AKHLAQ MENJAGA LIDAH


AKHLAQ MENJAGA LIDAH

1.       Allah ta'ala berfirman,

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." Qs. Qaaf [50]: 18.

2.      Dan Allah ta'ala berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَبِكَ كَانَ عَنْهُ مسئولاً

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." Qs. al-Israa [17]: 36.

3.      Dan Allah ta'ala berfirman,

لا خير في كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَنَهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحِ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ تُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

"Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar." Qs. an-Nisaa [4]: 114.

4.     Nabi saw. bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari akhir maka muliakanlah tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari akhir maka berkatalah yang baik, atau diam." Hr. Ahmad, no. 7615, al-Bukhariy, no, 6018 dan 6136, Muslim, no. 47, Abu Dawud, no. 5154, at-Tirmidziy, no. 2508, Ibnu Majah, no. 3971 dari Abu Hurairah ra.

5.      Dan Nabi saw. bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ أَحَيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِحْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ.

"Barangsiapa menjamin untukku apa yang berada di antara dua tulang rahangnya (lidah) dan apa yang berada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin surga baginya." Hr. al-Bukhariy, no. 6474 dari Sahl bin Sa'ad ra.

6.     Dan pada suatu riwayat disebutkan,

قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عَبْدِ اللهِ التَّقْفِيُّ : يَا رَسُولَ اللهِ ، حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ، قَالَ: قُلْ: رَبِّيَ اللهُ، ثُمَّ اسْتَقِمْ. قَالَ: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ، مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ قَالَ: فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذَا.

"Sufyan bin 'Abdillah ats-Tsaqafiy berkata: Wahai Rasulullah, Terangkanlah kepadaku sesuatu yang harus aku berpegang teguh kepadanya! Beliau bersabda, 'Katakanlah: Rabbku adalah Allah, lalu bersikap istiqamahlah." Kata Sufyan: Saya bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang paling ditakutkan dari urusan yang anda takutkan atas diriku? Kata Sufyan: Beliau memegang lidahnya sendiri lalu bersabda, "Ini"." Hr. Ahmad, no. 15357, at-Tirmidziy, no. 2418 dari Sufyan ra.

7.      Dan Nabi saw, bersabda,

لا تُكْثِرُوا الكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ فَإِنَّ كَثرَةَ الكَلامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ القَلْبُ القَاسِي.

"Janganlah kamu banyak berkata bukan untuk berdzikir kepada Allah, karena banyak berkata bukan untuk berdzikir kepada Allah itu mengeraskan hati. Dan sesungguhnya manusia paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras." Hr. at-Tirmidziy, no. 2419 dari Ibnu 'Umar ra. Pada sanadnya terdapat Ibrahim bin 'Abdillah bin Hathib al-Jumahiy." al-Albaniy mendia'ifkannya, karena berpijak kepada komentar al-Qaththan bahwa rawi tersebut tidak diketahui keadaannya (las yu'rafu haaluhu). al-Hafizh Ibnu Hajar menilainya, "shaduq" dan Ibnu Hibban memasukkannya pada ats-Tsiqaat. at-Tirmidziy menilainya, "hasan." Lihat, Silsilah Ahadits adi-Dia'ifah wa al-Maudlu'ah, II: 321, no. 920, Tahdzib at-Tahdzib, I: 155, no. 209, Taqrib at-Tahdzib, 1: 29, no. 209, ats-Tsiqaat, VI: 14, Sunan at-Tirmidziy, IV: 185.

8.     Dan Nabi saw. bersabda,

لا يَسْتَقِيمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ. وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.

"Tidak akan lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. Dan seseorang tidak akan masuk surga (jika) tetangganya tidak merasa aman dari kejelekan-kejelekannya." Hr. Ahmad, no. 12982 dari Anas ra. Pada sanadnya terdapat 'Ali bin Mas'adah. Berkata al-Bukhariy, "Fihi nazharun." Dan berkata adz-Dzahabiy, "Padanya ada kedla’ifan." Lihat, Mizan al-Itidal, III: 156, no. 5941, Tahdzib at-Tahdzib, V: 740, no. 4948, Tadrib ar-Rawly Syarh Taqrib an-Nawawiy, t: 349, al-Kasyif, adz-Dzahabiy, II: 287, no. 4014.

9.     Dan Nabi saw, bersabda,

وَاخْرُنْ لِسَانَكَ إِلَّا مِنْ خَيْرٍ، فَإِنَّكَ بِذَلِكَ تَغْلِبُ الشَّيْطَانَ.

"Simpanlah lidahmu kecuali dari kebaikan, karena dengan begitu engkau dapat mengalahkan syetan." Hr. ath-Thabraniy pada al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 949 dari Abu Sa'id al-Khudriy ra.

10.   Dan Nabi saw. bersabda,

مَنْ كَفَّ لِسَانَهُ سَتَرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ مَلَكَ غَضَبَهُ وَقَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَذَابَهُ، وَمَنِ اعْتَذَرَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَبِلَ عُذْرَهُ.

"Barangsiapa dapat menahan lidahnya maka Allah azza wajalla akan menutup 'aibnya, dan barangsiapa dapat mengendalikan marahnya maka Allah 'azza wajalla akan melindunginya dari siksa-Nya, dan barangsiapa memberi alasan kepada Allah 'azza wajalla maka Allah akan menerima alasannya." Hr. Ibnu Abi Dunya pada ash-Shamtu, no. 21 dari Ibnu 'Umar ra.

·        Keadaan Ibnu Mas'ud mengatakan, "Hai lidah, ucapkanlah kebaikan agar engkau berguna, diamlah dari kejelekan agar engkau selamat, sebelum engkau menyesal." Riwayat ath-Thabraniy, al-Mu'jam al-Kabir, V: 141, no. 10294.

·        Ibnu Mas'ud juga mengatakan, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berhak untuk lama di penjara dari lidah."

·        Berkata asy-Syafi'iy, "Bila seseorang bermaksud berbicara, maka dia harus memikirkannya dulu, sebelum ia mengatakannya." Lihat, al-Adzkar, an-Nawawiy, hal. 335 dan 332.

·        Dan berkata Thawus, "Lidahku bagaikan binatang buas, jika aku melepaskannya dia akan memangsaku."

·        Muhammad bin Wasi' berkata kepada Muhammad bin Dinar, "Wahai Abu Yahya, menjaga lidah itu lebih berat bagi manusia, daripada menjaga dinar dan dirham," Lihat, Ihya 'Ulum ad-Dien, al-Ghazaliy, III: 116.

·        Dan berkata sebagian ahli fasahah, "Ikatlah lidahmu, kecuali dari haq yang engkau jelaskan, atau dari kebathilan yang engkau tentang, atau dari hikmah yang hendak engkau sebarkan, atau dari nikmat yang engkau sebutkan."

·        Dan berkata 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, "Barangsiapa yang menganggap ucapannya bukan termasuk amalnya, akan banyak dosa-dosanya."

·        Dan sebagian ahli hikmah menuturkan, "Barangsiapa yang banyak bicaranya, akan banyak juga dosa-dosanya."

·        Dan disebutkan dalam Mantsur al-Hikam, "Bila akal sempurna maka kata-kata akan berkurang." Lihat, Adab ad-Dunya wa ad-Dien, al-Mawardiy, hal. 266, 267, 268 dan hal. 270.

"Bagaimana, apakah anda sudah faham tentang bahaya-bahaya lidah?. Apakah anda punya keinginan untuk menjaga lidah anda? Silahkan ulang-ulang, agar anda benar-benar faham!" (Ust. Hamdan, Belajar Meneladani Akhlaq Rasulullah: Seri Akhlaq Tercela, Bandung: Maktabah Syaqib, Syawal, 1435 H. hlm. 91-95)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama