BAHAYA LIDAH



AKHLAQ TERCELA BAHAYA LIDAH

1.        Allah ta'ala berfirman,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." Qs. al-Hujurat [49]: 1.

Dari Ibnu 'Abbas (dalam menafsirkan ayat tersebut), "Janganlah kamu mengatakan sesuatu yang menyalahi al-Qur'an dan as-Sunnah." Riwayat Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih dan Abu Nu'aim dalam Hilyatnya. Tafsir ad-Dur al-Mantsur, as-Suyuthly, XIII: 527.

2.       Dan Allah ta'ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزل بِهِ سُلْطَنَا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah (Muhammad), "Rabbku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dasa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." Qs. al-A'raf [7]: 33.

·         Rasulullah saw. bersabda,

مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ .

"Barangsiapa menerangkan sesuatu tentang al-Qur'an tanpa ilmu, maka bersiap-siaplah tempat duduknya dari api neraka". Hr. Ahmad, no. 2429 dari Ibnu 'Abbas ra. Pada sanadnya terdapat 'Abdul A'la bin 'Amir ats-Tsa'labiy al-Kufiy. Para ulama mendla'ifkannya. Lihat, Tahdzib al-Kamal fi Asma ar-Rijal, VI: 5-6, no. 3711, Tahdzib at-Tahdzib, V: 4-5, no. 3835, Ta'liq al-Musnad lil Imam Ahmad, III: 108.

3.       Dan Allah ta'ala berfirman,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِن نِسَاءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِرُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَبِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَبِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." Qs. al-Hujurat [49]: 11.

4.      Dan Allah ta'ala berfirman,

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ أَمَزَةٍ .

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela," Qs. al-Humazah [104]: 1. Berkata ash-Shabuniy: Bina (wazan) "fu'alatun" itu menunjukkan perbuatan yang sudah terbiasa. Lihat. Shafwat at-Tafasir, ash-Shabuniy, III: 576.

5.       Dan Allah ta'ala berfirman,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." Qs. al-Hujurat [49]: 12.

6.       Dan Allah ta'ala berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَنَا وَإِثْمًا مُّبِينًا

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." Qs. al-Ahzab [33]: 58.

7.       Dan Allah ta'ala berfirman,

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَتِكُم بِالْمَنِ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena pamer kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir." al-Ayat Qs. al-Baqarah [2]: 264.

8.      Rasulullah saw. bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ.

"Di antara baiknya keislaman seseorang adalah dengan meninggalkan sesuatu yang kurang bermanfaat baginya." Hr. at-Tirmidziy, no. 2324, Ibnu Majah, no. 3976, al-Baihaqiy pada Syu'ab al-Iman, no. 4987 dari Abu Hurairah ra.

9.       Dan Rasulullah saw. bersabda,

طُوبَى لِمَنْ عَمِلَ بِعِلْمِهِ، وَأَنْفَقَ الْفَضْلَ مِنْ مَالِهِ، وَأَمْسَكَ الْفَضْلَ مِنْ قَوْلِهِ.

"Alangkah bahagianya orang yang mengamalkan ilmunya, menginfakkan kelebihan hartanya dan menahan kelebihan ucapannya." Hr. al-Baihaqiy pada Syu'ab al-Iman, no. 4944 dari Rakb al-Mishriy ra.

10.    Dan Rasulullah saw. bersabda,

لا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا الأَحْيَاء.

"Janganlah kamu mencaci maki orang-orang yang telah meninggal, karena (dengan begitu) kamu akan menyakiti orang-orang yang masih hidup." Hr. Ahmad, no. 18126, at-Tirmidziy, no. 1989, ath-Thabraniy pada al-Mu'jam al-Kabir, no. 7126 dari al-Mughirah bin Syu'bah ra.

11.     Dan Rasulullah saw. bersabda,

لَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ، وَمَنْ قَذَفَ مُؤْمِنًا أَوْ مُؤْمِنَةٌ بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.

"Melaknat seorang mukmin itu sama dengan membunuhnya. Dan barangsiapa menuduh kufur kepada seorang laki-laki mukmin atau seorang perempuan mukminat, maka sama seperti membunuhnya." Hr. ath-Thabraniy pada al-Mu'jam al-Kabir, no. 1315 dari Tsabit bin adl-Dlahhak al-Anshariy ra. Pada sanadnya terdapat 'Abdullah bin Bazi'/Bazigh al-Anshariy (guru Yahya bin Ghailan dan murid Rauh bin al-Qasim). Berkata Ibnu 'Addiy dan as-Sajiy, "Laysa bihujjah." Yahya bin Ghailan meriwayatkan darinya hadits-hadits munkar. Lihat, Lisan al-Mizan, II: 328, no. 4501, al-Kamil fi Dlu'afa ar-Rijal, IV: 254, no. 1087, adl-Diu'afa wa al-Matrukin, Ibnu al-Jauziy, II: 116, no. 1991, Mizan al-l'tidal, II: 396, no. 4224.

12.    Dan Rasulullah saw. bersabda,

لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ تَمام.

"Tidak akan masuk surga pengadu domba." Hr. Ahmad, no. 23342, Muslim, no. 105 dari Hudzaifah ra.

13.    Berkata ahli balaghah, "Lidah itu bagaikan ular dalam menyakitinya." Lihat, Safinat al-Bulagha, hal. 75, Dasar-dasar limu Balaghah, Abu Nabhan, hal. 8.

14.    Dan berkata Ibnu 'Abbas, "Jika engkau bermaksud menyebut-nyebut 'aib orang lain, maka ingat-ingat dulu 'aibmu sendiri."

15.    Disebutkan dalam Mantsur al-Hikam, "Janganlah engkau menampakkan 'aib-'aib yang telah ditutupi oleh (Allah) Yang Maha Mengetahui urusan ghaib."

16.    Berkata al-Hasan (al-Bashriy), "Ghibah (menceritakan orang lain) ada tiga macam, semuanya disebutkan di dalam al-Qur'an, yaitu: Ghibah, Ifku dan Buhtan. Adapun Ghibah, ialah engkau menceritakan saudaramu sesuatu yang terbukti padanya, Adapun Ifku, ialah menceritakan sesuatu tentang saudaramu berdasarkan berita yang sampai kepadamu semata, dan Buhtan, ialah menceritakan tentang saudaramu sesuatu yang tidak terbukti padanya." Lihat, Ihya "Ulum ad-Dien, III: 148-149, Tafsir al-Qurtubiy, XV: 303, Tafsir al-Maraghly, XXXVI: 139.

17.     Dan al-Hasan al-Bashriy rahimahullah juga menuturkan, "Ghibah itu bagaikan buah-buahan, bagi kaum wanita." Lihat, Adab ad-Dunya wa ad-Dien, al-Mawardiy, hal. 258.

Sesungguhnya batasan Ghibah ialah engkau menyebutkan keadaan saudaramu yang sekiranya ia Edak suka bila sampai kepadanya. Hal itu sama saja apakah keadaan yang engkau sebutkan itu tentang kekurangan pada tubuhnya, atau pada turunannya, atau pada perangainya, atau pada perbuatannya, atau pada ucapannya, atau pada agamanya, atau pada dunianya, bahkan pada pakaiannya, rumahnya dan kendarannya. (Lihat, Ihya Ulum ad-Dien, al-Ghazaliy, II: 148)

Sebab-sebab yang membangkitkan Ghibah:

1.        Ingin melenyapkan kemarahan

2.       Menyesuaikan diri dengan teman dan bersikap solider pada mereka.

3.       Menginginkan kamegahan diri, yaitu mengangkat diri sendiri dengan menyebut kekurangan yang lain.

4.       Karena hasad

5.       Main-main, senda gurai dan bercengkerama.

6.       Merendahkan dan memperolok, sebagai hinaan kepadanya. (Lihat, Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimiy, II: 300).

Ghibah tidak haram, bila untuk tujuan baik menurut syara', yang tidak dapat dicapai kecuali dengannya, yaitu bila:

1.        Dianiaya.

2.       Minta pertolongan untuk merubah kemunkaran.

3.       Minta fatwa.

4.       Membuat orang hati-hati dari kejelekannya.

5.       Orang tersebut terang-terangan berbuat kefasikan.

6.       Orang tersebut dikenal dengan gelarıya yang menunjukkan kecacatannya. (Lihat, Tafsir al-Maraghiy, XXVI: 141)

Berkata Abu 'Abdillah (al-Bukhariy), "Aku tidak meng-ghibah seseorang, sejak mengetahui bahwa Ghibah itu haram." (Lihat. Muqaddimah adi-Dlu'afa ash-Shaghir, hal. 13).

(Ust. Hamdan, Belajar Meneladani Akhlaq Rasulullah: Seri Akhlaq Tercela, Bandung: Maktabah Syaqib, Syawal, 1435 H. hlm. 85-90)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama