AL-QURAN MENOLAK AKIDAH TRINITAS


AL-QURAN MENOLAK AKIDAH TRINITAS

v  TAFSIR IBNU KATSIR

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Se­sungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam." Katakan­lah, "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang yang berada di bumi kesemuanya? Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bu­mi dan apa yang di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah, "Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian?" (Ka­lian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kalian adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang terda­pat di antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).
Allah Swt. menceritakan perihal kekufuran orang-orang Nasrani karena mereka mendakwakan terhadap diri Al-Masih ibnu Maryam —yang sebenarnya adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah satu dari makhluk yang diciptakan-Nya— sebagai tuhan. Maha­tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. (Qs. Al-Maidah [5]: 17-18)

Kemudian Allah Swt. memberitahukan perihal kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, bahwa semuanya itu berada di bawah kekuasaan dan pengaruh-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا}

Katakanlah, "Maka siapakah (gerangan) yang dapat mengha­lang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang yang berada di bumi kesemuanya?" (Al-Maidah: 17)
Dengan kata lain, seandainya Allah menghendaki hal tersebut, siapa­kah yang dapat mencegah-Nya dari perbuatan itu, atau siapakah yang mampu memalingkan Allah dari hal tersebut?

Dalam firman selanjut­nya disebutkan:

{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يخْلُقُ مَا يَشَاءُ}

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang terdapat di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Maidah: 17)

Semua yang ada ini adalah milik Allah dan makhluk-Nya. Dia Maha­kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya, tiada yang mempertanyakan apa yang dilakukan-Nya berkat kekuasaan, pengaruh, keadilan, dan kebesaran-Nya. Makna ayat ini mengandung bantahan terhadap orang­-orang Nasrani, semoga laknat Allah yang berturut-turut sampai hari kiamat menimpa mereka. Selanjutnya Allah Swt. berfirman, memban­tah kedustaan dan kebohongan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dalam pengakuannya, yaitu:

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ}

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." (Al-Majdah: 18)

Maksudnya, kami adalah keturunan para nabi-Nya, sedangkan mereka adalah anak-anak-Nya. Dia memperhatikan mereka, karena itu Dia mencintai kami. Telah dinukil pula dari kitab mereka bahwa Allah Swt. berfirman kepada hamba-Nya Israil (Nabi Ya'qub), "Kamu ada­lah anak pertama-Ku (yakni kesayangan-Ku)." Lalu mereka menakwilkan kalimat ini dengan pengertian yang tidak sebenarnya dan me­reka mengubahnya. Mereka dibantah oleh bukan hanya seorang dari kalangan orang-orang pandai mereka yang telah masuk Islam, bahwa kalimat ini diucapkan di kalangan mereka untuk menunjukkan makna menghormat dan memuliakan (bukan seperti yang tertulis). Sama hal­nya dengan apa yang telah dinukil dari kitab orang-orang Nasrani, bahwa Isa berkata kepada mereka.”Sesungguhnya aku akan pergi menemui Ayahku dan Ayah kalian." Makna yang dimaksud ialah per­gi untuk menemui Tuhanku dan Tuhan kalian.

Tetapi kita maklumi semua bahwa orang-orang Yahudi itu tidak­lah mendakwakan buat diri mereka status anak seperti yang didakwa­kan oleh orang-orang Nasrani kepada Isa a.s. Sesungguhnya yang me­reka maksudkan dengan kata-kata tersebut hanyalah kehormatan dan kedudukan mereka di sisi-Nya. Karena itu, mereka mengatakan, "Ka­mi adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya."

Firman Allah Swt. membantah mereka:

{قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ}

Katakanlah, "Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena do­sa-dosa kalian?" (Al-Maidah: 18)

Dengan kata lain, seandainya kalian seperti apa yang kalian dakwakan itu, yakni kalian adalah anak-anak-Nya dan kekasih-kekasih-Nya, mengapa Dia menyiapkan neraka Jahannam buat kalian atas kekufur­an kalian dan kedustaan serta kebohongan kalian?

Salah seorang guru tasawwuf pernah mengajukan pertanyaan ke­pada seorang ulama fiqih, "Di manakah kamu jumpai di dalam Al-Qur'an bahwa seorang kekasih tidak akan menyiksa orang yang dika­sihinya?" Ulama fiqih diam, tidak dapat menjawab. Akhirnya guru ta­sawwuf itu membacakan kepadanya firman Allah Swt.: Katakanlah, "Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena do­sa-dosa kalian?" (Al-Maidah: 18)

Apa yang dikatakan oleh guru tasawwuf ini cukup baik. Apa yang di­katakannya itu mempunyai syahid yang menguatkannya, yaitu di da­lam kitab Musnad Imam Ahmad.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ حُمَيْد، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَصَبِيٍّ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّهُ الْقَوْمَ خَشِيَتْ عَلَى وَلَدِهَا أَنْ يُوْطَأ، فَأَقْبَلَتْ تَسْعَى وَتَقُولُ: ابْنَيِ ابْنِي! وَسَعَتْ فَأَخَذَتْهُ، فَقَالَ الْقَوْمُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَتْ هَذِهِ لِتُلْقِيَ ابْنَهَا فِي النَّارِ. قَالَ: فَخفَّضَهُم النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "لَا وَاللَّهِ مَا يُلْقِي حَبِيبَهُ فِي النَّارِ"

Disebutkan bahwa telah mencerita­kan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas yang men­ceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Saw. lewat bersama sejumlah sahabatnya, sedangkan saat itu ada anak kecil berada di tengah jalan. Ketika ibu si anak melihat kaum datang (yakni Nabi Saw. dan para sahabatnya), maka si ibu merasa khawatir anaknya akan terinjak oleh kaum. Maka ia lari dan berkata, "Anakku, anakku," lalu ia mengam­bil anaknya. Maka kaum bertanya, "Wahai Rasulullah, ibu ini tidak akan mencampakkan anaknya ke dalam neraka." Maka Nabi Saw. menahan mereka, lalu bersabda: Tidak, demi Allah, Dia tidak akan mencampakkan kekasih-Nya ke dalam neraka.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

{بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ}

Kalian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), te­tapi kalian adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. (Al-Maidah: 18)

Dengan kata lain, kalian sama saja dengan anak Adam lainnya; dan Dialah Yang memberikan kcputusan atas semua hamba-Nya.

{يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ}

Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Maidah: 18)

Yakni Dia Maha Mengerjakan apa yang dikehendaki-Nya, tiada aki­bat bagi keputusan-Nya, dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya.

{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}

Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya. (Al-Maidah: 18)
Semuanya adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan dan pengaruh-Nya.

{وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ}

Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (Al-Maidah: 18)

Artinya, mereka semuanya akan kembali kepada-Nya dan Dia akan memberikan keputusan hukum terhadap hamba-hamba-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Mahaadil yang selamanya tidak zalim.

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah kedatangan Nu'-man ibnu Asa. Bahr ibnu Amr, dan Syas ibnu Addi. Lalu mereka ber­bicara kepadanya dan Rasulullah Saw. berbicara kepada mereka, me­nyeru mereka kepada Allah dan memperingatkan mereka akan pembalasan-Nya. Mereka mengatakan, "Kamu sama sekali tidak dapat membuat kami takut, hai Muhammad, karena kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya," sama halnya dengan perkataan orang-orang Nasrani. Allah menurunkan ayat berikut berkenaan de­ngan ucapan mereka itu, yakni firman-Nya: Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." (Al-Maidah: 18), hingga akhir ayat.

Demikianlah menurut riwayat Imam Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Keduanya telah meriwayatkan pula melalui jalur Asbat, dari As-Saddi sehubungan dengan firman Allah Swt.: Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." (Al-Maidah: 18); Mengenai perkataan mereka, "Kami adalah anak-anak Allah," sesung­guhnya mereka mengatakan, "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada Israil (yakni Nabi Ya'qub), 'Engkau adalah anak pertama-Ku (kekasihku)'." Maka Allah memasukkan orang-orang Yahudi ke da­lam neraka, dan mereka tinggal di dalam neraka selama empat puluh hari untuk dibersihkan dan dihapuskan semua dosanya. Kemudian ada suara yang menyerukan, "Keluarkanlah dari neraka semua orang yang disunat dari kalangan anak-anak Israil!" Lalu mereka dikeluarkan dari neraka. Yang demikian itulah perkataan mereka, "Kami tidak akan di­masukkan ke dalam neraka kecuali hanya beberapa hari yang berbi­lang." Tafsir Ibnu Katsir.

 

v  TAFSIR AL-MARAGHI

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَن يَمْلِكُ مِنَ اللوي إِنْ أَرَادَ أَنْ عَمَلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَمَا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ابنا الوَاحَالَهُ قُلْ فَلِمَ يُعَدِّكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنَ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَ نَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْ قَدِيرا

"Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasa- kan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?" dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."  "Orang Yahudi dan Nasrani berkata, "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah, "Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Tidak, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang- orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan la- ngit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali." "Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, men- jelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan, "Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan," Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Qs. Al-Maidah [5]: 17-19)

A.      PENGERTIAN UMUM

Setelah Allah swt. memberi hujjah yang menyerang Ahli Kitab pada umumnya, maka Dia terangkan khusus mengenai kekafiran orang-orang Nasrani.

B.      PENJELASAN

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْسَيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

Umat Masehi sekarang ada tiga golongan, yaitu Katolik, Ortodoks dan Protumat Pembaharu agama Nasrani). Mazhab yang terakhir ini timbal kira-kira empat abad yang lalu dan kini merupakan mazhab yang berpengaruh di kalangan bangsa yang termaju dan paling pesat perkembang annya, yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Mazhab ini telah ba nyak menghapuskan tradisi-tradisi dan khurafat-khurafat dalam agama Nasrani sebelumnya lalu diganti dengan tradisi-tradisi lain.

Namun demikian, para pembaharu itu tetap belum dapat mengembalikan agama Masehi kepada tauhid yang benar, yang merupakan agama Nabi Isa Al-Masih sebenarnya dan agama dari seluruh para nabi. Karena mereka masih tetap mengakui adanya Trinitas dan menganggap penganut tauhid bukanlah seorang Masehi, seperti halnya anggapan dua golongan besar yang lain.

Semua sekte Nasrani dewasa ini masih tetap mengatakan bahwa Allah adalah Al-Masih putra Maryam, dan bahwa Al-Masih putra Maryam adalah Allah. Lain halnya orang-orang Nasrani dahulu, mereka tidak menyetujui akidah ini. Karena ada sebagian yang menafsirkan bapak, anak dan Ruhul-Qudus adalah alam yang ada ini, ilmu dan kehidupan. Penafsiran ini tentu saja tidak menafikan kebenaran tauhid yang mempercayai keesaan Sang Pencipta. Dalam pada itu memang ada juga saat ini di kalangan umat Nasrani di Eropa dan lainnya yang tetap menganut tauhid. Mereka percaya bahwa Al-Masih hanyalah seorang nabi dan rasul bukan Tuhan.

Dr. Bost, seorang penganut Protestan berkata dalam Sejarah Kitab Suci, "Tabiat Allah adalah tiga oknum yang sama materinya, yaitu Allah bapak, Allah anak dan Allah Roh Kudus. Kepada bapaklah seluruh makhluk mem- bangsakan dan lewat anak dan kepada anak dilakukan tebusan, dan ke pada Roh Kudus dilakukan pembersihan. Hanya ketiga oknum ini membagi segala pekerjaan dengan sama rata."

Yang menjadi pedoman mereka dalam soal kepercayaan ini adalah ung kapan yang tercantum dalam Injil Yohanes (pasal 1: 1)

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Kata-kata firman itu mereka tafsirkan Al-Masih. Maka dengan demi- kian, kalimat ketiga pada Injil Yohanes tersebut di atas berarti, "Al-Masih putra Maryam itulah juga Allah." Dan kata-kata mereka inilah yang di kecam oleh Al-Qur'an.

Dan tidak diragukan bahwa kepercayaan ini sebenarnya kepercayaan berhala yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, orang-orang Brahma dan Budha dan kaum penyembah berhala lainnya di Timg-orang Brahm

قُلْ فَمَن يَمْلِكُ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ المَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جميعا

Katakanlah hai nabi yang mulia kepada orang-orang Nasrani ini, "Siapakah yang mampu menolak maut dan kehancuran Al-Masih dan ibunya, bahkan dari seluruh makhluk yang lain, manakala Allah berkehendak mem- binasakan dan memusnahkan mereka?"

Kesimpulannya, bahwa Al-Masih beserta ibunya tetaplah makhluk yang bisa saja mati dan binasa seperti penghuni bumi yang lain. Apabila Allah berkehendak membinasakan mereka berdua dan membinasakan se- luruh penduduk bumi, maka takkan ada seorang pun yang mampu menolak kehendak Allah itu. Karena Dialah Penguasa dari kerajaan ini yang boleh bertindak apa saja sesuka dan sekehendak-Nya. Kalau Al-Masih tak mampu membela dirinya dan ibunya dari kehancuran, demikian pula ia tak mampu menolak kehancuran tersebut terhadap makhluk lain, maka bagaimana ia bisa disebut Tuhan yang menguasai segala sesuatu?

Sesudah itu Allah mengingatkan kepada kita hal yang merupakan dalil atas semua itu. Firman-Nya:

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا

Maka siapakah gerangan yang dapat menghalangi kehendak Allah, jika Dia berkehendak membinasakan Al-Masih, ibunya dan seluruh penghuni bumi. Padahal Allah-lah Penguasa mutlak dalam kerajaan ini yang kuasa bertindak apa saja di langit dan di bumi dan di mana saja di antara alam atas dan bawah menurut pengetahuanmu.

Kemudian Allah tolak pula keraguan yang terdapat dalam dada umat Nasrani, bagaimanakah cara Allah menciptakan Isa. Firman-Nya:

يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ

Sesungguhnya keraguan yang timbul dalam hatimu dan membuatmu menyangka bahwa Al-Masih itu manusia yang menjadi Tuhan, maka se benarnya Al-Masih itu tetaplah makhluk juga, yang telah diciptakan tida menurut sunah pada umumnya. Dia memang telah melakukan perbuatan perbuatan ajaib yang tidak dilakukan oleh manusia biasa. Namun dem kian, Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan makhluk sekehendak-Nya. Bisa saja Dia menciptakan sebagian makh luk hidup dari zat yang tak bisa dinyatakan jenis kelaminnya, betina atas jantan, seperti nenek moyang beberapa jenis binatang. Dan di antaranya ialah moyang umat manusia sendiri, Adam as. Dan terkadang, Dia ciptakan betina saja, Mamun bentukan yang Bahagian kan dari jenis betina dan jantan. Namun bentuk maupun se Dig ciptak sudu makhluk tidaklah menunjukkan bahwa dia mempuny terjadinya sundari yang lain atau bahwa dia menjadi tuhan atau bahwa Tuhan Penciptanya menempat dalam dirinya.

Dengan demikian, sunah Allah dalam menciptakan Al-Masih dan mem demikian keistimewaan lah tuhan yang patut disembah. Karena keistimewaan-keistimewaan yang tetaplah dengan kehendak Pencipta juga dan dengan keistimewaan-keistimewaan tersebut bukan ber arti suatu makhluk keluar dari keadaannya sebagai makhluk.

وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan dengan kekuasaan-Nya itu Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya. Kadang-kadang Dis menciptakan manusia dari orang laki-laki dan perempuan, dan kadang- kadang tanpa bapak tanpa ibu; seperti Adam, dan kadang-kadang dari ibu saja tanpa bapak, seperti Isa as.

Kesimpulannya, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kehendak Allah, maka terlaksana dengan kekuasaan-Nya. Adapun kalau ada sebagian yang dianggap aneh, maka hal itu adalah dalam pandangan ilmu manusia yang tidak sempurna, bukan dalam pandangan Allah. Sementara itu ada pula keanehan yang dilakukan oleh manusia, sebagai hasil dari ilmu yang bisa dipelajari, yang tidak diketahui orang lain atau sebagai pertolongan Tuhan yang manusia itu sendiri tak melakukan dan membekaskan apa apa padanya

Ibnu Ishaq meriwayatkan begitu pula Ibnu Jarir, Ibnul Munzir dan Al-Baihaqi dalam Ad-Dala'il dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Rasulullah saw pernah mendatangi Ibnu Ubay, Bahriy bin 'Amr dan Syas bin 'Adiy, semua ya orang Yahudi. Nabi berkata kepada mereka dan mereka pun berkata Kepada nabi. Dan diserunya mereka oleh nabi untuk menganut agama Allah Man diperingatkan akan siksa-Nya. Maka jawab mereka, "Kenapa engkau akut-takuti kami, ya Muhammad? Kami ini demi Allah, adalah anak-anak llah dan kekasih-kekasih-Nya." Seperti halnya yang dikatakan pula oleh rang-orang Nasrani. Maka mengenai mereka Allah menurunkan ayat:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ ابْنَاءُ اللَّهِ وَاحِبَّاؤُهُ

Sebutan anak-anak Allah terdapat pula dalam Injil untuk para malaikat dan orang-orang beriman yang saleh, sebagaimana yang diceritakan oleh Matius tentang khutbah Al-Masih di atas bukit. Katanya: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius, 5: 9)

Juga seperti kata Paulus dalam suratnya kepada penduduk Romawi: Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma, 8: 14)

Dengan demikian dapatlah diketahui, bahwa istilah "anak Allah" dalam kitab-kitab mereka dipakai dengan arti kekasih Allah yang diperlukan oleh-Nya sebagai bapak terhadap anaknya dengan penuh belas kasih, kebajikan dan kemuliaan. Akan tetapi, orang-orang Nasrani ternyata meng- ada-ada tentang panggilan ini. Untuk Al-Masih, istilah ini mereka maknai benar-benar sebagai anak (hakiki), sedang untuk orang saleh yang lain me- reka artikan secara majazi.

Anggapan mereka seperti itu ditolak oleh Allah dengan firman-Nya kepada Nabi Muhammad saw.:

قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشاءُ :

Katakanlah hai nabi kepada mereka, kalau anggapanmu itu benar, kenapa Allah menyiksa kamu di dunia atas dosa-dosamu seperti kamu lihat sendiri? Umpamanya, ketika tempat ibadahmu yang terbesar dihancurkan oleh kaum penyembah berhala. Juga ketika mereka menghancurkan ne- gerimu berkali-kali, juga dengan dilenyapkannya kerajaanmu dari muka bumi. Padahal bapak itu mestinya takkan menyiksa anaknya, begitu pula kekasih takkan menyiksa kekasihnya. Kalau begitu, kamu bukanlah anak- anak Allah dan bukan pula kekasih-kekasih-Nya. Kamu hanyalah manusia di antara makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dan Allah swt. tidaklah berpilih kasih terhadap seorang pun. Sesungguhnya Dia akan mengampuni siapa saja yang menurut pengetahuan-Nya patut diampuni dan akan menyiksa siapa pun yang Dia tahu patut disiksa.

Maka hentikanlah kebanggaanmu dengan dirimu, bapak-bapakmu dan kitab-kitabmu itu. Karena semua itu takkan memberi pahala sedikit pun kepadamu. Yang memberi manfaat kepadamu hanyalah iman yang benar dan amal yang saleh. Pahala hanyalah diperoleh dari iman dan amal saleh tersebut, bukan dari nama dan titel-titel.

Bahwasanya Allah Ta'ala itulah Yang Maha Pencipta dan dapat be tindak apa saja terhadap apa saja menurut ilmu, hikmah, keadilan da tindak apa saja Makhluk apa pun adalah hamba-hamba-Nya, bukan anak laki-laki atau anak perempuan-Nya:

ان كُل مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا أَتى الرَّحْمَنِ عَبْدًا

"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang be pada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba" (Maryam/19:53)

Pada akhir ayat, Allah menutupnya dengan firman-Nya: وَالِ الْمَصِيرُ adalah sebagai isyarat, bahwa Dia akan menyiksa orang-orang Yahudi dan Nasrani kelak di akhirat atas kekafiran dan pengakuan-pengakuan palsu seperti itu. Dan bahwa mereka ketika diceburkan ke dalam siksaan tersebut, barulah sadar bahwa mereka sebenarnya hanyalah hamba-hamba Allah yang durhaka dan patut mendapat hukuman, bukan anak-anak dan kekasih-kekasih-Nya yang mendapat cinta istimewa.

Dalam kepercayaan orang-orang Yahudi, mereka menganggap sebagai "bangsa pilihan Allah". Mereka diistimewakan dari semua umat manusia yang lain. Oleh karena itu, bangsa lain tidak berhak menuntut persamaan dengan mereka, sekalipun imannya lebih sah dan amal perbuatannya lebih baik.

Tidak sepatutnya mereka mengikuti ajaran Muhammad saw, karena dia orang Arab, bukan orang Israil. Bangsa yang lebih utama tidak sepantasnya mengikuti bangsa yang lebih rendah. Dan perlakuan Allah terhadap mereka adalah persis seperti seorang bapak memperlakukan anak- anaknya yang tercinta. Dalam pada itu, orang-orang Nasrani pun ternyata lebih gila lagi daripada orang-orang Yahudi. Mereka menganggap bahwa Al-Masih telah menebus dosa-dosa mereka dengan dirinya dan bahwa me reka adalah anak-anak Allah karena kemasukan ruh-Nya, sedang Al-Masih adalah benar-benar anak-Nya. Bukankah mereka memanggil Allah Ta'ala dengan panggilan bapak?

Bengkoknya keyakinan orang-orang Yahudi tersebut telah diperangi oleh Nabi Muhammad saw. dengan gigih, namun sedikit pun tidak berguna Mereka bahkan menolak seruannya dan tidak mengakui ajarannya, bahwa hanya dengan amallah seseorang akan diridai Allah dan dengan amal pula bakal diperoleh kebersihan jiwa dan kebaikannya, sebagaimana beliau perangi pula keangkuhan dan kesombongan orang-orang Nasrani yang menurut kesaksian para mu'arrikh, ternyata orang-orang Nasrani di masa turunnya Al-Qur'an justru lebih bejat, zalim dan konyol lagi dibanding orang-orang Yahudi.

Namun demikian, mereka mengaku anak-anak Allah dan kekasih- dunia mereka, seperti halnya orang-orang Yahudi.

Kesimpulannya, bahwa ayat-ayat di atas menerangkan kepada kita tentang sunah Allah pada umat manusia dan bahwa pahala itu sungguh-sung- guh berdasarkan amal perbuatan, bukan berdasarkan nama dan titel-titel.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنَ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu rasul Kami yang telah diberitahukan kepadamu sebagai kabar gembira dalam kilkami yang kan nabi-nabimu pun telah memberitakannya. Tercantumm kitabmu, baha Musa pernah berkata: "Bahwa akan datang seorang nabi dari Bani Ismail saudara kalian."

Dan Nabi Isa pernah berkata: "Bahwasanya akan datang Paraklet ruh kebenaran yang mengajarkan kepadamu segala sesuatu."

Dan dalam Injil keempat dikatakan, bahwa orang-orang Yahudi me- nyuruh beberapa imam dan orang Lewi bertanya kepada Yahya as.: "Engkaulah Mesias itu?" "Bukan," jawabnya. "Engkaukah Elia?" "Bukan." "Engkaukah nabi itu?" Juga jawabnya, "Bukan." (Yohanes, 1: 19-21)

Rasul yang dimaksud tak lain adalah Muhammad bin Abdullah, seoran nabi yang ummiy. Ia diutus pada waktu yang kosong dari rasul-rasul, yakı pada saat terputusnya pengiriman rasul-rasul dan penurunan wahyu yar cukup lama, menerangkan kepadamu segala keperluanmu tentang urusa agama dan duniamu, yakni tentang kepercayaan-kepercayaan yang tela dirusak oleh kecenderungan-kecenderungan berhala dan tentang akhlak d kesopanan yang benar, yang telah rusak disebabkan oleh keterlaluanr dalam urusan-urusan material maupun spiritual dan tentang cara-cara ibadah dan hukum-hukum yang mengatur dengan baik segala urus individu maupun masyarakat.

Dan termasuk yang dibawa oleh rasul itu ialah keterangannya kepada mu Datang apa yang kamu sembunyikan selama ini dari Al-Kitab, mu tentang apa vauktikan kebenarannya kalungkin mengenda bukah seorang rasul dari sisi Allah, maka tak mungkin ia mengetahui dikit pun apa yang dia bawa.

Memang diutusnya Nabi Muhammad saw, adalah pada saat telah ter sebar luasnya perubahan dan penyelewengan yang terjadi dalam syarat syariat sebelumnya, dikarenakan sudah sangat tua dan lamanya masa ber lalu. Maka bercampuraduklah padanya antara yang hak dengan yang bata dan antara yang benar dengan yang dusta. Sehingga bisa menjadi alasan yang nyata bagi siapa pun untuk enggan beribadah. Mereka bisa saja ber kata, "Ya Tuhan kami, kami tahu harus menyembah kepada-Mu, akan tetapi bagaimanakah cara kami menyembah-Mu?" Maka diutuslah oleh Allah Nabi Muhammad saw. di waktu itu, agar tidak ada lagi alasan seperti itu, sebagaimana diterangkan oleh Allah swt. dengan firman-Nya:

أَنْ تَقُولُوا ما جاءَنا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ

Sesungguhnya telah Kami utus kepadamu Muhammad itu, supaya kamu tidak lagi mengatakan, "Tidak datang kepada kami seorang pun pembawa kabar gembira yang mengabarkan kepada kami tentang kebahagiaan kelak bagi orang-orang beriman dan memperingatkan kami tentang nasib buruk yang bakal diterima kelak bagi kaum perusak yang sesat."

Sesudah itu Allah menerangkan, bahwa alasan seperti itu telah Dia hapuskan. Firman-Nya:

فَقَدْ جَدَ كُم بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ

Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan yang menerangkan kepadamu tentang keselamatan, kelulusan dan kebahagiaan abadi, semua itu adalah tergantung pada iman dan amal saleh dan bahwa Allah tidak berpilih kasih terhadap seorang pun.

وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Allah Mahakuasa atas segala sesuatu; bukti-bukti kekuasaan-Nya ialah ketika Dia memberi pertolongan kepada nabi-Nya dan meninggikan ka limat-Nya di dunia. Itu semua merupakan pertanda bagimu, kalau kama benar-benar mengangan-angankan bakal memperoleh kedudukan yang baik. kelak di negeri akhirat.

Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnul-Munzir dan Al-Baihay dalam Ad-Dala'il dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Rasulullah saw. pernah me nyeru orang-orang Yahudi supaya masuk Islam. Beliau menggembirakan mereka agar memeluknya di samping memberi peringatan. Namun mereka menolak seruannya. Maka berkatalah kepada mereka Mu'az bin Jabal, mereka agar memeluknya di samping memberi peringatan. Namun mereka Sa'ad bin Ubadah dan Uqbah bin Wahab, Haireka Mu'az bin Jabal Yahudi, takutlah kalian kepada Allah. Demi Allah, sesungguhnya kalian menyebut-nyebut dia kepada kami sebelum dia dibangkitkan dan kalian Karena kalian sebenarnya pernah ceritakan kepada kami sifat-sifatnya."

Maka berkatalah Rafi' bin Huraimilah dan Wahab bin Yahuda, "Sesung- guhnya kami tak pernah mengatakan ini kepadamu. Dan takkan ada lagi sebuah kitab yang diturunkan sesudah Musa dan Allah takkan mengutus lagi seorang pemberi kabar gembira dan peringatan sesudahnya." Allah pun kemudian menurunkan ayat ini. (Tafsir Al-Maraghi)

 

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama