Mengapa Islam?
(Telaah Agama melalui pendekatan Logika)
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang hidup di Dunia memiliki kendali penuh
dalam ekosistem peradaban, data menyebutkan saat ini sekitar 8 miliar lebih jumlahnya
lengkap dengan ragam keunikan baik dari segi sosio budaya maupun kepercayaan
yang dianut. Berbicara mengenai kepercayaan kurang lebih ada 4300 agama maupun
kepercayaan yang dianut oleh manusia, sedangkan Islam dianut oleh 2 miliar atau
25% dari penduduk Bumi, sehingga muncul pertanyaan kenapa mesti Islam dari
sekian banyak agama dan kepercayaan yang ada, apakah pilihan ini sesuai dengan
logika yang terkadang agama khususnya Islam sering di kambing hitamkan ketika kekacauan
terjadi.
Menjawab hal tersebut, mari kita gunakan konsep skeptisme
kartesian dari seorang filsuf bernama Descartes yaitu beliau mengumpamakan
beberapa apel dalam keranjang kemudian kita memilah antara baik dan buruk,
tentu kurang bijak ketika semua apel tersebut di keluarkan tetapi alangkah
baiknya kita langsung ambil apel terbaik. Analogi tersebut menjadi acuan untuk
menjawab mengapa memilih Islam dari sekian banyaknya agama yang dijadikan
landasan dalam menjalani kehidupan di Dunia.
Kendati demikian dalam hal ini menggunakan pendekatan akal dan
logika sebagai pisau analisisnya. Dari sekian banyak agama ataupun kepercayaan maka
akan didapatkan fondasi utama (apel terbaik) dalam beragama yang memiliki 3 tahapan,
fondasi pertama adalah 1) apakah tuhan itu ada dan apakah agama itu
diperlukan?, 2) jika agama diperlukan, apakah harus ada kitab suci? Dan 3) Rasul
atau utusan itu apakah benar adanya? Mari kita bedah sama-sama.
Apakah Tuhan itu Ada?
Menurut ilmu fisika jika ada suatu tindakan maka harus ada
kekuatan cukup untuk melakukannya. Contoh ketika seorang bayi menarik pesawat
tentu akal kita akan berpikir mustahil dan seketika akan mencari kekuatan apa
sehingga pesawat tersebut dapat bergerak dan ditemukanlah sebuah mesin di dalam
pesawat tersebut yang tidak terlihat tetapi punya kekuatan untuk menggerakkan badan
pesawat atau seekor lebah tidak tahu akan menghasilkan mineral dari madu yang
dihasilkannya atau sapi yang tidak tahu bahwa air susunya ada asam amino yang
bermanfaat bagi manusia. Rangkaian contoh tersebut menegaskan semua yang ada di
semesta pasti ada pelaku atau daya yang melakukannya.
Maka dengan ini akan mengeliminasi keyakinan di antaranya atheisme
(paham atau kepercayaan yang tidak mengakui adanya Tuhan) karena harus ada
pencipta atau suatu daya yang menggerakkan apa pun sebutannya dengan tujuan untuk
menjawab bahwa yang terjadi di alam semesta ini tidak mungkin terjadi begitu
saja, sebagaimana dalam Firman Allah Swt mengenai penciptaan Langit dan Bumi
sekaligus mengaturnya.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ
النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ
الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ
الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ
لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia
menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
mengerti. (Al-Baqarah [2]:164).
Apakah Agama diperlukan?
Apabila kita perhatikan sebuah ketika tercipta sebuah karya pasti
yang paling tahu adalah pembuatnya, seperti halnya ponsel pasti ada buku
panduan dari pabriknya sebagai penjelasan mengenai cara penggunaan dan
sebagainya. Begitu juga Alam semesta ini diciptakan oleh Dzat Maha Kuasa dan
hanya Dia yang tahu kenapa diciptakan termasuk mengaturnya. Seperti untuk apa
manusia di ciptakan? Apa gunanya hidup? Harus seperti apa dan bagaimana
menjalani hidup ini? Apa mungkin Sang Pencipta yang memberikan akal kepada
manusia sehingga bisa bertanya-tanya tapi tidak memberi jawaban. Terciptanya
karya dalam hal ini manusia tidak mungkin tanpa ‘panduan pengguna’ yang dapat
memandunya.
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ
اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ
لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ
Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa bagi mereka
ada pahala yang sangat besar (Al-Isrā’ [17]:9).
Buku
panduan atau al-Qur’an ini isinya adalah agama berupa rangkaian aturan yang
meliputi perintah dan larangan dalam menjalani kehidupan di Dunia, sehingga
tahap kedua ini dengan otomatis akan mengeliminasi seperti kepercayaan
nihilisme (mengatakan bahwa dunia ini terutama keberadaan manusia di dunia
tidak memiliki suatu tujuan).
Utusan Tuhan itu ada?
Adapun
untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan buku panduan ini harus ada guru
yang menjelaskannya yaitu dia yang diutus oleh Allah Swt. Hal ini akan
ditemukan nama Nabi Muhammad Saw yang ditugaskan untuk mengajarkan wahyu-Nya
kepada manusia dan menjadi teladan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ
اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ
اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh,
pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta
yang banyak mengingat Allah. (Al-Aḥzāb [33]:21)
Sejarah
mencatat selama 23 tahun Nabi Muhammad Saw berdakwah mengenai Islam yang mana
setiap gerak dan langkahnya tak ayal seperti al-Qur’an atau sesuai buku panduan
dari Tuhan. Fakta ini mematahkan kepada mereka yang mengatakan bahwa Muhammad
adalah pembohong, lalu kalaulah benar dugaan tersebut apakah ada yang kuat bertahan
untuk berbohong puluhan tahun, diperhatikan setiap aktivitas hidupnya dari
mulai bangun tidur hingga tidur lagi? Tentu mustahil ada. Keraguan tersebut
terbantahkan bahwa memang benar Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah Swt Sang
Pencipta.
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ
عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ
وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Nabi
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap
keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah
dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya).
Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu
seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu
menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang
yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak
membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.(Al-Fatḥ [48]:29)
Penutup
Uraian
singkat di atas sebagai bukti nyata yang menggambarkan betapa perlunya manusia untuk
mengerti akan hakikat dalam hidup ini. Meyakini agama Islam sebagai kasih
sayang bagi semesta yaitu dari Dzat Maha Pencipta Allah Swt sangat bisa
dibuktikan oleh akal logika sehingga mengerti dan percaya manusia memiliki
fungsi secara imani tak hanya jasadi.
۞
اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لَا
يَعْقِلُوْنَ
Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk yang bergerak di atas bumi dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mau mendengar dan tidak mau mengatakan kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak mengerti. (Al-Anfāl [8]:22)
Wallahu ‘alam
bii ash-shawwab.
Ditulis oleh:
Fahrevi Firdaus, S.Sos (Bid. Dakwah PC. Pemuda Persis Pangalengan)
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan