DENGKI (HASAD)


AKHLAQ TERCELA DENGKI (HASAD)

Telah berkata Ibnu al-Atsir dalam an-Nihayah, "Hasud itu adalah seseorang melihat nikmat pada saudaranya lalu dia mengharapkan agar nikmat tersebut hilang darinya dan keadaan nikmat itu dia dapatkan, bukan orang lain. Sedangkan Ghobtu (Ghibthah) adalah mengharapkan agar keadaan dia mendapatkan nikmat seperti saudaranya itu dan tidak mengharapkan hilangnya nikmat tersebut darinya." Lihat, an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, Ibnu al-Atsir al-Jazariy, I: 383.

1.        Allah ta'ala berfirman,

أَمْ تَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا ءَاتَنهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ، فَقَدْ آتَيْنَا ءَالَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَمَاتَيْنَهُم مُلكًا عَظِيمًا.

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar." Qs. an-Nisaa [4]: 54.

2.       Allah ta'ala berfirman,

إن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ .

"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan." Qs. Ali 'Imran [3]: 120.

3.       Allah ta'ala berfirman,

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.

"Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." Qs. al-Falaq [113]: 5.

4.      Allah ta'ala berfirman,

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُ و الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ تُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ، فَأُوْلَبِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

"Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang orang yang beruntung." Qs. al-Hasyr [59]: 9.

Hajat (keinginan), ya'ni: Hasad. Tafsir Ibnu Katsir, VIII: 41.

5.       Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ لِأَهْلِ النَّعَمِ حُسَّادًا فَاحْذَرُوهُمْ.

"Sesungguhnya terhadap penerima nikmat itu selalu ada orang-orang yang hasad kepadanya, maka waspadalah kalian dari mereka." Hr. ath-Thabraniy pada al-Mu'jam al-Ausath, no. 7277 dari Ibnu 'Abbas га. Pada sanadnya terdapat rawi bernama Ismail bin 'Amr al-Bajaliy: Dia dla'if, walaupun ditsiqahkan oleh Imam Ibnu Hibban. Lihat. Lisan al-Mizan, 1: 474, no. 1328, Majma' az-Zawaid wa Manba' al-Fawaid, VIII: 195, Kitab ats-Tsiqaat, VIII: 100.

6.       Rasulullah saw. bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ.

"Jauhilah oleh kalian hasad, karena hasad itu melenyapkan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." Hr. Abu Dawud, no. 4903, 'Abd bin Humaid, no. 1430, al-Baihaqiy pada Syu'ab al-Iman, no. 6608. Pada sanadnya terdapat rawi yang namanya tidak disebutkan (dari Ibrahim bin Abi Usaid, dari kakeknya), dari Abu Hurairah ra.

al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Tidak dikenal." Lihat, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Dawud, Syamsulhaq "Azhim Abadiy, XIII: 167.

7.       Rasulullah saw. bersabda tentang larangan hasad, sebab-sebabnya dan akibatnya,

لا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَكُمُ الله

"Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling memutus hubungan dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana perintah Allah kepada kalian." Hr. ath-Thayalisiy, no. 5, Ahmad, no. 17, al-Humaidiy, no. 7, al-Bukhariy pada al-Adab al-Mufrad, no. 724, Ibnu Majah, no. 3849 dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra.

8.      Rasulullah saw. bersabda,

إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّوْمُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ؟ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ تَقُوْلُ كَمَا أَمَرَنَا اللهُ. قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ؟ تَتَنَافَسُوْنَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُوْنَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُوْنَ.

"Apabila Persia dan Romawi telah ditaklukkan untuk kalian, maka akan menjadi kaum seperti apakah kalian?" "Abdurrahman bin Auf menjawab: Kami akan mengucapkan sebagaimana diperintahkan Allah kepada kami. Rasulullah saw. bersabda: "Atau melakukan yang lainnya?!, kalian akan saling berlomba-lomba, kemudian saling hasad, kemudian saling bermusuhan, kemudian saling membenci." Hr. Muslim, no. 2962, Ibnu Majah, no. 3996, Ibnu Hibban, no. 6697 dari 'Abdullah bin 'Amr ra.

Ketahuilah, sesungguhnya tidak akan ada hasad kecuali karena ada nikmat, maka jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu dengan suatu nikmat-Nya, maka sikapmu terhadap nikmat tersebut ada dua keadaan:

·         Keadaan yang pertama, engkau tidak menyukai keberadaan nikmat itu dan menginginkan hilangnya nikmat tersebut, dan keadaan seperti ini dinamakan Hasad. Maka Hasad ini batasannya ialah tidak menyukai adanya suatu nikmat dan menginginkan hilangnya nikmat itu dari orang yang diberi nikmat tersebut.

·         Keadaan yang kedua, engkau tidak menginginkan hilangnya nikmat tersebut dan tidak membenci keberadaannya dan terus-menerusnya akan tetapi engkau menginginkan dirimu mendapatkan nikmat sepertinya. Keadaan ini dinamakan Ghibthah, dan terkadang dikhususkan dengan sebutan Munafasah.

Munafasah ini terkadang disebut Hasad dan Hasad pun terkadang disebut Munafasah; Salah satu dari dua lafad tersebut terkadang digunakan untuk yang lainnya.

Maka yang pertama hukumnya haram bagaimanapun juga, kecuali nikmat yang didapatkan oleh orang durhaka atau orang kafir lalu nikmat itu digunakan mereka untuk mengobarkan fitnah, membuat kerusakan dan mengganggu kebenaran. Maka tidak membuat celaka ketidaksukaanmu terhadap keberadaan nikmat seperti itu dan keinginanmu terhadap hilangnya, sebab engkau bukan menginginkan hilangnya nikmat tersebut karena nikmatnya itu sendiri, tetapi karena dijadikan sebagai alat merusak. Dan jika nikmat itu aman dari kerusakannya maka tidak akan membingungkanmu dengan nikmat orang tersebut.

Adapun Munafasah itu hukumnya tidak haram. Lihat, Ihya 'Ulum ad-Dien, al-Ghazaliy, III: 195-196, Maulzhat al-Mu'minin, al-Qasimly, II: 45-46.

Allah ta'ala berfirman,

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَتَفِسُونَ

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." Qs. al-Muthaffifin [83]: 26.

Allah ta'ala juga berfirman,

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ، ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ.

"Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." Qs. al-Hadid [57]: 21.

·         "Dan diceritakan bahwa 'Aun bin Abdullah menemui Fadl bin Muhallab dan ketika itu beliau berada di Wasith maka 'Aun berkata: 'Sesungguhnya aku ingin menasehatimu dengan sesuatu' lalu Fadi berkata: 'Apakah itu?' 'Aun berkata: 'Jauhilah sombong, karena sesungguhnya sombong itu dosa pertama yang dimaksiati Allah dengannya, kemudian ia membaca ayat: 'Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis', al-ayat, Qs. al-Baqarah [2]: 34/al-Israa [17]: 61/al-Kahfi [18]: 50.

Dan Jauhilah rakus, karena sesungguhnya rakus itu telah mengeluarkan Adam dari surga yang Allah swt. telah menempatkannya di surga yang luasnya seluas langit dan bumi, ia boleh memakan apapun darinya kecuali satu pohon yang Allah larang kepadanya dari memakannya, lalu Adam memakannya. Maka Allah mengeluarkan Adam dari surga, kemudian ia membaca ayat: 'Turunlah kalian dari surga' sampai akhir ayat, Qs. al-Baqarah [2]: 38.

Dan Jauhilah hasad, karena sesungguhnya anak Adam membunuh saudaranya sendiri ketika hasad kepada saudaranya itu, kemudian ia membaca ayat: 'Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, al-ayat."" Qs. al-Maaidah [5]: 27. Lihat, Ihya 'Ulum ad-Dien, al-Ghazaliy, II: 194.

·         Abu Darda berkata, "Tidaklah seorang hamba banyak mengingat kematian kecuali akan sedikit kesombongannya dan sedikit hasadnya."

·         Seorang Arab gunung berkata, "Tidaklah aku melihat orang yang berbuat zhalim menyerupai orang yang dizhalimi daripada orang hasad; Sesungguhnya dia melihat nikmat yang diberikan kepadamu merupakan siksaan baginya." Lihat, az-Zawajir 'an Iqtiraf al-Kabair, al-Haitamiy, I: 93.

Dan sebab-sebab hasad itu banyak, yaitu:

1.        Permusuhan dan kebencian, dan ini merupakan penyebab hasad yang paling kuat.

2.       Ta'azzuz; Yakni dirinya merasa berat, jika orang lain melebihi dirinya.

3.       Takut tidak tercapai apa yang dimaksudnya. Sebab ini secara khusus pada dua orang yang bersaing untuk mencapai tujuan yang sama.

4.       Menginginkan kepemimpinan dan mencari kedudukan bagi dirinya, ternyata ia tidak sampai pada apa yang diinginkannya.

5.       Berjiwa buruk dan kikir terhadap kebaikan yang dimiliki hamba Allah ta'ala yang lain. Lihat, Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimiy, II: 46-47.

·         Allah 'azza wajalla berfirman,

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَى ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرْنَا قُرْبَانًا فَتُقُتِلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ.

Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putera Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, "Sungguh, aku pasti membunuhmu!" Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa." Qs. al-Maaidah [5]: 27.

·         Nabi saw. bersabda,

ثلاث لازِمَاتٌ لِأُمَّتِي : الطَّيَرَةُ وَالحَسَدُ وَسُوْءُ الظَّنِّ قِيلَ: مَا يُذْهِبُهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: إِذَا حَسَدْتَ فَاسْتَغْفِرِ الله، وَإِذَا ظَنَنْتَ فَلَا تُحَقِّقُ، وَإِذَا تَطَيَّرْتَ فَامْضِ.

"Ada tiga urusan yang lazim pada ummatku, yaitu: Thiyarah (Percaya pada kesialan), hasad dan buruk sangka. Ada yang bertanya: Apa yang dapat menghilangkan tiga urusan tersebut ya Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab: Bila engkau hasad maka beristighfarlah kepada Allah, bila engkau berburuk sangka maka janganlah menekan, dan bila engkau tathayyur maka berlalulah (jangan dihiraukan)." Hr. h-Thabraniy, no. 3227 dari Haritsah bin an-Nu'man ra., dan padanya terdapat Ismail bin Qais al-Anshariy.

Berkata al-Bukhariy, ad-Daraquthniy dan Abu Hatim, "Munkarul hadits."

Lihat. Lisan al-Mizan, 1: 479, no. 1334, Mizan al-I'tidal, 1: 245, no. 927, adi-Dlu'afa ash-Shaghir, no. 18, al-Jarh wa at-Ta'dil, II: 131, no. 653, adl-Dlu'afa wa al-Matrukin, Ibnu al-Jauziy, 1: 118, no. 403.

·         Berkata 'Abdullah bin al-Mu'taz rahimahullah ta'ala, "Bersabarlah atas tipu daya orang yang hasad karena sesungguhnya kesabaranmu akan mematikannya, maka api akan memakan sebagiannya jika tidak ada yang dapat dimakannya." Lihat, Adab ad-Dunya wa ad-Dien, al-Mawardiy, hal. 261, lihat juga, Hasyiyat ash-Shawiy "ala Tafsir al-Jalalain, IV: 503, Tafsir Ruh al-Ma'aniy, al-Alusiy, XVI: 387.

Ketahuilah, sesungguhnya hasad termasuk penyakit hati yang berat, dan tidak bisa diobati penyakit-penyakit hati itu kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat untuk mengobati penyakit hasad adalah engkau mengetahui dengan benar-benar bahwa hasad itu berbahaya terhadapmu, di dunia dan agama (akhirat), dan sesungguhnya hasad tidak berbahaya terhadap orang yang dihasudi, di dunia dan agama (akhirat) akan tetapi justru bermanfaat baginya pada keduanya.

Dan amal yang bermanfaat padanya adalah dengan mengekang hasad tersebut. Maka setiap yang ditetapkan hasad, baik ucapan (jelek) maupun perbuatan (jelek) mesti ia menekan dirinya untuk melakukan sebaliknya. Maka ini adalah obat hasad dan ini bermanfaat sekali hanyasaja rasanya sangat pahit dirasakan hati, akan tetapi yang bermanfaat dalam obat adalah yang pahitnya. Maka barangsiapa yang tidak sabar atas pahitnya obat, ia tidak akan merasakan manisnya sembuh.

Lihat. Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimiy, II: 47-48, lihat juga, az-Zawajir 'an Iqtiraf al-Kabair, al-Haitamiy, I: 102-103.

·         Berkata sebagian ahli hikmah, "Barangsiapa yang ridla terhadap ketetapan Allah ta'ala, maka seorang pun tidak akan membuat ia murka, dan barangsiapa yang merasa puas dengan pemberian Allah, maka ia tidak akan dirasuki hasad."

·         Berkata sebagian ulama balaghah, "Manusia itu ada yang hasad dan dihasudi, dan pada setiap nikmat itu akan ada orang yang menghasadnya."

·         Berkata sebagian ahli adab, "Tidaklah aku melihat orang yang berbuat zhalim tetapi lebih menyerupai orang yang dizhalimi dari yang hasad; bernafas terus menerus, bingung yang menetap dan hati yang selalu panas."

Dan dikatakan pada Mantsur al-Hikam: "Siksaan bagi orang yang hasad itu datang dari dirinya sendiri."

·         Berkata al-Ashma'iy: Aku bertanya kepada seorang Arab gunung, "Apa yang menyebabkan panjang umurmu?" dia menjawab, "Aku meninggalkan hasad, maka aku tetap hidup."

Lihat, Adab ad-Dunya wa ad-Dien, al-Mawardiy, hal. 260, 261

"Bagaimana sekarang, apakah anda sudah faham tentang jeleknya Akhlaq ini?. Mudah-mudahan sekarang HASAD anda berkurang!."

(Ust. Hamdan, Belajar Meneladani Akhlaq Rasulullah: Seri Akhlaq Tercela, Bandung: Maktabah Syaqib, Syawal, 1435 H. hlm. 32-40)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama