
-
Al-Khatmu
'alal-afwahi اَلْخَتْمُ عَلَى
الْأَفْوَاهِ : menutup mulut-mulut.
Yang dimaksud ialah membuatnya tidak bisa berbicara.
-
At-Tamsu الطَّمْسُ : menghilangkan jejak dan bekas dengan cara menghapus.
-
Fastabaqus-sirata فَاسْتَبَقُوا
الصِّراط : mereka berlomba ke
jalan yang biasa mereka tempuh.
-
Fa
anna yubşiruna فأنى يبصرون : bagaimanakah mereka melihat kebenaran dan mengetahuinya?
-
Al-Maskhu المَسْخُ : pengubahan rupa menjadi rupa lain yang lebih buruk.
-
Ala
makanatihim على مكانتهم :
di tempat-tempat mereka di mana mereka melakukan keburukan-keburukan.
-
Nu'ammirhu
نعمره : Kami memanjangkan umurnya.
-
Nunakkishu
fil-khalqi )ننكسْهُ فِي الخلق :
Kami kembalikan dia kepada kejadiannya yang semula, sehingga
kelemahannya makin bertambah, se- dang tubuhnya semakin banyak yang berkurang,
berlawanan dengan ke- adaannya ketika kejadiannya bermula, sehingga dia
dikembalikan kepada umur yang paling lemah.
B. PENGERTIAN UMUM
Setelah Allah swt. menyebutkan tentang
kenikmatan yang akan diberikan kepada orang-orang yang berbuat baik serta
berkumpul dengan para kekasih, saudara-saudara dan istri-istri mereka dalam
surga, maka dilanjutkan dengan menyebutkan tentang keadaan orang-orang yang
berdosa, bahwa pada hari itu mereka disuruh berpisah dan menghindar satu sama
lain. Jadi, mereka mendapatkan dua macam azab, yaitu: Azab neraka dan azab
kesepian. Dan tidak ada azab yang lebih pedih lagi daripada ini. Kemudian
dilanjutkan pula dengan keterangan bahwa sebenarnya mereka telah diberi
kesempatan untuk menghindar dari azab seperti ini, yaitu dengan diutusnya
kepada mereka rasul-rasul yang telah menyampaikan kepada mereka
perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan mereka. Di antaranya, mereka
dilarang mengikuti jejak-jejak setan dan dari mengikuti setań tentang
was-wasnya. Sesudah itu, disebutkan pula bahwa mereka telah mendapat
pelajaran-pelajaran dari umat-umat sebelum mereka, yang memuat pencegahan bagi
mereka, sekiranya mau ingat. Akan tetapi, ternyata mereka mengikuti was-was
setan. Yaitu bahwa umat-umat itu telah ditimpa bencana dan kesengsaraan yang
dapat mereka lihat bekas-bekasnya dengan mata kepala mereka sendiri di dunia,
yang berarti merupakan bukti yang menunjukkan atas apa yang bakal terjadi pada
mereka kelak. Kemudian disebutkan pula oleh Allah tentang kesudahan mereka
kelak, bahwa akan masuk ke dalam neraka Jahanam, kekal mereka di sana buat
selama- lamanya atas apa yang telah diperbuat oleh tangan-tangan mereka. Pada
hari itu mereka tidak dapat berbicara sepatah kata pun, tidak diterima uzur
mereka. Bahkan yang berbicara ialah tangan-tangan mereka tentang apa yang telah
diperbuatnya dan disaksikan oleh kaki-kaki mereka.
Kemudian Allah menyebutkan, bahwa atas
rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia tidak menghendaki menghukum mereka di
dunia dengan hukuman-hukuman yang berat. Jadi, Allah tidak berkehendak untuk
me- musnahkan penglihatan mereka. Kalau mereka hendak berlomba dan menempuh
jalan yang biasa mereka tempuh, maka mereka tidak mampu melakukannya dan tidak
bisa melihat. Dan Allah juga tidak berkehendak mengubah rupa mereka dan
menjadikan mereka bagai kera-kera dan babi- babi, sehingga sekiranya mereka
hendak pergi menuju tujuan-tujuan mereka, mereka tidak mampu, dan kalau mereka
hendak pulang mereka tidak dapat.
Kemudian
Allah menolak alasan lainnya yang barangkali mereka gunakan sebagai hujjah
yaitu bahwa umur mereka pendek. Yang sekiranya umur mereka cukup panjang, tentu
mereka akan berbuat kebaikan dan mengikuti kebenaran. Namun hal itu ditolak
oleh Allah, bahwa kalaupun mereka diberi umur panjang, tentu mereka akan lemah
dari beramal. Dan sebenar- nya mereka telah diberi umur dengan ukuran tertentu,
ketika mereka mam- pu melakukan pembahasan dan pemikiran, sebagaimana Allah
firmankan:
أوَلَمْ نَعُمَرُكُمْ مَا
يَتَذَكَرَ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ
"Dikatakan kepada mereka), Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau
berpikir." (Fatir/35:37)
Akan
tetapi, umur yang sekian itu tidak mencukupi untuk mereka. Artinya, sekalipun
umur mereka diperpanjang, tentu hal itu takkan ber- guna bagi mereka sedikit
pun.
C. PENJELASAN
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ
أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ
Berpisahlah dan masuklah ke tempat tinggal
kalian di neraka. Sejak sekarang, kalian tidak boleh lagi bercampur dengan kaum
mukminin untuk selamanya.
Ayat
yang mempunyai makna sama, di antaranya:
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ
جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ اشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ
وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) itu
Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang yang
mempersekutukan (Allah), "Tetaplah di tempatmu, kamu dan para sekutumu.
Lalu Kami pisahkan mereka." (Yünus/10: 28)
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ
يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ
"Dan pada hari (ketika) terjadi kiamat,
pada hari itu manusia terpecah- pecah (dalam kelompok)." (Ar-Rüm/30: 14)
احْشُرُوا
الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
فَاهْدٌ وهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
"(Diperintahkan kepada malaikat),
'Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang
dahulu mereka sembah, selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke
neraka." (Aş-Şaffat/37: 22-23)
Ketika
mereka diperintahkan untuk berpisah, mata mereka melotot dan muka mereka tampak
hitam karena susah, bahkan kepala mereka tertunduk hina. Allah berfirman kepada
mereka dengan, nada mencela:
الَم اعْهَد إِلَيْكُمْ يَا
بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ
Bukankah Aku telah berpesan kepada kalian
melalui bukti-bukti yang Aku pancangkan di hadapan mata kalian; melalui akal
yang Aku berikan kepada kalian; melalui para rasul-Ku; dan melalui kitab-kitab
yang diturunkan sebagai petunjuk jalan yang mengantarkan kepada keselamatan.
Yakni hendaknya kalian jangan menuruti kemauan setan untuk berbuat durhaka dan
menentang Aku.
Selanjutnya
Allah menjelaskan penyebab larangan-Nya, yaitu jangan menyembah setan, melalui
firman-Nya:
انه لكم عدو مبين
Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas
bagi kalian. Di antara permusuhannya adalah dijerumuskannya Bapak kalian Adam,
dan setan akan senantiasa menjerumuskan kalian ke jurang kebinasaan.
Setelah
Allah melarang manusia menuruti setan, lalu Dia memerintahkan mereka untuk
beribadah kepada Allah semata, melalui firman-Nya:
وَأَنِ اعْبُدُونِي
Dan sembahlah Aku semata-mata dan taatlah
kepada-Ku tentang apa yang Aku perintahkan kepadamu dan cegahlah dirimu dari
apa yang Aku cegah kamu melakukannya.
Sesudah
itu, Allah menerangkan bahwa apa yang Dia perintahkan dan Dia larang merupakan
jalan yang telah rata, jelas tidak ada keraguan maupun kesangsian, sebagaimana
firman-Nya:
هذا صراط مستقيم
Menyembah setan yang Aku melarang kalian
daripadanya ini, dan penyembahan kepada Allah Yang Maha Rahman yang Aku
perintahkan kamu melakukannya, adalah jalan yang lurus. Akan tetapi, kamu
menem- puh selain jalan tersebut, sehingga kamu terjerumus ke dalam tempat-
tempat kesesatan yang menggelincirkan, dan kamu tersungkur ke dalam
lembah-lembah kebinasaan.
Dan
setelah Allah memperingatkan kepada mereka, bahwa mereka telah melanggar
perjanjian, maka Allah mengecam mereka karena tidak meng- ambil pelajaran dari
orang lain yang telah dijerumuskan oleh setan ke dalam kebinasaan. Akibatnya,
mereka mengalami nasib yang buruk, sebagai- mana bisa mereka saksikan di dunia
dan di akhirat. Allah berfirman:
وَلَقَدْ أضَلَّ مِنْكُمْ جبلا
كثيرا
Dan sesungguhnya setan telah menghalangi
orang banyak di antara kalian dari patuh kepada-Ku dan meng-Esakan-Ku sebagai
Tuhan, lalu mereka menjadikan tuhan-tuhan selain Aku untuk mereka sembah.
Kemudian
Allah semakin mengecam dan mengingkari perbuatan me- reka dengan firman-Nya:
أَفَلَمْ تَكُونُوا
تَعْقِلُونَ
Tidakkah kalian telah diberi akal, sehingga
kamu membentengi diri hingga tidak terjerumus ke dalam nasib seperti yang
mereka alami agar kamu tidak ditimpa azab seperti yang telah menimpa mereka.
Dan
setelah mereka dikecam dan diburukkan, sebagaimana tersebut, maka mereka diajak
berbicara dengan pembicaraan yang semakin me- nambah mereka menyesal dan sakit.
Dikatakan kepada mereka:
هَذِهِ
جَهَنَّمُ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Inilah neraka Jahanam yang dahulu pernah
dijanjikan kepadamu lewat lidah para rasul dan para muballig yang menyampaikan
berita dari para rasul, yaitu apabila kamu mengikuti godaan setan dan tidak
mematuhi Allah Yang Maha Rahman dan menyembah patung-patung dan berhala- berhala
selain Allah serta melakukan kefasikan-kefasikan dan kemaksiatan- kemaksiatan.
Sesudah
itu, Allah menyuruh mereka dengan suruhan penghinaan dan pengejekan, dengan
firman-Nya:
اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا
كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
Masukilah neraka biarlah kamu terbakar di
sana pada hari ini dan rasakanlah panasnya yang hebat disebabkan keingkaranmu
terhadap adanya neraka ketika di dunia dan pendustaanmu terhadap neraka setelah
kamu diperingatkan, namun tidak mau ingat, dan kamu diberi nasihat namun tidak
mematuhi nasihat.
Kesimpulannya, bahwa Allah menyebutkan
tentang sesuatu yang me- nyebabkan kesedihan dan kepiluan dalam tiga hal:
1.
Bahwa
Allah menyuruh orang-orang musyrik dengan suruhan penghinaan dan ejekan,
seperti firman Allah Ta'ala kepada Fir'aun:
ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ
الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ
"Rasakanlah, sesungguhnya kamu
benar-benar orang yang perkasa lagi mulia." (Ad-Dukhan/44: 49)
2. Bahwa Allah menyebut kata Al-Yauma
(hari ini) yang menunjukkan bahwa azab itu terjadi di waktu itu, sedang
kelezatan-kelezatan yang pernah mereka rasakan telah berlalu dan yang tinggal
hari ini adalah siksa belaka..
3. Bahwa firman Allah Ta'ala: Bima kuntum
takfurün (Karena dahulu kamu mengingkarinya). Merupakan isyarat bahwa
mereka pernah diberi kenikmatan tetapi kenikmatan itu mereka kufuri. Sedangkan
malunya orang yang kufur terhadap nikmat dari pemberi nikmat adalah lebih
menyakitkan hati dan lebih pedih dirasakan sebagaimana dikatakan oleh seorang
penyair:
الَيْسَ بِكَافٍ لِذِي
هِمَّةٍ حَيَاءُ الْمُسِيئ مِنَ الْمُحْسِنِ
"Tidakkah cukup bagi orang yang
mempunyai kemauan, malunya orang yang berbuat jelek terhadap orang yang berbuat
baik kepadanya."
Sesudah
itu Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrik pada hari itu tidak dapat
membela diri karena tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan mereka.
Allah Ta'ala berfirman:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Pada hari ini, orang-orang kafir itu
mengingkari kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa yang pernah mereka lakukan di
dunia dan mereka ber- sumpah bahwa mereka tak pernah melakukan hal itu,
sebagaimana di- ceritakan oleh Allah Ta'ala mengenai mereka, yaitu seperti kata
mereka:
وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا
كُنَّا مُشْرِكِينَ
"Demi Allah, ya Tuhan kami, tidaklah
kami mempersekutukan Allah." (Al-An'am/6:23)
Maka
Allah pun menutup mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara sepatah kata pun,
lalu disuruhnyn anggota-anggota tubuh mereka berbicara tentang apa yang pernah
mereka lakukan berupa kefasikan-kefasikan dan kemaksiatan-kemaksiatan yang
mereka belum pernah bertobat daripadanya.
Di
sini perkataan dinisbatkan kepada tangan, sedang kesaksian dinisbat- kan kepada
kaki karena tangan memang mempunyai keahlian yang lebih unggul dalam melakukan
perbuatan-perbuatan. Oleh karena itu, sering kali amal perbuatan dinisbatkan
kepada tangan, seperti firman Allah Ta'ala:
يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ
مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ
"Pada hari manusia melihat apa yang
telah diperbuat oleh kedua tangan- nya."
(An-Naba'/78: 40) Dan firman-Nya pula:
وَمَا
عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ
"Dan dari hasil usaha tangan
mereka." (Yasin/36: 35) Dan
firman Allah Ta'ala pula:
بمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ
"Disebabkan karena perbuatan tangan
manusia." (Ar-Rūm/30: 41)
Sedang untuk kaki tidaklah demikian, karena
sebagai saksi dia lebih tepat. Karena ia seumpama orang asing terhadap tangan.
Dalam
sebuah khabar diberitakan, seorang hamba pada hari kiamat berkata,
"Sesungguhnya aku tidak mendapatkan seorang saksi atas diriku kecuali
diriku sendiri." Maka Allah pun mengunci mulutnya dan berfirman kepada
tangan dan kakinya, "Berbicaralah!" Maka ia pun berbicara mengenai
perbuatan-perbuatannya, namun apa-apa yang dikatakan anggota tubuh dan mulutnya
berbeda. Di antara pembicaraan itu anggota tubuh mengatakan, "Jauh bahkan
jauh sekali dari kebenaran, maka karena engkau, aku tersesat."
Seseorang
yang di dunia penuh kedustaan dan kemunafikan akan menjadi merah wajahnya
karena merasa malu, dan pucat karena takut, dan hal itu oleh hakim dapat
dijadikan sebagai dasar dakwaan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Sebagaimana kita dapat meneliti jejak kaki pencuri dan penjahat dan melacak
mereka dari jejak kaki mereka, baik di gunung maupun di daratan, sehingga
mereka dapat kita tangkap dan kita ajukan ke depan hakim. Demikian pula kita
bisa mengambil sidik jari para pelaku kriminalitas, karena tak akan ada dua
tangan yang serupa, suatu hal yang menjadikan sidik jari besar sekali artinya,
dalam menyelenggarakan keadilan.
Apabila
pada alam jasmani saja sudah demikian halnya, apalagi di alam arwah ketika
setiap dosa atau amal yang baik mempunyai bekas dalam jiwa yang dapat
melahirkan kebaikan atau keburukan di sana, sehingga apabila ruh telah terpisah
dari jasad, maka nyatalah apa yang tercetak dalam jiwa, baik berupa kebaikan
atau keburukan. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala ketika
memperingatkan tentang ke- adaan hisab pada hari kiamat:
اقْرَأْ
كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu
sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu." (Al-Isra/17:14)
Jadi,
jiwa adalah kitab yang tak mungkin menipu dan berdusta. Apabila lidah telah tak
bisa berbicara lagi, maka anggota-anggota tubuhlah yang berbicara, sebagaimana
bekas-bekas dari anggota-anggota tubuh itu dapat berbicara saat ini. Yakni
dapat menunjukkan kepada kita dengan penunjukan yang sangat jelas dan dapat
membimbing kepada apa yang kita tuju dengan bimbingan yang tepat. Hal inilah
yang sepatutnya dipa- hami dari ayat yang mulia ini.
Kemudian
Allah swt. menerangkan pula bahwa Dia Mahakuasa untuk menghilangkan penglihatan
mata, di samping Mahakuasa untuk meng- hilangkan penglihatan hati. Firman-Nya:
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا
عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأنى يُبْصِرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami
menghukum mereka atas kekafiran mereka. Kami hapuskan mata mereka lalu Kami
jadikan mereka buta tidak dapat melihat jalan dan tidak dapat mengetahui
sesuatu pun.
Kesimpulannya,
kalau Kami menghendaki, tentu Kami menghilangkan bola mata mereka, sehingga
sekiranya mereka hendak berlomba dan menempuh jalan yang mereka tempuh, maka
mereka tidak dapat melakukan hal itu.
Kemudian
Allah menambahi ancaman-Nya terhadap mereka dan pemburukannya terhadap mereka
dan menerangkan pula bahwa Dia Maha- kuasa untuk mencegah mereka dari bergerak.
Firman-Nya:
وَلَوْ
نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلَا
يَرْجِعُونَ
Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami
ubah mereka dari keadaan seperti itu kepada keadaan yang lebih buruk lagi. Yakni mereka Kami jadikan kera-kera dan
babi-babi, ketika mereka berada di tempat-tempat mereka sedang melakukan
keburukan-keburukan. Sehingga mereka tidak mampu untuk pergi maupun datang dan
tidak dapat bepergian di pagi hari dan datang di malam hari.
Kemudian
mulailah Allah mematahkan salah satu alasan yang boleh jadi mereka gunakan
sebagai hujjah, yaitu kata-kata mereka bahwa sekiranya mereka diberi umur lebih
panjang lagi tentu mereka akan berbuat kebajikan. Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ نُعْمَرَهُ ننكسه فِي
الْخَلْقِ
Sesungguhnya tiap kali umur seseorang
diperpanjang sebenarnya ia dikembalikan kepada kelemahan setelah ia memperoleh
kekuatan dan ke- pada ketidakberdayaan setelah bersemangat.
أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Apakah mereka tidak berpikir bahwa tiap kali
mereka semakin tua, maka mereka mengalami kelemahan dan ketidakberdayaan untuk
me- lakukan sesuatu pekerjaan. Jadi, sekiranya mereka diberi umur lebih pan-
jang lagi dari umur mereka tentu mereka semakin lemah, tentu tidak mam- pu
memperbaiki apa yang telah mereka rusak di masa muda mereka. Se- mentara itu
Kami telah memberikan umur kepada mereka sekian lama, ketika mereka dapat
melakukan pembahasan pemikiran sepuas-puasnya tentang akibat-akibat dan
kesudahan-kesudahan dari urusan. Namun hal itu tidak mereka lakukan. Dan telah
datang pula kepada mereka per- ingatan-peringatan, namun mereka tidak mengambil
pelajaran. Jadi, se- kalipun umur mereka diperpanjang lagi, maka hal itu tidak
berguna bagi mereka, dan keadaan mereka takkan menjadi baik, sedikit maupun
banyak. Wallahu A'lam.
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan